All Chapters of Ditipu Mertua dan Suami : Chapter 11 - Chapter 20
99 Chapters
11. Siapa suami Kartika?
"Ayo, Rafli, jangan ragu!" Langkah Rafli yang tampak ragu-ragu tapi akhirnya sudah berdiri tepat di hadapan Kartika.Tangan Rafli mulai memegang pinggang Kartika. Mata Kartika terpejam dengan deraian mata. Lalu ...Rafli melakukan yang kuperintahkan. Pertama terlihat kaku tapi tak lama ia terlihat begitu menikmati permainan itu. Kartika menangis terisak isak seolah dia tersakiti oleh laki-laki tak halal.Di tengah permainan mereka, tiba-tiba Mas Fikri menghampiri Rafli lalu memukul wajahnya bertubi tubi. Rafli terhuyung, bibirnya berdarah. Darahku mendidih, dadaku sesak, "Kenapa kamu marah, Mas?! Kenapa, Mas?! Jawab!" Kutatap tajam matanya yang tampak merah dipenuhi amarah, dadanya terlihat naik turun seperti memendam kekesalan, tak ada yang keluar dari mulutnya.Ia berdiri terpaku tanpa sepatah kata seolah sedang berusaha mengendalikan emosinya. "Rafli, kenapa kamu tidak balas pukulan dia?! Kenapa kamu diam saja?! Kartika itu istrimu bukan?!""Is ... iiistriku, Mbak," jawabnya terb
Read more
12. Gara gara obat tidur
"Begitu? Apa mungkin Ibu salah minum obat?'"Saya nggak minum obat apa-apa, Dok. Semalam saya hanya minum jahe tapi memang setelah minum jahe itu saya seperti dibius. Ngantuk tak tertahan dan akhirnya tertidur pulas." "Iya, mungkin di jahe itu ada obat tidurnya, Bu." Aku tersentak tidak percaya. Jadi aku tidur pulas semalam karena ulah Mas Fikri. Hanya demi Kartika, kamu tega melakukan itu, Mas. Lihat saja, aku pasti akan bisa membuka kedok kalian.Percakapan kami terhenti ketika melihat Mas Fikri masuk ke ruangan. "Dok, bagaimana kondisi istri saya, Dok? " tanya Mas Fikri yang baru saja datang, kupalingkan wajah tak sudi melihat penipu itu."Dari hasil lab, istri Bapak Hb nya rendah sekali, Pak. Itu yang membuat dia sesak nafas. Dan sepertinya selama ini nggak dirasa sama ibu. Baru terasa setelah tubuh ngedrop. Akan dilakukan transfusi darah. Baru disiapkan. Selain itu, kehamilannya yang masih begitu muda juga mengalami kontraksi." "Apa, Dok?! Istri saya hamil?!" "Lho, bapak b
Read more
13. Adegan di gazebo
Dengan mengendap endap aku mengikuti langkah Mas Fikri. Kami yang memang menempati kamar untuk tamu jadi terletak di depan, di sisi kiri ruang tamu. Sedangkan kamar Kartika dan Ibu terletak di dalam, di sisi kanan ruang keluarga. Mas Fikri tampak masuk ke ruang keluarga yang remang-remang dengan cahaya temaram dari bias lampu duduk ruang tamu. Aku yakin dia menuju kamar Kartika. Jantungku berdebar kencang. Tapi dugaanku salah, Mas Fikri melewati kamar Kartika dan terus berjalan menuju kaca pembatas ruang keluarga dan taman belakang. Aku menghentikan langkah, sembunyi di balik dinding pantry yang ada di sisi kiri teras belakang. Tampak Mas Fikri menggeser pintu kaca.Buru-buru kusingkap tirai jendela pantry yang mengarah ke taman belakang mengintip Mas Fikri yang berjalan ke gazebo yang ada di taman. Dadaku bergemuruh melihat Kartika yang ternyata sudah menunggu di gazebo dengan tubuh yang terlihat sintal memakai baju tidur tipis dan yang membuatku sangat terkejut, rambutnya terger
Read more
14. Tanda merah di leher
