All Chapters of Tinggal Seatap dengan Maduku: Chapter 41 - Chapter 50
55 Chapters
BAB 41
Ahmad mengiringi Zia menuju ke kamar tempat Zia akan tinggal sementara waktu. Namun didepan kamar,"Itu kamar ibuku, pergilah ke kamar atas!" Perintah Cassandra dengan acuh."Sayang, kasian kalau Zia harus naik turun tangga." Ucap Ahmad sedikit kesal dengan tingkah Cassandra yang semakin kekanakan."Tidak apa-apa kak, toh aku tidak akan banyak keluar kamar. Aku kan masih harus bed rest." Ujar Zia menengahi."Kamu yakin, Sayang?" Ahmad masih kurang yakin akan keputusan Zia.Zia mengangguk pasrah, sedangkan Cassandra memalingkan wajahnya. Ahmad memapah Zia menaiki satu persatu anak tangga hingga menuju lantai dua. Zia memilih kamar paling ujung yang memiliki balkon."Kamu suka kamarnya, Sayang?" Tanya Ahmad."Ya, lumayan aku bisa duduk di balkon kalau aku bosan." Ucap Zia dengan senyuman tipis."Aku tahu kamu kesal dan kecewa dengan sikap Cassandra. Tapi aku sangat bersyukur, kamu bisa tenang dan sabar menghadapinya." Ucap Ahmad sembari mengelus kepala Zia. Zia hanya tersenyum tipis, be
Read more
BAB 42
Ahmad mulai melangkah ke arah kamar Cassandra, sayup-sayup terdengar Cassandra tengah membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an dari gawainya dengan isakan disela-sela nya. Ahmad mengintip dari sela pintu yang tidak benar-benar tertutup. Dapat ia lihat dengan jelas bahwa Cassandra tidak sedang baik-baik saja. "Aku kira setelah kelahiran anak kita, kamu akan berangsur membaik, Sayang. Namun nyatanya, rasa sakit mu tidak juga sembuh dengan kehadiran bayi kecil kita yang cantik jelita." Gumam Ahmad dalam hati."Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh, belum tidur Sayang?" Ucap Ahmad seraya masuk dan mendekati Cassandra. Kecupan hangat yang cukup lama ia berikan di puncak kepala Cassandra, agar Cassandra merasa nyaman dan disayangi."Aku menunggumu, bayi kita sudah tidur setelah menyusu, namun biasanya ia akan terbangun lagi selang beberapa jam." Cassandra menjelaskan tentang bayinya." Kamu lelah? Istirahatlah, selagi bayi kita tidur. Nanti jika ia bangun aku akan berusaha menjaganya dulu, ji
Read more
BAB 43
Cassandra povSemenjak lahir putri cantikku kurang mendapat perhatian dari ayahnya. Jangankan kasih sayang, namapun belum diberikan oleh Ahmad. Saat hendak mentahnik bayiku, mendadak Zia malah pingsan dan membuat kehebohan sehingga aku harus mengurus bayiku sendirian di malam pertamanya hadir di bumi. Alhamdulillah, keesokkan harinya Mamaku datang dan memberikan cukup banyak bantuan tenaga juga suport untukku. Keberadaan Zia dirumahku membuat perhatian Ahmad terbagi, apalagi menurut mereka kehamilan Zia cukup beresiko. Ditambah dengan kebangkrutan usaha Ahmad, membuat putriku semakin tersisihkan. Esok Rencananya acara aqiqah dan pemberian nama untuk putriku yang cantik.Aku menjual semua perhiasanku, kebetulan penjualnya adalah temanku. Ia kuminta datang ke rumahku untuk proses jual belinya. Setelah proses selesai aku mendapat uang tunai cukup banyak. Aku berniat membuat open house di rumahku ini dan mengadakan pesta besar-besaran untuk aqiqah putri cantik yang telah kunanti kehadiran
