Semua Bab Tinggal Seatap dengan Maduku: Bab 31 - Bab 40
55 Bab
BAB 31
Pagi menjelang sinarnya menembus jendela kamar Cassandra. Hangat cahaya matahari mulai terasa menggantikan dinginnya subuh. Cassandra segera melanjutkan ibadahnya berdiri menghadap kiblat untuk shalat di waktu syuruq. Ahmad yang baru kembali dari masjid kemudian mendekat pada Cassandra dan memeluknya. Pagi yang terasa hangat dan nyaman bagi Cassandra setelah berhari-hari dingin dan sepi selalu berkawan dengannya."Mari kita sarapan." Ajak Ahmad."Aku belum masak Sayang, maaf." Ucap Cassandra pilu."Jangan sedih lagi, tak perlu merasa bersalah seperti ini." Ucap Ahmad sambil mengecup pucuk kepala Cassandra."Aku sudah membeli bubur ayam tadi didepan masjid." Sambung Ahmad kemudian."Baiklah ayo." Ucap Cassandra dengan senyum tipisnya.Ahmad membimbing Cassandra duduk di meja makan dan ia mulai menyiapkan bubur ayam yang ia bawa itu. Diletakkannya dalam mangkuk kemudian di hidangkan didepan Cassandra."Terima kasih, Sayang." Ucap Cassandra kemudian mulai melahap bubur ayam dihadapanny
Baca selengkapnya
BAB 32
Pov ZiaAku pulang dari klinik lebih awal, yang biasanya adzan magrib aku baru sampai kosan, kini selepas Ashar aku sudah pulang. Bukan tanpa alasan, ini karena kebijakan klinik yang memperbolehkan karyawan yang hamil muda untuk mengambil jam pulang lebih awal. Bu Maryam memang pengertian, sangat lumrah jika tak ada jarak antara para bidan yang bekerja di klinik dengan dirinya. Suasana kerja pun sangat kekeluargaan dan nyaris tak terasa tekanan karena budaya tolong menolong yang tinggi.Sepulang dari klinik, aku berencana pergi untuk makan di luar karena berdiam di kamar membuat rinduku pada kak Ahmad bertambah besar. Aku rasa sebaiknya aku menghindar dari kak Ahmad agar bisa berpikir jernih dan tak terlalu bergantung padanya. Aku harus terbiasa mandiri karena itu akan sangat berguna suatu saat nanti. Aku sangat menyadari bahwa posisiku adalah yang kedua dipernikahan ini. Artinya kak Ahmad tidak akan selalu ada disisiku. Maka dengan berat hati dan tertatih-tatih aku akan membiasakan d
Baca selengkapnya
BAB 33
Setelah hatiku terasa lebih tenang, aku merapikan barang-barangku. Kukemasi dalam tas yang kubawa, kemudian berjalan kearah kasir untuk membayar. Aku berjalan keluar restoran dan segera memesan becak yang memang mangkal tak jauh dari tempatku makan tadi. Hari sudah semakin menggelap dan aku belum melaksanakan shalat magrib. Sesampainya di kosan aku segera melaksanakan shalat magrib diiringi bacaan Alquran hingga menuju isya'. Tak lama setelah shalat isya' aku pun terlelap masih dengan mukenah yang menempel di badanku.***Author pov"Tidak bisa begini Ahmad, bagaimana pun aku yang pertama mengandung anakmu. Jadi kamu harus tetap menceraikan Zia. Bukankah menceraikan wanita lebih baik saat ia hamil agar nasab si jabang bayi terjaga? Ia akan tetap menjadi anakmu dan Ahlimu. Kamu tidak akan kehilangan anak itu." Cassandra masih tak paham bahwa yang Ahmad inginkan adalah kedamaian dalam pernikahan, bukan sekedar hadirnya anak."Cassandra, bisakah kita saling memberi pengertian dan menjal
Baca selengkapnya
BAB 34
