All Chapters of Ditipu Mertua dan Suami : Chapter 31 - Chapter 40
99 Chapters
31. Pertemuan
Aku tersentak. Sepertinya dia tidak main-main. Tatapan mata laki-laki itu menjadi sangat menakutkan. Pelan-pelan aku mundur menjauh berniat lari kencang tapi tiba-tiba dia mencekal lenganku kuat."Mau lari kemana?!" Dia menarik paksa tanganku. Kulawan tapi dia terus menariknya sampai sebuah mobil taxi berhenti. Seorang laki-laki keluar, menghampiri kami dan mengambil travel bagku."Mau kamu bawa kemana istriku?! Lepaskan dia! Atau saya telepon polisi!" Teriak laki-laki itu sambil berusaha melepaskan cekalan laki-laki berandal itu dari tanganku lalu dia yang menarik tanganku sambil menyeret travel bag ku masuk ke mobil.Dengan tubuh yang masih gemetar ketakutan, aku duduk di samping laki-laki yang tak kukenal. Aku sadar, aku belum terlepas dari marabahaya. Entah apa tujuan laki-laki ini menolongku. "Ya Allah, lindungi hamba," doaku dengan dengan ketakutan sekaligus sedih.Baru hari pertama tanpa suami aku sudah diuji dengan ketakutan seperti ini bagaimana aku akan menjalani hari hari
Read more
32. Tragedi
"Kamar saya masih kosong kan, Mas?""Iya itu. Paling buat kalau ada tamu. Ya sudah kamu istirahat dulu sana. O iya, pintu kamarnya rusak nggak bisa dikunci. Gara-gara anak-anak mainan di dalam terus terkunci, kuncinya macet jadi kudobrak. Sampai sekarang belum dibenerin lagi.""Iya, Mas, nggak pa pa. Saya ke kamar dulu ya, Mas."Masuk ke kamar aku langsung terkapar karena kecapekan. Bangun pagi, badan rasanya remuk. Setelah sholat subuh yang sudah kesiangan, lalu mandi aku pun ke dapur niat pengin bikin sarapan sekalian buat Mas Angga. Tapi sampai di ruang makan, Mas Angga yang berpakaian kerja rapi sudah duduk di meja makan menikmati sarapan. "Sini, Ra, sarapan.""Wah, sudah ada nasi goreng. Mas Angga yang masak?" "Iya, dong, kan ada tamu istimewa. Katanya tamu adalah raja. Ayo sarapan sekalian sini nemenin Mas." "Makasih, Mas Angga." Kuambil piring lalu menyendok nasi goreng. Aku duduk di depan Mas Angga menikmati sarapan bersama.""Ada apa sebenarnya dengan kalian? Lagi berantem
Read more
33. Tragedi 2
"Kamu lupa, Ra? Tadi malam kita benar-benar menikmati malam yang sangat indah." ucapnya dengan mata masih tertutup lalu tertidur lagi."Itu tidak mungkin! Tiara tidak ingat apa-apa!" teriakku.Dengan melilit tubuhku memakai selimut, aku berlari ke kamar mandi. Mengguyur tubuhku yang terasa sangat kotor di bawah air shower dengan masih menangis meraung, tidak rela tubuhku disentuh laki-laki lain apalagi itu kakak ipar ku sendiri. Sangat menjijikkan. Dengan keras, kugosok gosok tubuhku dengan sabun."Ya Allah, kenapa semua ini harus terjadi padaku?! Kenapa?! Apa salahku sampai Engkau uji bertubi tubi?!" Aku mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Yang kuingat aku tertidur di sofa lalu Mas Angga membangunkanku. Dia membawa pizza, kami makan sama-sama sampai habis. Setelah itu aku merasa ada yang menjalar di sekujur tubuhku. Aku juga tak tahu itu apa. Tapi setelahnya aku tak ingat apa yang terjadi. Aku keluar kamar mandi, memunguti bajuku lalu mengambil baju bersih membawanya ke ka
Read more
34.Pertemuan kedua
"Kamu?!" teriakku dengan mata melotot."Aha ... Akhirnya kita dipertemukan lagi. Itu artinya ..." Dia menghentikan ucapan, mengulum senyum sambil merapikan baju putihnya dan dengan gaya bicara yang berubah sok berwibawa mempersilahkanku duduk."Silahkan, Ibu ... Tiara, benar kan? Apa yang bisa kubantu?" Dia berusaha bersikap serius tapi tetap saja tatapan matanya membuatku jengah, kenapa dipertemukan dengan orang aneh ini terus. "Maaf, saya nggak jadi periksa!" Aku bangkit dari duduk dan berjalan menuju pintu. "Nggak sayang sudah ngantri panjang nggak jadi periksa? Anggap kita nggak kenal, nggak pernah ketemu. Tenang saja, Ibu Tiara, aku akan menjalankan tugasku dengan profesional. Ayo, saya periksa. Apa keluhannya?" teriak dokter aneh itu dari kursinya."Maaf, saya nggak bisa! Permisi." Buru-buru kubuka pintu dan meninggalkan ruangan itu menuju meja pendaftaran."Mbak, apa ada Dokter kandungan lain yang praktek hari ini?""Memangnya kenapa, Bu, dengan Dokter Fikri?" "Siapa, Mbak?!
