Semua Bab Kamu Berulah, Waspadalah!: Bab 31 - Bab 40
224 Bab
Informasi. 31
INFORMASIPART 31"Di minum dulu, biar makin kuat dan bertenaga!" pintaku. Mas Bima terlihat beranjak. Ia hanya menggunakan boxer saja.Ia nampaknya udah nurut dengan perintahku. Tanpa banyak tanya, ia langsung meneguk minuman yang aku berikan, hingga tuntas.Setelah gelas itu kosong, ia memberikannya padaku. Aku segera menerimanya, dan meletakkannya di atas meja."Sini!" tarik Mas Bima. Aku masih kalah dengan tenaganya. Biarlah aku nurut saja. Yang penting ia tak curiga.Tapi, ucapan Pak Maftuh tadi, cukup membuatku Baper. Cukup membuat hati ini berbunga-bunga."Mas, aku kok jadi penasaran dengan Pak Aksa, ya? Dia ada di mana?" tanyaku santai."Kita mau bersenang-senang, kenapa harus bahas lelaki lumpuh tak guna itu!" balas Mas Bima. Aku membalas pelukannya, agar ia tak curiga."Ya, nggak sih, penasaran aja. Dari pada kita senang-senang tapi aku masih kepikiran, kan, juga jadi nggak enak senang-senangnya," jawabku asal."Emm, iya juga, ya?!" balasnya."Makanya, kalau nggak di kasih t
Baca selengkapnya
Saling Mengancam. 32
SALING MENGANCAMPART 32"Kenapa kamu meninggalkanku di hotel?" tanya Mas Bima padaku. Nada suara berbisik. Keadaan kantor masih sepi, karena memang masih pagi."Maaf, ada telpon dari Pak Maftuh kemarin. Jadi karena kamu tertidur pulas, aku pergi begitu saja. Mungkin karena saking nikmatnya, hingga kamu tidur begitu saja," jawabku asal. Ia melipat kening."Aku tak merasakan melakukan apapun kepadamu," lirihnya. Seolah takut ada yang mendengar. Sesekali matanya terlihat mengedarkan pandang.Aku mengulas senyum, seolah semua baik-baik saja."Teganya kamu, jadi kalau aku sampai hamil, kamu nggak akan tanggung jawab?" tanyaku asal. Karena ingin tahu seperti apa reaksi lelaki yang ia bisa membodoh-bodohi wanita itu.Ia semakin melipat keningnya. Wajahnya seketika pucat."Kamu nggak mungkin hamil. Aku tak merasa melakukan apapun denganmu," ucapnya, kemudian ia terlihat mengusap wajahnya.Dasar laki-laki buaya darat. Kalau sudah mendapatkan nikmatnya, seolah tak mau bertanggungjawab jika ter
Baca selengkapnya
Adu Mulut. 33
ADU MULUTPART 33"Sayang, aku muak dengan perempuan ini, yang selalu menggodaku, makanya aku samperin! Agar ia tak terus menerus menggodaku!" ucap Mas Bima. Cukup membuatku terkejut. Sungguh lelaki pecundang.Kuperhatikan Bu Sukma, ia terlihat mengangkat kedua alisnya."Benarkah?" tanyanya."Mana mungkin aku berani berbohong denganmu," jawab Mas Bima. Seolah nampak sekali kalau Bu Sukma tahu.Owh ... dari sini aku menjadi tahu, yang bucin bukan Bu Sukma, tetapi Mas Bima sendiri. Dasar pintar sekali ia membolak balikkan keadaan.Kalau tak ingat pesan Pak Maftuh, untuk menunggu dia, saat memberikan video ini, rasanya ingin aku beritahukan sekarangTapi, aku sudah terlanjur janji, akan memberikan video ini, saat Pak Maftuh juga ada di kantor.Aku juga takut, kalau terjadi apa-apa, Pak Maftuh akan menyalahkan ku. Jadi lebih baik aku nurut saja. Lagian aku masih sangat menikmati keadaan ini.Belum lihat video saja, keadaan sudah menegangkan. Apalagi kalau video itu aku berikan? Hemm ... r
Baca selengkapnya
Suatu Kabar. 34