Sesampainya di rumah, Cassandra telah keluar dari kamarnya. Ia tengah menata makan siang dari catering ke atas piring agar siap disantap berdua dengan Ahmad, suaminya."Sayang, kamu sudah keluar?" Tanya Ahmad girang melihat wajah Cassandra tak lagi ditekuk."Kamu sudah sampai?" Tanya Cassandra balik, kemudian menarik kursi dan duduk."Iya, makanan udah datang ya? Aku bawakan kamu alpukat kocok." Ucap Ahmad menyerah alpukat kocok kepada Cassandra."Emh.. enak Sayang." Ucap Cassandra setelah menyedot alpukat kocok nya."Iya, dari kedainya Ferdi." Ujar Ahmad sambil tersenyum, ia bahagia melihat Cassandra sudah bisa tersenyum."Hah, serius? Kamu abis dari mana sih?" Cassandra sedikit terkejut."Dari mall deket sini aja. Mampir ke kedai alpukat kocok Ferdi, sama beli ini nih." Ahmad menyerahkan sebuah kotak bludru berwarna merah ke hadapan Cassandra.Tanpa basa-basi Cassandra langsung membuka kotak itu, dan terpampang jam tangan cantik didalamnya."Itu smart watch, aku sengaja beli buat kam
Baca selengkapnya
BAB 35
"Halo Zia, tolong datang kerumah Cassandra bersama dokter Aisyah." Ucap Ahmad melalui sambungan telepon."Maaf kak kenapa? Aku dan dokter Aisyah masih ada jam praktek mungkin satu jam lagi. Ada apa? Apa kak Sandra ada kontraksi?" Tanya Zia."Iya Sandra mengeluh sakit perut, mulas dan ada bercak darah." Ucap Ahmad panik."Bisa kakak hitung jarak antar kontraksi dan durasi kontraksi berapa lama?" Ucap Zia berusaha tenang."Baik, aku akan kabari lagi nanti. Jangan sampai kamu susah dihubungi ya Sayang. Aku benar-benar panik." Ucap Ahmad jujur."Baik kak, Assalamualaikum." Zia menutup sambungan telepon itu setelah mendapat balasan salam dari Ahmad.Cassandra memang tidak memiliki komplikasi apapun di akhir kehamilannya. Sehingga dokter mengijinkan ia untuk menjalani proses melahirkan secara normal di rumah. Medical check up nya bagus dan kondisi mentalnya juga membaik. Terutama setelah ia menempati rumah barunya. Ia juga rutin berenang dan melakukan yoga serta mengikuti kelas ibu hamil ya
Baca selengkapnya
BAB 36
Zia kembali ke Apartemen terlebih dahulu sebelum pergi ke rumah Cassandra. Ia mengepak beberapa potong baju sekedar berjaga-jaga jika dibutuhkan untuk menginap beberapa hari. Setelah dirasa cukup ia pun segera menyetir mobilnya kerumah sang madu, Cassandra.Sekitar empat puluh menit mobil Zia sampai di pelataran rumah Cassandra yang cukup megah. Satpam membukakan gerbang untuk Zia, kemudian Zia pun segera memarkirkan mobilnya di tempat yang disediakan. Ia berjalan masuk menaiki anak tangga menuju pintu utama dan mengetuk pintunya."Assalamualaikum." Sapa Zia ketika pintu terbuka sempurna."Waalaikum salam, non Zia. Itu Nyonya Cassandra sudah semakin kesakitan, mengerang-ngerang sampai kasian liat tuan Ahmad dipukul dan dijambak tak bisa jauh dari nyonya. Nyonya tidak mengijinkannya." Jelas asisten rumah tangga Cassandra sembari mengantar Zia ke dalam kamar Cassandra."Oh, Zia akhirnya kamu datang. Cassandra lemas tidak mau makan apapun, hanya mengerang kesakitan dan kembali melemas sep
Baca selengkapnya
BAB 37
Zia pov"Sekali lagi perhatianmu pada kak Sandra membuatku cemburu. Akankah aku mendapat perhatian yang sama seperti itu kak?" Gumamku."Bibi siapkan ya, nanti saya bawa ke kamar kak Sandra." Titahku pada bi Ijah."Baik non." Jawabnya seraya menyiapkan makanan untuk kak Sandra. Setelah siap aku mengantarnya ke kamar kak Sandra.Sekali lagi aku melihat kemesraan dan perhatian kak Ahmad pada istrinya yang baru saja melahirkan. Kak Ahmad memijat lembut kaki kak Sandra sambil berbincang-bincang ringan. Bayinya masih terus ia gendong seakan tak ingin melepaskannya. Jika aku adalah orang lain, mungkin akan mengira mereka keluarga yang sempurna. Tentu saja mereka memang keluarga yang sempurna meski aku telah ada di tengah-tengah kebahagiaan mereka. Merasa bersalah dan serba salah setiap melihat kebersamaan mereka.Dengan berat hati kulangkahkan kaki masuk ke kamar kak Sandra."Kak ini kamu makan dulu ya." Ucapku sambil meletakkan nampan di meja lipat yang diletakkan di atas ranjang kak Sand