Read more
35. Dunia baru
"Bu Tiara, tunggu!" teriaknya tapi tak kugubris, buru-buru kutinggalkan tempat itu menuju ruang tunggu Dokter Rasyid.Sampai di ruang tunggu depan ruang praktek Dokter Rasyid, aku duduk sendirian. Sepertinya pasien Dokter Rasyid belum ada yang datang karena masih 2 jam an lagi. Untuk menghabiskan waktu iseng-iseng aku berselancar di dunia maya. Mengintip status teman-teman di akun sosial media. Jemariku berhenti mengusap layar ketika membaca status Mas Fikri."Selamat jalan bidadari kecil Ayah, surga menantimu ya, Nak."Apa yang terjadi dengan anak mereka? Dengan berdebar kuusap lagi layar handphone mengintip wall Kartika. Tapi tak ada status baru apapun. Status terakhirnya seminggu yang lalu yang memasang foto bayinya. Wall nya memang penuh dengan foto anak-anaknya. Aku memang masih tidak terima dengan pernikahan mereka dibelakangku. Tapi aku tidak pernah menginginkan bayi mereka kenapa napa. Dan akhirnya setelah lama menunggu, namaku dipanggil juga."Ibu Tiara, silahkan masuk!"
Read more
36. Dunia baru 2
"Sarapan! Sarapan! Mbok pecel sudah datang!" teriak penghuni lantai bawah yang terdengar nyaring."Mbak Tiara, ayo ke bawah, beli sarapan." ajak Tia, mahasiswi sastra Inggris yang cantik jelita berasal dari Jakarta, penghuni kamar depan kamarku.Dengan riuh, semua penghuni atas menuruni tangga. Alhamdulillah, meskipun penghuni baru tapi mereka menerimaku dengan hangat. Mbok mbok penjual pecel sudah duduk lesehan di teras. Menggelar menu pecel lengkap di atas bakul yang terbuat dari anyaman bambu. Ada nasi, gendar, lontong, mie kuning, aneka gorengan, tempe gembus yang dibacem. Benar-benar bikin ngiler. Aku pun ikut ngantri berkerumun, riuh sekali."Mbok, saya pake gendar ya sama tempe gembus.""Saya pakai nasi ya, Mbok. Bumbu pecelnya jangan banyak- banyak.""Saya mie dikasih sambel pecel sama gorengan saja, Mbok."Setelah semua membawa sepincuk daun pisang berisi menu pecel, kami kembali menaiki tangga, lesehan di depan tv, menikmati sarapan bareng dengan saling bercanda. Aku yang
Read more
37. Sang pahlawan
"Hai, Ketemu lagi untuk yang kelima kali! Memang ya kalau jodoh nggak bakal kemana." ucapnya seperti biasa, menyebalkan.Entah, aku juga bingung. Kenapa kami dipertemukan terus. Dan kenapa dia ke kost ini? Ketemu siapa? Daripada penasaran kutanya langsung saja padanya."Mencari siapa, Dok?" "Mencari Ibu Tiara. Orangnya nggak ada jadi saya pulang saja. Permisi, Bu Tiara." Pamitnya yang membuatku melongo, apa sih maksudnya, dasar orang aneh....Hari berganti hari, bulan pun berganti. Tak terasa 2 bulan sudah aku menjalani hari-hari yang baru di Surabaya dengan perut yang sudah mulai membuncit. Ukuran perutku tak sebesar wanita pada umumnya. Mungkin karena badanku yang mungil. Orang pasti mengira aku baru hamil muda padahal usia kehamilanku sudah hampir 5 bulan. Bajuku pun juga sudah mulai pada kesempitan. Akhirnya kubeli daster-daster yang longgar dan itu berarti aku tidak bisa menyembunyikan kehamilanku lagi dari anak anak kost. Berbagai pertanyaan mulai mereka lontarkan. Kujawa
Read more
38. Terjebak lagi
