All Chapters of CAHAYA (Patung Kuda Di Rumah Mertua 2): Chapter 11 - Chapter 20
50 Chapters
Ada yang curiga
"Nggak papa kok, cuma kayak keseleo nih leher aku," kataku sambil menggoyang-goyangkan kepalaku. Belum saatnya kalian tau yang sebenarnya.Aku melihat sosok yang sangat menyeramkan sedang mengintip dari pintu lab. Tubuhnya penuh luka bakar, sangat mengerikan. Apa itu petugas kebersihan yang meninggal saat peristiwa kebakaran dulu?Bulu halus di sekujur tubuhku seketika bangkit semua. Belum pernah aku 'melihat' yang seperti itu wujudnya. Pantas saja, banyak orang takut melihat hantu. Kalau wujudnya seperti itu sih, Pak Ustad juga bakalan kabur."Haya, kamu bisa merasakan ya?" bisik Meti, sambil menoel tanganku, dia sudah berada di sebelah kiriku."Maksudnya?" Aku pura-pura tidak tau maksud Meti. Kami terus mengayunkan langkah kaki kami menuju ke kantin sekolah. "Pasti tadi kamu merasakannya kan? Makanya kamu kayak kaget gitu." "Ah, enggak kok. Amit-amit kalau aku bisa merasakan kehadiran makhluk halus hiii." Aku pura-pura merinding, supaya Meti tidak curiga. Meti tetap saja memandang
Read more
Hantu gosong
Hei, kenapa ini? Kenapa langkah kami sangat berat? "Guys, kakiku nggak bisa gerak nih," kata Rindi."Sama, aku juga," sahut Ray.Reflek kami semua berusaha mengangkat kaki kami, tak ada yang bisa mengangkat kakinya. "Gimana ini?" tanya Cila mulai ketakutan. "Semua tenang. Tarik nafas dalam-dalam, jangan ada yang takut," kata Meti. Aku merasakan ada yang memegang bahuku, aku ingin menoleh tapi tak bisa. Rasanya tubuhku menjadi dingin sekali. Keringat sebesar-besar jagung keluar dari pori-poriku. Waktu seakan berhenti berputar. Aku mencoba melirik dengan ekor mataku. Alangkah terkejutnya aku, melihat hantu gosong menampakkan dirinya perlahan dari belakangku. Perlahan tapi pasti, dia semakin jelas berjalan ke depanku. Bau anyir juga gosong yang sangat menusuk, langsung memenuhi rongga hidungku. Aku mencoba memanggil teman-temanku, tapi suaraku tidak mau keluar dari tenggorokanku.Masih bisa ekor mataku melirik kesana kemari, teman-temanku hanya berdiri seperti patung saja. Kini sos
Read more
Dimensi lain
"Maafkan saya Pak Rudi. Saya tidak sengaja waktu itu. Tolong, jangan sampai hal ini tersebar kemana-mana. Reputasi saya akan hancur. Saya akan bayar ganti rugi." Suara siapa itu? Kubuka perlahan mataku. Ini kan ruangan lab. Kulihat Bapak tadi memakai seragam petugas kebersihan, sedang berbincang dengan siapa ya? Aku nggak kenal. Berarti dia sudah menjadi petugas kebersihan di sekolah ini."Saya nggak butuh uang Bapak. Saya mau, Bapak mempertanggung jawabkan perbuatan Bapak. Enak sekali, Bapak bisa bebas kemana-mana setelah menghilangkan nyawa anak saya. Jangan karena Bapak pemilik yayasan ini, Bapak bisa sesuka hati saja!" Ternyata Bapak itu pemilik yayasan. Aku baru hari ini masuk sekolah, jadi belum tau sama pemilik yayasan. Guru-guru aja belum pada kenal."Ya sudah, kalau Bapak tetap keras kepala. Silahkan laporkan saya. Lagipula, Bapak nggak ada bukti," kata Bapak pemilik yayasan, sambil berjalan ke arah pintu keluar lab. "Siapa bilang saya tak ada bukti, saya bukan orang yang bo
Read more
Kebenaran
