All Chapters of Menjadi Istri Kedua Mantan Mertua: Chapter 631 - Chapter 640
689 Chapters
631
Bab631"Bu, kenapa harus seperti ini?" tanya Enggar, dengan menatap kecewa pada Jelita.Jelita menatap hampa kepada Enggar."Maafkan Ibu, Nak. Selama ini, Ibu memang menutupi segalanya dari kalian, panjang ceritanya, jika Ibu menceritakan segalanya.""Tapi bukankah kami berhak tahu kebenarannya. Enggar mengira, Ibu dan Ayah adalah orang sebatang kara, tapi ternyata, Enggar punya keluarga."Lelaki itu tertunduk lesu, seakan sedang mengalami patah hati."Kamu dan Bagus tidak tahu apa- apa, bagaimana mungkin Ibu dengan bangga mengatakan, bahwa kamu punya keluarga lain selain kami. Ibu dengan angkuhnya pergi meninggalkan rumah mereka selama bertahun- tahun. Apakah kalian pikir Ibu orang yang tidak tahu malu? Setelah sekian tahun pergi, kemudian ingin kembali begitu saja?""Ibu diam dan merahasiakan semuanya ini, demi kalian. Ibu tidak ingin, kalian berharap lebih," lirih Jelita."Mengenai Bagus yang anak angkat, apakah Ibu juga harus mengatakannya? Sedangkan sebagai seorang Ibu, cinta ini
Read more
632
Bab632Tiba- tiba pintu ruangan terbuka. Nampak Abel, Raisa dan juga Galih ada di sana."Kalian sudah datang rupanya, ayo masuk," sapa Kevin.Jelita pun nampak terkejut melihat ke datangan mereka, begitu juga dengan Galih, istri dan anak perempuannya itu.Mereka bertiga pun masuk, Abel dan Raisa nampak sangat gelisah sekali."Aduh, ada apa ini?" batin Abel, wanita berstatus menantu itu sangat gelisah saat ini.Mereka pun duduk, Raisa menatap Enggar, juga Lina dan kedua anak Enggar."Siapa mereka, Kek? Kok penampilannya gini banget," ejek Raisa, masih dengan tatapan heran, juga tidak senang."Eh iya, siapa mereka ini? Kok bisa ada di ruangan ini juga," timpal Abel dengan sengaja, agar rasa penasarannya terobati."Duduk saja, duduk belum sudah banyak tanya," jawab Elea, membuat mereka berdua pun diam seketika. Akhirnya mereka duduk.Enggar dan Lina sangat tidak nyaman dengan ucapan Raisa, tapi mereka juga tidak berani untuk menyahutnya."Abel, Raisa, dan Galih. Kalian tahu, kenapa Mamah
Read more
633
Bab633Pov Jelita.Kupandangi wajah bersedih Enggar dan Lina, ketika dengan lantangnya anak perempuan Galih menghina kami.Apakah menjadi orang miskin itu sangat menjijikan bagi mereka? Sehingga ketika masuk ke dalam ruangan hotel ini saja, dan mereka bersitatap pada kami, nampak sekali raut sinis bercampur jijik itu terlihat di pandangan Raisa dan Abel.Awalnya aku tidak menyangka, bahwa mereka juga datang kemari. Yang paling tidak kusangka, rupanya mereka di minta datang kemari, hanya untuk mengakui perbuatan mereka tempo hari padaku.Lucunya lagi, mereka nampak ingin menutupi fakta. Hanya saja, aku tidak menyangka, bahwa kepala pelayan, merekam semua percakapan mereka padaku.Pada akhirnya, Raisa terlihat tidak tahan lagi dan menunjukkan ke kasarannya di depan Papah dan Mamah. Yang parahnya lagi, dengan lantang dia menghina kami, yang selalu dianggap rendah.Plak .... aku tersentak, ketika melihat Galih menampar keras pipi Raisa.Wanita muda itu langsung tersungkur ke lantai, karen
Read more
634