Ya Allah apa yang sudah mereka lakukan semalam? Apa mungkin Mas Fikri ke kamar Kartika setelah aku beranjak pergi. Atau apa mungkin suara kecepak kecepok di kamar Kartika tadi malam bukan suara bayi Kartika. Lalu dari jalan mana Mas Fikri masuk ke kamar Kartika. "Ra, kok malah ngelamun. Sudah selesai nih kuseka badanmu. Sekarang aku bantu kamu wudhu ya." "Mas, kenapa lehernya kok merah begitu?" tanyaku pura-pura polos, Mas Fikri nampak gelagapan."O, ini, tadi malam duduk-duduk di gazebo, e di gigit serangga. Gatel ini rasanya, Ra. Entar deh aku ke apotik beli obat.""Sama siapa malam-malam di gazebo, Mas?" tanyaku pengin tahu, kebohongan apa yang akan mereka utarakan."Sama Kartika." Jawabnya yang membuatku tersentak, ternyata dia menjawab jujur, aku pura-pura bersikap biasa saja."O ... sama Kartika.""Tumben nggak marah. Biasanya kalau aku menyebut nama Kartika kamu langsung marah." "Sudah biasa!" jawabku datar."Nah, gitu dong. Kamu harus membiasakan diri menerima Kartika karen
Read more
15. Pengintaian
Astaghfirullah Al Adzim ... Ya Allah apa itu berarti tadi malam mereka ... Ya Allah. Kuat, Tiara. Kamu harus tetap kuat. Tugasmu belum selesai. Dengan sekuat tenaga aku berjuang untuk tetap bersikap manis pada perempuan jahana* ini. "Mbak, kok malah bengong, ayo, Mbak, dicoba jilbabnya." Suara Kartika mengagetkan lamunanku. Lalu dengan hati yang porak poranda, menangis dalam batin, aku memakai jilbab Kartika. "MasyaAlloh, Mbak Tiara cantik sekali. Saya anter jilbab nanti ya, Mbak. Mulai sekarang Mbak Tiara pakai jilbab. Pasti Mas Fikri senang sekali.""Nggak usah! Nanti aku beli sendiri saja." Kucopot jilbab Kartika kembali."Nih, Kartika jilbabmu. Makasih ya. Sekarang kamu boleh pergi. Nanti bayimu rewel. Aku mau istirahat.""Iya, Mbak."Sepeninggal Kartika, sambil memeluk guling, kutumpahkan tangis yang sedari tadi kutahan sambil berpikir keras. Aku harus tahu apa yang terjadi di kamar Kartika. Tapi bagaimana caranya. Kuambil handphoneku yang tergeletak di atas nakas. Aku mulai
Read more
16. Pengerebekan
Pintu berhasil kudobrak. Terlihat baju dan pakaian dalam berserakan di lantai. Dengan hati remuk, mataku nanar menatap 2 makhluk tanpa sehelai kain sedang bergulat hebat di atas ranjang berbalut sprei yang berantakan. Mata mereka tampak terpejam dengan suara menjijikkan yang saling bersahutan. Kututup telinga, kupalingkan wajah tak sanggup melihat. Bahkan saking gilanya mereka bergulat sampai tidak menyadari kehadiranku di kamar ini. "Bia*** kalian!" teriakku dengan tangis histeris yang tak bisa kutahan.Mas Fikri dan Kartika tersentak. Dengan panik, keduanya berebut menarik selimut dan sprei berusaha menutupi tubuh mereka. "Tiara?!" Apa yang kamu lakukan di sini?! Keluar!" Teriak Mas Fikri terlihat panik sibuk memungut baju dan celana lalu memakainya di balik selimut."Tanpa kamu suruh pun aku akan keluar, Mas! Jijik melihat kalian! Kalian tak ubahnya seperti bina****! cuiiih!" Aku meludah di lantai kamar."Jaga mulutmu,Tiara! Apa yang kamu lihat ini ... " "Stop!" Bentakku menghe
Read more
17. Pengakuan yang menyakitkan
"Fikri, ajak istrimu ke kamarnya. Jelaskan padanya yang sebenarnya. Sudah saatnya dia tahu!" "Tapi, Bu ..." "Sudah, sana!" Bentak Ibu lalu Mas Fikri menggandengku keluar tapi kutepis, aku berjalan cepat ke kamar.Sampai di kamar, setelah Mas Fikri menutup pintu kamar, kuhampiri Mas Fikri, "Sekarang, jelaskan padaku, Mas, siapa Kartika?!" "Tenang dulu, Tiara. Iya aku akan jelaskan tapi kamu tenangkan diri dulu, ya. Kamu berbaring dulu. Ingat ada buah cinta kita di perut kamu. Aku nggak pengin terjadi apa-apa dengannya. Kita bicara baik-baik." Mas Fikri memegang bahuku lalu menuntunku ke ranjang. Aku duduk di ranjang. Kusandarkan kepala yang terasa berat pada headboard yang diganjal bantal oleh Mas Fikri. Aku diam menahan gejolak dan tangis yang dari tadi mengguncang batinku seolah bisa merasakan firasat akan apa yang diceritakan Mas Fikri.Mas Fikri duduk di tepi ranjang di sebelahku sambil mengusap kepalaku dengan linangan airmata. Entah airmata buaya atau air mata sungguhan. Kute