Dia mengatur sedemikian rupa, hingga botol itu menjadi sangat dekat dengan lilin itu. Saat dia akan melangkah pergi, dia tiba-tiba terdiam, seperti ada yang menahan kakinya. Aku melihat ke bawah kolong meja. Ternyata Bapak petugas kebersihan yang menahan kakinya. Bapak itu ternyata masih hidup. Bapak kepala yayasan berusaha keras melepaskan kakinya dari cengkraman Bapak petugas kebersihan. Dia tampak panik. Matanya berulang kali melihat ke meja yang ada botol cairan dan lilin tadi. "Lepas Pak Rudi. Maaf, saya terpaksa melakukan ini. Saya nggak mau karir dan usaha yang saya bangun bertahun-tahun, hancur sia-sia," katanya berusaha melepaskan diri. Tapi cengkeraman Bapak petugas kebersihan semakin kuat. Dengan sekuat tenaga, Bapak kepala yayasan memukuli bahkan menendang Bapak petugas kebersihan. Sampai akhirnya dia menggunakan sebuah kursi untuk memukul tubuh Bapak petugas kebersihan. Sungguh tak tega aku melihatnya, tapi aku juga tak bisa berbuat apa-apa. Kalau aku bisa menyentuh ap
Read more
Penyebab kebakaran
"Haya, kamu kok pergi sekolah nggak ngajak aku. Kamu kan janji, mau menemui Mama aku," omel Dara saat melihatku sudah sendirian di kamar. Tadi Nek Wid menemaniku dan menyuapiku makan, setelah aku sampai di rumah dan masuk ke dalam kamarku. Makanya dia belum menampakkan wujudnya. Tapi, setelah nenekku pergi dia mulai beraksi menunjukkan wajahnya yang cemberut."Kamu yang kemana aja. Lagian aku tadi kesiangan, mana ingat sama temen yang nggak nampak wujudnya," kataku sambil merebahkan tubuhku. Rasanya sangat lelah. Maklum aja, beberapa hari cuma jadi kaum rebahan, sekarang harus melakukan aktifitas normal lagi. Ditambah dengan kejadian di sekolah tadi."Kamu sakit? Kok pucat banget," tanya Dara. Dia duduk di tepian ranjangku. "Nggak, tadi aku baru ketemu hantu gosong di sekolah." "Ih serem." "Situ hantu tau, masa takut sama hantu juga." Aku mengejek Dara yang menunjukkan ekspresi takut. "Tapi aku kan, nggak serem. Manis malah." "Narsis. Sana gih. Aku mau tidur dulu. Capek banget.
Read more
Ke rumah hantu gosong
Kapur itu tiba-tiba terjatuh. Setelah alamat itu selesai ditulis. Meti cepat-cepat mengambil buku tulisnya dan mencatat alamat yang tertera."Mungkin kita disuruh ke alamat ini Ya," kata Meti."Mungkin," jawabku."Nanti pulang sekolah kita kesana." "Teman-teman yang lain, bagaimana? Apa kita ajak?" "Iya dong. Bisa ngambek mereka kalau nggak diajak. Dari awal kan, mereka sudah tau tentang misi ini." "Woi, mau ngajak kemana nih." Tau-tau Rindi disusul teman-teman yang lain pada masuk ke kelas. "Ada deh, nanti aja, pas jam istirahat kita bicarakan," sahut Meti. Aku melirik ke papan tulis, teringat kalau tulisan tadi belum kami hapus. Ternyata tulisan itu sudah hilang. Syukurlah, agar tak menjadi tanda tanya teman-teman yang lain. UUUIIIINNGGGGGBel pertanda jam masuk berbunyi. Kami semua menuju ke lapangan sekolah untuk berbaris. Selama seminggu ini, sebagai siswa baru kami harus mengikuti kegiatan baris berbaris di pagi hari. Tak ada kegiatan khusus sih. Hanya perkenalan saja. ★
Read more
Mencari bukti
"Kami akan bantu Ibu untuk mendapat keadilan atas kematian suami Ibu," kataku seraya berusaha menahan pintu itu. Sejenak ibu itu diam menatapku. "Apa maksud kamu?" tanyanya menatapku langsung ke mataku. "Pak Rudi memberi tau semuanya sama saya," kataku. Matanya semakin membulat melihatku."Jangan ngaco kamu. Suami saya sudah meninggal." Dia berusaha mendorong pintu itu lagi. Tapi Andri mendorong pintu itu dengan keras, hingga membuat ibu itu mundur beberapa langkah, bahkan hampir terjatuh. Aku melotot ke arah Andri, dia hanya mengedikkan bahunya. "Ibu, nggak papa?" tanyaku pada Ibu itu, sambil berusaha membantu menyeimbangkan tubuhnya."Jangan sentuh saya!" Dia menepis tanganku dengan kasar. "Darimana kamu tau tentang suami saya?" tanyanya padaku. Tatapannya masih saja dingin seperti tadi."Um, dari Pak Rudi sendiri Bu." "Maksud saya. Bagaimana kamu bisa mengenal suami saya?" "Ibu duduk dulu. Saya akan menjelaskannya." Aku membimbing ibu ini, untuk duduk di sofa sederhana di d