SUATU KABARPART 34"Cari sampai ketemu!" sungut Bu Sukma masih dengan gawai ia tempelkan di telinga. Nada suaranya membentak dengan lantang.Komunikasi nampaknya terputus."Ada apa?" tanya Mas Bima. Sorot mata murka semakin terlihat jelas."Mas Aksa nggak ada di tempat," jawabnya dengan nada terlihat emosi."Kok, bisa?" tanya Mas Bima."Ya, mana aku tahu!" sungut Bu Sukma dengan nada suara yang masih lantang. Kemudian ia menatapku tajam."Urusan kita belum selesai! Lihat saja! kamu akan bertekuk lutut meminta maaf padaku!" sungutnya dengan telunjuk tepat di wajahku. Tanpa menunggu jawaban apapun dariku, mereka segera berlalu. Terlihat sangat tergesa-gesa.Kuatur dulu napas ini. Karena dari tadi terasa sesak di dalam sini. Kemudian aku segera melangkah menuju ke ruangan Pak Maftuh. Dengan hati yang tak kalah berdebar.Ya Allah ... semoga mereka baik-baik saja. Dan bisa selamat dari pencarian orang-orang suruhan Bu Sukma. Ya, tak bisa aku pungkiri, kalau perasaan ini sungguh membuatku
Baca selengkapnya
Kejadian. 35
KEJADIANPART 35Aku segera berlalu dari tempat mengupingku, sebelum ketahuan. Karena aku lihat, ia sudah menyelesaikan telponnya. Bisa habis jika aku ketahuan menguping. Apalagi Pak Revando memang tak suka akan hadirku di kantor ini.Dengan perasaan hati yang tak bisa lagi aku jelaskan, aku segera bergegas menuju ke ruangan Pak Maftuh. Keringat dingin membasahi sekujur tubuhku.Kubanting pantat ini di kursi. Menenangkan hati yang berkemelut hebat. Ya, untuk pertama kalinya aku berada pada posisi ini. Menjadi orang kaya dan ternama aku pikir menyenangkan, dambaan semua orang, karena di segani banyak kalangan. Ternyata tak semanis yang dipikirkan.Kuatur napas yang terasa tersengal-sengal ini. Karena melihat dan mendengar kejadian hari ini, membuat jantungku berpacu lebih kencang tak seperti biasanya.Sungguh aku tak habis pikir, Bu Sukma adalah adik kandung Pak Putra Aksa Marendra. Tega sekali ia melakukan itu kepada suadara kandungnya sendiri. Hanya demi sebuah harta, yang ingin ia k
Baca selengkapnya
Terbongkar. 36
TERBONGKARPART 36Mendengar kabar dari Bu Putri, badanku terasa langsung lemas. Walau sudah memberikan saran, masih saja kepikiran. Semoga mereka segera sampai ke kantor Polisi dengan aman.Dalam keadaan seperti ini, mau duduk, mau berdiri, mau mondar mandir, semua terasa tak enak. Semua terasa tak nyaman.Entah sudah berapa kali, kaki ini keluar masuk. Tiap ada suara motor atau mobil, hati langsung berdebar dan berlari menuju pintu. Melongok keluar, berharap mereka datang.Ya Allah ... mereka memang orang lain, bahkan baru aku kenal. Tapi, rasanya seperti sudah mengenal mereka lama.Kuletakan pantatku di tikar. Sesekali memainkan gawai. Berharap ada kabar. Atau terkadang juga ingin menelpon. Tapi aku urungkan terus. Karena takut mengganggu konsentrasi mereka.Tiba-tiba telinga ini mendengar suara motor lagi. Kali ini berhenti di teras rumah. Mataku langsung mengarah. Hati ini pun berdebar kencang.Ya Allah ... semoga itu kedatangan mereka. Walau aku tahu, mereka membawa mobil, tapi
Baca selengkapnya
Siapa Yang Datang? 37
SIAPA YANG DATANG?PART 37Bismillahirrahmanirrahim.Dengan hati yang berdebar nggak jelas, aku terus melangkah menuju ke pintu depan rumah Buyut. Keringat dingin keluar, membuat badan ini terasa melemas.Kuhentikan langkah kaki ini sejenak. Mau melaju lagi, hati ini semakin terasa ragu. Ya, aku sangat amat ragu, untuk membuka pintu rumah itu.Kuatur dulu napas yang terasa semakin sesak ini. Kutekan dada ini pelan, dengan terus mengatur napas ini. Agar sedikit tenang.Kupejamkan mata sejenak, membuang segala keraguan. Yakin yang datang orang baik. Bukan orang yang mau mencelakai, atau orang yang sedang mencari Bu Putri.Melajukan lagi langkah kaki, saat tangan hendak membuka pintu, aku mulai ragu lagi. Akhirnya aku memutuskan untuk menarik niat. Mengusap wajah sejenak.Kudekati jendela, untuk mengintip siapa yang datang. Biar tak penasaran dan tak ragu untuk membuka pintu.Dari celah kecil, kudekatkan mata ini. Untuk bisa melihat siapa yang datang."Assalamualaikum, Mbak Ratih?" terde