Read more
BAB 44
Zia pov"Tadi aku ketemu sama istri pertama suamimu dibawah pas aku baru datang, Zi." Ucap Raisa saat kami tengah menapaki anak tangga menuju kamarku. Aku cukup lelah dengan keramaian di bawah. Tak ku sangka acara aqiqah bisa dibuat semewah ini, ah tapi aku memang berasal dari keluarga sederhana. Aku hanya bisa mengucap masyaAllah di setiap kekagumanku. Kak Sandra memang selalu memukau dan selalu kukagumi sejak pertama kali kami bertemu. "Zi.." Raisa menyadarkan aku dari lamunanku tentang kak Sandra."Eh, iya itu kak Sandra." Ucapku kikuk."Iya aku tau, kamu kenapa sih kok kikuk dan kayak gak nyaman gitu?" Ucap Raisa sambil terus menopang jalanku yang makin susah, apalagi menapaki tangga seperti ini."Udah tar deh kita ngobrol pas di dalam kamar aja. Hehehehe.. gibah kita." Ucapku bercanda."Hush, dosa tar kalo gibah." Cegah Raisa dengan senyuman di bibirnya. Sesampainya dikamar, aku langsung merebahkan diri di kasur sedangkan Raisa duduk bersila di kasur ku juga."Jadi tadi itu aku
Read more
BAB 45
Author povadzan subuh berkumandang dipagi yang damai, Ahmad pergi ke masjid dengan papa mertuanya. Kedua Istri Ahmad, Zia dan Cassandra tengah dalam suasana hati yang baik. Zia sedang merapikan kamar selepas melaksakan ibadah subuh dikamarnya, sedangkan Cassandra sedang bercengkrama dengan bi Ijah di dapur dalam rangka menyajikan sarapan pagi ini.tepat pukul delapan pagi semua orang berkumpul di meja makan untuk sarapan."Zia, namamu Zia kan nak?" tanya papa mertua Ahmad pada Zia setelah mengelap mulutnya. Ia menyudahi makan paginya yang terasa begitu nikmat."I..iya Pak." jawab Zia tergagap karena tak menyangka ia diseret dalam sebuah obrolan canggung antara dia dan keluarga madunya."Bagaimana kondisi kehamilanmu?" Tanya papa Cassandra lagi."Alhamdulillah Pak baik, bapak sendiri bagaimana kabarnya? maaf tiba-tiba harus bertemu dalam kondisi yang kurang nyaman." Ujar Zia kikuk."Apa yang kurang nyaman? apa karena kamu adalah istri kedua Ahmad?" Papa Cassandra kembali melayangkan p
Read more
BAB 46
"Mungkin kak Sandra sedang ditahap lelah jiwa dan raga. Aku tidak ingin bersu'udzon, tapi apa kak Sandra sebenarnya tidak ikhlas atas kehadiranku di tengah-tengah kalian?" Tanya Zia pada Ahmad.Ahmad cukup terkejut dengan pertanyaan Zia yang memang pantas ditanyakan. "Entahlah Zi, mungkin dia cemburu dengan kedekatan kita, apalagi kondisinya dia baru saja melahirkan, tapi aku bukan melupakan Cassandra. Bukankah aku tidak pernah mencurangi jatah malam kalian?" Ahmad menjawab dengan pertanyaan balik.Zia menghela nafas, berusaha berpikir jernih dan mencari jalan keluar agar situasinya membaik. Ia mengajak Ahmad naik keatas untuk mendiskusikan beberapa hal tentang pernikahan mereka. Sedangkan dikamar Cassandra, papa Cassandra masih memeluk anaknya yang rapuh. Ibu Cassandra mengelus dan membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an dengan suara merdu berharap anak semata wayangnya bisa tenang dan kembali ceria seperti biasanya. Papa Cassandra tak henti membisiki Cassandra agar mengucap Istighfar.