Read more
Jangan gegabah
Aku bingung mau jawab apa. Bukti belum ada di tanganku. Aku takut, kalau kubilang siapa pelakunya. Istri Pak Rudi akan bertindak nekat dan melaporkan Bapak pemilik yayasan. Bisa-bisa keadaan berbalik, kami yang akan kena masalah. "Iya, Cila benar juga. Pasti kamu tau pelakunya. Kenapa nggak kita adukan langsung aja ke polisi? Biar polisi menyelidiki ulang kasus ini." Andri juga mulai ikut bersuara."Nggak sesimpel itu juga. Pelaku pasti sudah memikirkan semua ini matang-matang. Apalagi kasus ini sudah bertahun-tahun lamanya. Tentunya dia sudah punya alibi yang menentang kalau dia ada di lokasi kejadian." Fuhh. Sukurlah ada Rindi yang sangat rasional. "Rindi benar juga. Tapi kami boleh tau kan pelakunya, Haya? Orangnya ada di sekolah kita nggak? Biar kita bisa mengawasi gerak geriknya? Aku disuruh nguntit sampai ke rumahnya juga mau." Hmm, ternyata ada detektif conan kw di antara kami. Siapa lagi kalau nggak si Ray. Memang kecil bodynya, tapi dia memang lebih lincah dari Andri yang
Read more
Flashdisk
"Itu lemari baju anak saya. Semua kenangan dia tersimpan di situ. Saya nggak mau kenangan itu jadi rusak karena kalian acak-acak.""Kami akan bereskan lagi Bu. Kami pastikan, nggak ada yang akan rusak. Kami akan sangat hati-hati," kata Meti."Ya Bu. Mungkin saja itu harapan terakhir kita. Kalau memang tak ada apa pun. Saya janji, saya nggak akan mengungkit hal ini lagi." Aku memohon pada istri Pak Rudi. Hatiku bilang, ada sesuatu di dalam lemari itu."Ya sudah. Tapi jangan sampai ada yang rusak. Saya nggak akan memaafkan kalian, kalau ada yang rusak." "Iya Bu, kami akan hati-hati," ucap Meti seraya mengulas senyum manis, namun dibalas tatapan dingin oleh istri Pak Rudi. Kami semua sudah berkumpul di sini, di kamar anak Pak Rudi. Kamar ini tampak bersih dan terawat. Berbanding ruangan lain yang terbiar begitu saja. Kamar khas anak remaja putri. Bahkan di meja belajarnya, masih tersusun rapi buku-bukunya. Sebuah laptop berwarna silver tampak ada di atas meja itu.Dengan perlahan aku m
Read more
Menghibur istri Pak Rudi
"Bener juga, saya juga sudah lapar. Kita makan disini, ya Bu. Biar saya dan Andri yang beli mi instan ke warung. Para cewek, bantu Ibu membersihkan rumah." Kami semua setuju dengan usul Raya. Mata kami menatap istri Pak Rudi penuh harap. Kami yakin, beliau sedang butuh suasana baru. Kelihatan kesepian hidupnya, makanya sikapnya jadi dingin begitu. "Tapi jangan berantakan." Kami sangat senang, istri Pak Rudi mengizinkan juga. "Bu, kita belum kenalan. Nama saya Rindi, itu Meti, yang pakai kacamata Cila, dia Andri dan yang imut, Raya. Nama Ibu siapa?" Rindi memperkenalkan teman-temanku pada istri Pak Rudi."Ih, aku nggak dikenalin." Aku memasang wajah cemberut pada Rindi. "Kamu kan, udah memperkenalkan diri tadi. Ibu masih ingat kan nama teman kami yang indigo ini?" Senyum mulai menghiasi wajah istri Pak Rudi. "Panggil saya Bu Ayu," kata istri Pak Rudi. Intonasinya bicara tak lagi ketus."Rin, enak aja kamu bilang aku imut," sungut Raya. "Udah deh, nggak usah ngelak. Nyatanya kamu
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status