Baca selengkapnya
BAB 38
Cassandra povSakit yang muncul seiring dorongan dari bayiku ini rasanya sungguh luar biasa. Setelah menanti selama hampir enam tahun lamanya, akhirnya bayi yang selalu kusebut dalam setiap do'aku akan segera lahir di bumi. Jika beberapa hari lalu rasa takut yang selalu menghantuiku, kini saat kelahiran telah dekat justru aku merasa lebih optimis. Meski begitu ternyata rasa sakit akibat kontraksi membuat nafsu makanku hilang entah kemana. Alhasil kini aku cukup kepayahan. Alhamdulillah, Zia maduku memberiku cairan infus sehingga aku cukup bertenaga untuk mengejan. Meski hubungaku dengan Zia pasang surut kadang akur kadang tidak, aku akui Zia adalah tenaga medis yang profesional. Ia sangat perhatian, cekatan, dan detail dalam menangani pasien. Setiap rasa sakit muncul, aku hanya berusaha mengikuti naluri dan mulai mengejan. Zia dan dokter Aisyah memanduku dalam setiap proses kelahiran bayiku ini. Beberapa kali aku mengejan namun kepala bayiku belum juga keluar. Dokter Aisyah pun denga
Baca selengkapnya
BAB 39
Ahmad bersikukuh menjelaskan tentang kondisi Zia melalui sambungan telepon itu, namun aku memilih untuk tidak percaya pada kondisi Zia. Sepertinya terlalu mengada-ada. Aku juga pernah mengandung dan baru saja melahirkan malah. Tapi keluhan seperti Zia tidak terjadi sama sekali padaku. Mungkin ada beberapa orang yang memiliki kondisi kehamilan yang kurang baik namun aku rasa Zia bukan salah satunya, bukannya dia seorang bidan. Mana mungkin seorang bidan tidak bisa menjaga kondisi kehamilannya.Setelah menelepon Ahmad aku berusaha untuk menelepon orang tuaku, berharap mereka bisa menemani aku selama beberapa minggu kedepan. Setelah mengobrol lewat telepon akhirnya mamaku setuju menemani aku tapi papaku tidak bisa ikut karena pekerjaan."Esok mama akan datang, aku harus segera meminta bi Ijah menyiapkan kamar untuk mama. Emh sebaiknya kamar yang digunakan Zia saja. Letak kamar itu bersebelahan dengan kamarku jadi akan ada mama yang siaga membantuku siaga menjaga bayiku." Pikirku dalam ha
Baca selengkapnya
BAB 40
"Bukannya ada kak Sandra meski aku nggak lagi bisa menemanimu,Kak?" Tanya Zia sambil mengerutkan dahi."Sayang, kamu dan Sandra sudah hadir dalam hidupku. Tidak mungkin aku sanggup untuk terpisah dari kalian. Kamu memiliki kedudukan yang sama seperti Sandra, maka jika aku sampai kehilanganmu aku nggak sanggup membayangkan. Sudah ah, capek sendu-senduan. Sekarang kamu tidur ya." Ahmad mengecup seluruh wajah Zia sebelum membiarkan istrinya itu tidur. Sekali lagi, Ahmad menenangkan hati dan mengukir senyum di bibir Zia.***Pagi itu Ahmad dan Zia tengah sarapan di rumah sakit sebelum pulang ke rumah Cassandra. Ahmad membeli makan di kantin klinik sedangkan Zia memakan jatah makan paginya yang hambar."Assalamualaikum, selamat pagi, lagi sarapan ya?" Dokter Aisyah datang dan menyapa Zia. Zia dan Ahmad pun membalas salam dokter cantik itu."Zi, kamu pulang hari ini ya? Yakin kamu nggak mau bed rest di sini aja dulu. Kondisimu tuh belum cukup bagus." Tanya dokter Aisyah khawatir."insyaAlla
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status