"Jangan sok tahu ya, Dok. Darimana anda dapat semua itu?!""Itu tidak penting! Yang terpenting aku siap membantumu kapan pun dibutuhkan. Entah apa masalahmu tapi aku merasa kamu seperti tertekan. Terus Angga. Siapa Angga, Tiara? Kenapa dia ngaku-ngaku ayah bayimu?""Itu bukan urusan anda, Dok." Jawabku ketus, dia bukan siapa siapaku dan tidak pantas mengetahui apa-apa tentang diriku."Iya, maaf. Aku cuma nggak suka dia menyakitimu. Aku tahu tidak mudah hidup sendiri di kota sebesar ini apalagi kamu lagi hamil. Jangan sungkan kalau kamu butuh bantuan, ya." Aku tertunduk diam dan mobil sudah berhenti tepat di depan kostku. "Makasih, Dok, sudah mengantarkan saya.""Dibilangin panggil aku Fikri atau Mas Fikri jangan panggil Dokter. Kamu saja tidak mau jadi pasienku, ngapain panggil dokter." "Maaf, saya lebih nyaman memanggil Dokter." "Terserahlah! Ini kartu namaku. Kalau ada apa-apa atau Angga itu mengganggumu lagi hubungi saja nomor yang disitu. Tengah malam pun, aku siap bantu," uca
Read more
39. Kepergok
"Jangan lawan, Tiara! Percuma. Kekuatanmu tidak akan bisa mengalahkannya. Hadapi dengan ilmu," bisikan batinku."Baik, Mas. Baik! Aku menyerah! Aku akan melayani Mas Angga tanpa dipaksa. Tapi tolong ijinkan aku ke kamar mandi dulu. Aku pengin buang air kecil." "Ya sudah sana, kutunggu!" Dengan tubuh yang gemetar ketakutan aku buru-buru ke kamar mandi dengan berbalut selimut.Di dalam kamar mandi, dengan terisak aku mengumpulkan keberanian untuk melawan Mas Angga. Kutarik napas dalam-dalam, siap-siap bermain sandiwara. "Tolooong! Mas Angga, tolong!""Ada apa sih, Ra, teriak-teriak!" Buru-buru kututup mataku ketika melihat tubuh Mas Angga yang tanpa sehelai kain, menjijikkan."Itu, ada kecoak, Mas! Tiara jijik. Hiii!" "Mana?!" Mas Angga mulai masuk dalam kamar mandi sedangkan aku keluar kamar mandi. "Itu, Mas, di dekat lubang air." "Mana?! Nggak ada!""Ada, Mas. Tadi di situ. Cari di sekitar situ, Mas!" Saat Mas Angga sedang sibuk mencari kecoak, dengan cepat kutarik knop pintu la
Read more
40. Kakak kelas ?
Mobil berhenti di depan minimarket, " Ra, kamu nggak pa pa, kan? Kutinggal sebentar, ya."Dokter Fikri keluar dari mobil meninggalkanku masuk ke minimarket itu. Tak berapa lama dia sudah kembali ke mobil dengan menenteng plastik belanjaan. Kusandarkan kepala di jok lalu memalingkan tubuh dan wajah ke kiri menghadap kaca mobil. Aku ingin menangis sepuasnya tanpa terlihat olehnya. Menumpahkan semua beban berat di dada. "Ra, ini minum dulu," ucap Dokter Fikri sambil menyodorkan air mineral dan tisue yang bukan hanya selembar tapi sebungkus seolah tahu kalau tangisku masih lama berhenti. Kutolak air minumnya, nggak ada rasa haus dan lapar. Yang ada hanya rasa marah dan tidak terima pada keadaan. Aku hanya menarik beberapa lembar tisue dari bungkusnya."Minum, Ra. Nanti dehidrasi lho. Sudah berapa liter air yang kamu keluarkan dari matamu." Kugelengkan kepala sambil menahan jengkel, masih saja Dokter itu membercandaiku."Biar aku mati saja!" teriakku dengan tangis tersengal sengal."Mau
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status