Read more
BAB 47
Selepas sholat di masjid, Ahmad berniat berjalan-jalan pagi ke arah taman dimana sering ada penjual bubur ayam dan aneka jajanan Ahmad ingin membeli bubur untuk sarapan orang rumah sekaligus mencari keringat agar segera datang rasa kantuk."Pa, Ahmad mau cari bubur dulu. Buat sarapan orang serumah. Papa balik aja duluan." Ijin Ahmad pada mertuanya."Ya sudah Papa duluan ya." Jawab papa Cassandra.Sembari berjalan Ahmad mengambil jalan memutar mengitari area tepian perumahan di bagian belakang. Pemandangan danau yang indah dan pepohonan yang rindang menyejukkan mata membuat bibir tak hentinya mengucap masyaAllah. Ahmad terus berjalan hingga keluar gerbang perumahan bagian belakang berbelok kearah perumahan cluster yang masih satu pengembang dengan perumahan tempat rumah Cassandra dibangun. Bentuk rumah-rumah di cluster itu lebih kecil, berlantai satu dengan halaman yang tidak terlalu besar namun tertata dengan baik sehingga nampak cantik dan nyaman dipandang mata. Untuk port mobil kira
Read more
BAB 48
"Sayang, jangan sia-siakan kesempatan ini karena kali ini aku sangat bersemangat untuk menyambutmu." Ucap Zia dengan nada menggoda membuat Ahmad semakin tak sabar untuk segera memulai serangan cintanya."Jangan salahkan aku kalau aku hilang kendali, kamu yang memancingku Zia." Racau Ahmad dengan mata sayu.Mereka berdua pun memadu kasih dalam indahnya ibadah. "Kak sudah mau magrib, ayo bangun kita belum sholat ashar." Ucap Zia sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk selepas mandi junub."Iya Sayang." Ahmad segera beranjak dan mandi dengan cepat.Ahmad mengimami Zia untuk shalat ashar kemudian disambung dengan shalat magrib saat adzan selesai berkumandang tak lama setelah mereka menyelesaikan sholat ashar."Tumben kak Ahmad nggak ke masjid? Bukannya wajib ya Kak untuk laki-laki sholat berjamaah di masjid?" Tanya Zia sambil melipat mukenanya."Diluar sedang hujan gerimis, Sunnahnya jika hujan turun kita melaksanakan shalat di rumah saja, dan tidak perlu ke masjid." Jelas Ahmad pada
Read more
BAB 49
Zia povAzizah satu kata yang melekat pada diriku, ia adalah namaku. Satu-satunya hadiah terindah dari almarhumah ibuku. Beberapa hari setelah melahirkanku ia meninggal dunia karena komplikasi pasca melahirkan. Setelah kepergian ibuku, Ayah dan kakak-kakakku lah yang memberiku kasih sayang dan kehangatan sebuah keluarga. Aku tak pernah merasa kekurangan sedikitpun selama ini. Aku tumbuh menjadi seorang gadis periang karena begitulah karakter yang dibangun oleh keempat kakakku.Dibesarkan oleh seorang ayah pekerja keras membuatku menjadi seorang gadis mandiri dan cukup cakap dalam mengatasi masalah. Semua sifat dan kepribadianku tak lain adalah didikan ayahku yang keras dan tegas namun juga penyayang. Ayah seorang pengusaha kecil dibidang travel umroh. Ia membangun usahanya dari bantuan modal seorang temannya. Ayahku sempat mengalami kolaps ketika itu aku baru saja lulus sekolah menengah atas. Aku terancam tidak kuliah, padahal aku sangat ingin menjadi seorang bidan. Pekerjaan yang ku
Read more
BAB 50
Malam menjelang, kini tinggallah aku dan suamiku di ruang rawat inap ini. Masih dalam suasana yang sulit digambarkan, antara sedih, senang, dan khawatir. Namun satu hal pasti yang aku berusaha yakini, bahwa segala sesuatu yang terjadi padaku kini ialah kehendak Allah. Qodarullahu wa masya'afala, maka aku hanya berusaha menerima apapun yang akan terjadi padaku maupun pada bayiku. Meskipun kondisi bayiku tak banyak perkembangan namun aku masih sangat berharap ia bisa bertahan dan hidup menjadi anak yang shaleh. Tak banyak harapan yang aku inginkan untuk bayi kecilku itu. Cukup hidup dengan keimanan yang teguh, sehingga bisa menentukan langkah yang benar dalam hidup ini. Tahu batas halal dan haram sehingga tidak mengambil jalan yang salah bahkan menerjang yang haram demi mengejar sesuatu yang melekat sifat dunia padanya."Sayang, tidurlah. Jangan terlalu lelah nanti asi kamu sulit keluar, katamu ingin membuat stok asi untuk bayi kita." Ujar kak Ahmad mengelus kepalaku yg terbungkus bergo
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status