Bab634Pov Jelita."Nenek, tolong Raisa," pekik gadis angkuh itu. Aku dan lainnya terdiam, ketika dia tiba- tiba bersimpuh di bawah kaki Mamah Elea.Sedangkan Abel, wanita itu terisak- isak, seakan ikut terharu dengan apa yang anak gadisnya lakukan."Nenek, selama ini kita begitu dekat. Tapi kenapa, Nenek jadi berubah begini sama Raisa. Raisa rasanya tidak terima, jika cinta kasih Nenek, di rebut orang lain," lirih Raisa. Ah, gadis nakal itu tetap saja menunjukkan ketidaksukaannya padaku.Mamah Elea masih terdiam, membiarkan Raisa mengungkapkan isi hatinya."Dari kecil kita hidup bersama, Nek. Sedih rasanya, jika Nenek tiba- tiba membenci Raisa dan Mamah begini," lanjut gadis angkuh itu."Raisa," panggil Mamah Elea."Kamu bisa berdiri dan menjauh nggak? Nenek sangat tidak nyaman sekali dengan sikap kamu ini. Dari bayi, kamu memang sudah hidup bersama kami. Bahkan, hingga usiamu sekarang ini. Tapi apakah pernah kamu begitu dekat sama Nenek dan Kakek? Rasanya tidak.""Meskipun 1 rumah, k
Read more
635
Bab635Pov Jelita "Enggar, renungkan perkataan kami ini baik- baik. Jika kamu dan Lina, menyayangi anak- anak kalian, jangan biarkan mereka merasakan hidup kesulitan," ujar Mamah Elea."Kalian semakin berumur, seharusnya semakin dewasa, kan!!" ujar Mamah Elea lagi.Enggar dan Lina hanya bisa terdiam. Sementara Papah dan Mamah Elea menatap kami dengan intens.Adam sendiri celingak- celinguk layaknya bocah yang tidak paham apa- apa, tapi dia tahu untuk tidak banyak bicara diantara banyaknya orang dewasa yang berbincang.Sementara Dastan, anak Bagus yang berusia baru beberapa bulan itu masih terlelap di dalam gendongan kain yang Lina lilitkan di tubuhnya."Tidak ada yang mau bersuara?" tanya Papah, memecah keheningan kami semua."Enggar akan pikirkan lagi," sahut anak lelakiku itu."Bagus! Saya kasih waktu kalian 2 hari saja, jangan membuat kami kecewa," ujar Papah menekankan kalimat peringatannya.Enggar mengangguk patuh, kami pun tidak diizinkan langsung pergi, melainkan dibawa berbel
Read more
636
Bab636Pov Jelita."Mamah," pekik Rara, terkejut karena Ibunya tiba- tiba di pukul."Berani sekali kamu berkata sekasar itu pada anakku!!" bentak Mamah Elea kepada Amira.Bagus terkejut, begitu juga dengan Amira. Wanita itu memegangi pipinya yang kesakitan, dan Bagus membantu wanita itu berdiri."Anak? Anak dari mana, saya akan tuntut Anda, karena berani sekali memukul wajah saya," teriak Amira, dan plak, untuk kedua kalinya Mamah Elea memukul wajah Amira."Aggrrrhhh, sakit!" pekik Amira."Tuntut saya! Biar saya tidak rugi kamu tuntut, saya ingin membuat wajahmu rusak sekalian," ujar Mamah Elea, membuat kami semua terkejut."Sudah, Mah! Jangan begitu di depan Rara, kasihan dia ketakutan," ucapku pelan mengingatkan.Mamah Elea yang nampak tersulut emosi, sekita menatap ke arah Rara yang memelukku sambil menangis."Dasar orang tua sialan," teriak Amira dengan berani."Akan kubuat kamu menyesal dan berlutut di depanku! Brengsek, berani sekali dia memukul- mukul pipiku," lanjutnya berapi-
Read more
637
Bab637Elea membawa keluarga kecil Jelita untuk berbelanja pakaian mereka. Wanita yang usianya sudah renta itu pun begitu semangat memborong beberapa pakaian yang cukup mahal untuk kedua cucu Jelita."Apa yang kamu pikirkan?" tanya Kevin, mendekati wanitanya itu, ketika mereka berdua sudah berada di kamar hotel.Aroma sabun menguar, di indera penciuman Elea. Kevin, meskipun usia lelaki itu juga sudah tidak muda lagi, namun setiap selesai mandi, dia akan lebih dulu mendekati istrinya."Aku ingin membeli hunian mewah, untuk Jelita dan anak- cucunya.""Oh ya, kata kamu, mereka sudah membeli rumah minimalis," ujar Kevin, kemudian lelaki itu memeluk istrinya dari belakang dan meletakkan kepalanya di punggung Elea."Iya benar, tapi aku sakit hati dengan hinaan menantu dan anak angkatnya Jelita hari ini. Aku tidak suka, ada orang yang menghina anakku," jelas Elea. Kevin tersenyum, dia tahu Elea sangat menyayangi Jelita. Maka dari itu, selagi cinta dan kasih Elea masih positif, dia tidak akan