Read more
18. Tak jera
"Jadi menurut Mas Fikri, aku yang bersalah, Mas?!""Tentu saja tidak, Ra Seandainya aku tahu kamu akan hamil, ini semua tidak perlu terjadi. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Percayalah, secepatnya aku akan ceraikan Kartika. Biarlah anakku dan Kartika diurus Kartika. Kita fokus mengurus bayi kita. Kamu mau kan memaafkan aku?"Janji Mas Fikri membuat batinku kembali berkecamuk, bimbang antara mundur atau bertahan. Keputusanku tadi yang begitu bulat untuk menuntut cerai tiba-tiba memudar berganti sebuah harapan bahwa rumah tanggaku akan kembali baik-baik saja. Kami pasti bisa melupakan semuanya dan akan berbahagia menyambut buah hati kami. Sebuah impian yang begitu indah.Tapi bagaimana mungkin aku lupa dengan perlakuan Mas Fikri pada Kartika di ruang bersalin, di gazebo dan di ranjang tadi. Sorot mata Mas Fikri bukan hanya tersirat nafsu tapi juga cinta. Entah hanya sekedar cinta seorang kakak pada adiknya atau cinta seorang suami pada istrinya. Tapi yang jelas, sorot mata itu menyaya
Read more
19. Misteri diary Kartika
Dan hari ini akhirnya aku punya kesempatan untuk mengambil diary itu. Kartika, Ibu dan anak-anak sedang ke posyandu. Bergegas aku membuka kamar Kartika tapi ternyata terkunci rapat. Untunglah kamar Ibu tidak terkunci. Masih sangat ingat di kamera pengintai, Mas Fikri bisa masuk ke kamar Kartika melalui kamar Ibu.Setelah masuk ke kamar Ibu atau lebih tepatnya kamar anak-anak Kartika karena semua anak Kartika tidur di sini, aku mulai mencari pintu itu di dinding pembatas kamar Ibu dan Kartika. Tak terlihat ada pintu. Cuma ada kaca tinggi seukuran pintu. Apa ini pintunya. Aku mencoba mendorongnya. Dan ternyata benar kaca ini terbuka. Tidak seperti pintu biasa yang engselnya di pinggir. Pintu kaca ini engselnya di atas bagian tengah. Sehingga kalau dibuka separo ke kamar Ibu, separo ke kamar Kartika. Sama sekali tak terlihat seperti pintu. Dasar laki-laki penipu, demi bisa tidur dengan Kartika sampe dibela belain bikin pintu unik ini. Setelah masuk ke kamar Kartika, aku buru-buru meng
Read more
20. Hamil di luar nikah
Kuhentikan membaca. Batinku hancur berkeping keping. Ternyata aku bukan perempuan pertama yang dia sentuh. Pantas saja di malam pertama kami dulu dia sudah lihai sekali membahagianku. Dengan terisak, kukuatkan hati untuk melanjutkan membaca lagi. Lembar-lembar berikutnya, Kartika banyak menceritakan kebersamaannya dengan Mas Fikri. Mereka resmi berpacaran diam-diam tanpa sepengetahuan Ibu. Dan aku yakin foto-foto yang terpasang di album yang dulu kulihat adalah foto-foto mereka setelah resmi berpacaran. Mereka pun ternyata berkali kali mengulangi perbuatan laknat itu di kamar Kartika. Bahkan Mas Fikri sering menyelinap tidur di kamar Kartika tanpa sepengetahuan ibunya. Seolah mereka pasangan suami istri.Astaghfirullah Al Adzim ... Aku seperti tidak percaya, Mas Fikri sanggup melakukan perbuatan nista itu. Inikah kamu yang asli, Mas. Sampai pada halaman setelah sebulan kemudian. ***Jakarta, 30 April 2009Hancur sudah masa depanku. Sebuah kenyataan aku telah hamil di saat belum
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status