Baca selengkapnya
Tantangan. 38
TANTANGANPART 38"Tak ada yang saya sembunyikan," ucap Pak Maftuh, setelah diam sejenak."Lalu, apa maksudnya Pak Revando ngomong menerima tantangan?" tanyaku. Pak Maftuh terlihat menghela napas panjang.Kulihat sorot mata Bu Putri masih mengarah ke Pak Maftuh. Sorot mata penuh rasa curiga yang aku lihat."Iya, Pak Maftuh, apa maksud tantangan yang ia terima. Jangan ada kebohongan di antara kita," ucap Bu Putri dengan nada masih terdengar datar.Pak Maftuh terlihat menggeleng pelan. Raut wajahnya masih tenang. Seolah meyakinkan kalau memang tak ada sesuatu yang ia tutup-tutupi."Demi apapun, saya siap dan berani bersumpah, kalau memang tak ada yang saya tutup-tutupi," ucap Pak Maftuh, terdengar sangat tegas."Bisa jelaskan tantangan apa yang ia terima. Kalau Pak Revando berkata siap menerima tantangan, berarti Bapak yang memberikan tantangan itu," balas Bu Putri semakin mengintrogasi.Pak Maftuh mengusap pelan wajahnya. Aku masih terdiam, mencerna dan mengawasi raut wajah yang Pak Ma
Baca selengkapnya
Video. 39
VIDEOPART 39"Siap berangkat?" tanya Pak Maftuh, sepagi ini ia menjemputku, hampir setiap hari.Sepagi ini? Ya, karena kalau jemputnya siangan terlalu beresiko. Kalau pagi, belum banyak mata-mata, seperti itu anggapan kami."Emm," aku tak melanjutkan ucapanku, masih memikirkan sesuatu."Kenapa?" tanya Pak Maftuh seraya menatapku, keningnya terlihat melipat."Hati ini tak tenang meninggalkan Bu Putri," jelasku."Kenapa? Bukankah biasanya seperti itu?" tanya Pak Maftuh. Aku mengangguk sejenak."Iya, tapi kali ini, keberadaan Bu Putri sudah di ketahui Mbak Luna!" jelasku. Pak Maftuh terlihat meneguk ludah sejenak."Iya juga, ya, Aku sampai lupa kalau kakak iparmu itu sudah tahu keberadaan Bu Putri," ucap Pak Maftuh."Itulah, dari tadi hati ini tak tenang," ucapku."Lalu?""Bagaimana kalau Bu Putri kita ungsikan dulu. Di hotel, kek, atau di mana gitu. Yang penting aman," pintaku."Iya, Mbak Ratih benar," ucap Pak Maftuh kemudian kami masuk lagi ke dalam rumah buyut."Loh, kalian belum be
Baca selengkapnya
Pengintaian. 40
PENGINTAIANPART 40"Duh ... udah lah lari-larinya, ngos-ngosan," ucap Pak Maftuh. Kami sudah sampai ruangan kerja. Ia merebahkan badannya di sofa kecil.Pun aku juga tak kalah ngos-ngosan, mau nyubit pinggangnya, akhirnya kuurungkan niat. Tak tega. Hi hi hi.Ah, percuma lari-lari ngejar, saat yang di kejar udah nyerah, aku juga tak ngapa-ngapain dia. Pengen nyubit aja nggak berani. Padahal niat ngejar pengen nonjok gitu. Ha ha haKuambil air mineral, meneguknya hingga tuntas. Aku juga tak lupa menyodorkan air mineral untuk lelaki itu."Minum dulu, Pak, biar tak dehidrasi," pintaku. Ia segera menerima uluran air mineral yang aku berikan."Terimakasih," balasnya. Aku mengangguk pelan. Kemudian duduk tak jauh darinya.Kulihat ia meneguk air mineral itu, hingga tuntas juga."Jadi nggak sabar, menunggu reaksi mereka," ucapku."Iya, sama, pasti seru," balas Pak Maftuh."Yaudah, saya mau membagikan gaji karyawan, tinggal kirim ke rek masing-masing," ucap Pak Maftuh."Lalu tugas saya apa?" t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
23
DMCA.com Protection Status