Read more
638
Bab638"Bu, kenapa kita malah di hotel ini lagi?" tanya Enggar, ketika Jelita berkunjung ke kamar mereka."Permintaan Kakek dan Nenek kamu, tidak bisa di tolak begitu saja, Nak.""Bu, Enggar merasa malu, dan rendah diri, jika kita dianggap mengharap belas kasihan mereka," ungkap Enggar."Kamu merasanya bagaimana, Nak? Apakah menerima kebaikan, serta warisan dari mereka, bagian dari memelas?" tanya Jelita.Lina masih terdiam, sambil merebahkan diri, karena sedang memberikan asi untuk Dastan.Sedangkan Adam sendiri, anak lelaki itu sedang lelap tertidur, dengan memeluk mainannya. Mainan pertama yang cukup besar, yang dia bisa miliki."Aku merasa menjadi lelaki tidak berguna, bu.""Kalau begitu buang perasaan sia- sia itu, tunjukkan pada Ibu dan keluarga besar Ibu, kalau kamu adalah seorang laki- laki yang bertanggung jawab, dan bisa diandalkan. Jadikan semua yang mereka berikan, sebagai modal untuk kamu, mewujudkan semua impian kamu dan keluarga kecil kalian.""Ibumu ini bukan orang kay
Read more
639
Bab639"Entah kenapa, kejadian itu sudah puluhan tahun lamanya, tapi lukanya tetap basah." Jelita bergumam seorang diri. Bahkan Abizar pergi tanpa berpamitan padannya dan anak- anak. Lelaki itu menghilang begitu saja."Jangan pernah bertemu kami lagi, apapun keadaanmu di sana," batin Jelita. Tiba- tiba pintu kamarnya di ketuk dari luar. Jelita bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu."Bu ...." Lina tersenyum sambil menyapa mertuanya itu. "Sudah larut, kenapa kamu keluar kamar? Ada apa, Nak?" tanya Jelita pada Lina."Aku nggak bisa tidur, mungkin tidak terbiasa. Bolehkan, Lina menemani Ibu, apakah Lina mengganggu?" tanya Lina balik."Lina tahu, Ibu jarang sekali bisa tidur dengan nyenyak kan!"Ucapan Lina nyaris 90% benar. Hanya saja, Jelita merasa heran, sejak kapan menantunya itu tahu."Ayo masuk," ujar Jelita pada akhirnya.Mereka berdua pun masuk, Jelita menyuguhkan dua gelas kopi sachet, untuk mereka nikmati. Karena memang Jelita saat ini, sangat sulit untuk tidur."Bu,
Read more
640
Bab640Di Hotel, yang di tempati Raisa, Abel dan juga Galih. Mereka bertiga duduk di sofa."Kamu mau aku seperti apalagi sama kamu, Abel? Dan kamu Raisa?" tanya Galih, memecah keheningan yang cukup lama."Mas, aku cuma nggak mau, anak terbuang itu mendapatkan warisan juga!""Kenapa? Berulang kali aku bertanya- tanya dalam pikiranku, sampai bertanya juga denganmu, kenapa bisa kamu tidak setuju? Seakan- akan, semua yang Papah dan Mamah punya, itu punya kamu!!""Ingat Abel, aku hanya anak mereka, dan kamu hanya menantu! Harta yang kita semua nikmati itu milik mereka! Kamu mau pun siapapun, tidak berhak untuk tidak setuju, sadar diri, Abel, Raisa!!"Abel mendengkus."Kamu yang memajukan perusahaan, aku berhak untuk tidak setuju, karena kamu bersusah payah dengan semua ini. Sedangkan anak terbuang itu, dia tidak ada berkontribusi sama sekali, jangan bodoh kamu, Mas," bentak Abel dengan berani."Fasilitas yang kami nikmati saat ini, adalah hasil jerih payah kamu sebagai suamiku, bukan Papah
Read more
PREV
1
...
6263646566
...
69
DMCA.com Protection Status