VIDEOPART 39"Siap berangkat?" tanya Pak Maftuh, sepagi ini ia menjemputku, hampir setiap hari.Sepagi ini? Ya, karena kalau jemputnya siangan terlalu beresiko. Kalau pagi, belum banyak mata-mata, seperti itu anggapan kami."Emm," aku tak melanjutkan ucapanku, masih memikirkan sesuatu."Kenapa?" tanya Pak Maftuh seraya menatapku, keningnya terlihat melipat."Hati ini tak tenang meninggalkan Bu Putri," jelasku."Kenapa? Bukankah biasanya seperti itu?" tanya Pak Maftuh. Aku mengangguk sejenak."Iya, tapi kali ini, keberadaan Bu Putri sudah di ketahui Mbak Luna!" jelasku. Pak Maftuh terlihat meneguk ludah sejenak."Iya juga, ya, Aku sampai lupa kalau kakak iparmu itu sudah tahu keberadaan Bu Putri," ucap Pak Maftuh."Itulah, dari tadi hati ini tak tenang," ucapku."Lalu?""Bagaimana kalau Bu Putri kita ungsikan dulu. Di hotel, kek, atau di mana gitu. Yang penting aman," pintaku."Iya, Mbak Ratih benar," ucap Pak Maftuh kemudian kami masuk lagi ke dalam rumah buyut."Loh, kalian belum be
PENGINTAIANPART 40"Duh ... udah lah lari-larinya, ngos-ngosan," ucap Pak Maftuh. Kami sudah sampai ruangan kerja. Ia merebahkan badannya di sofa kecil.Pun aku juga tak kalah ngos-ngosan, mau nyubit pinggangnya, akhirnya kuurungkan niat. Tak tega. Hi hi hi.Ah, percuma lari-lari ngejar, saat yang di kejar udah nyerah, aku juga tak ngapa-ngapain dia. Pengen nyubit aja nggak berani. Padahal niat ngejar pengen nonjok gitu. Ha ha haKuambil air mineral, meneguknya hingga tuntas. Aku juga tak lupa menyodorkan air mineral untuk lelaki itu."Minum dulu, Pak, biar tak dehidrasi," pintaku. Ia segera menerima uluran air mineral yang aku berikan."Terimakasih," balasnya. Aku mengangguk pelan. Kemudian duduk tak jauh darinya.Kulihat ia meneguk air mineral itu, hingga tuntas juga."Jadi nggak sabar, menunggu reaksi mereka," ucapku."Iya, sama, pasti seru," balas Pak Maftuh."Yaudah, saya mau membagikan gaji karyawan, tinggal kirim ke rek masing-masing," ucap Pak Maftuh."Lalu tugas saya apa?" t
DUEL MAUTPART 41Hawa tegang dan semakin memanas. Aku tetap memantau di tempatku, belum berpindah tempat. Masih kunikmati keadaan ini.Keadaan Mas Bima dan Bu Sukma yang berantem hebat. Sungguh aku menunggu saat-saat ini. Tak sabar melihat mereka duel maut hingga saling memutuskan. Jelas mantap sekali.Menunggu hancurnya dua sejoli, yang sama-sama tak punya malu. Yang sama-sama sudah putus urat malunya. Menjadi terasa semakin tak sabar, melihat adegan real pertengkaran mereka.Membayangkannya saja sudah menegangkan, apalagi asli tengkar hebatnya? Hemmm ... jelas bikin senam jantung."Berani kamu menamparku?" sungut Mas Bima. Ya, aku tahu lelaki itu, memang pantang di tampar oleh perempuan."Karena kamu memang pantas untuk di tampar! Dasar laki-laki brengs*k!" balas Bu Sukma tak kalah lantang."Kamu jangan gampang percaya gitu saja! Aku yakin ada yang menjebak kita!" ucap Mas Bima. Seolah ingin menenangkan Bu Sukma dan membela dirinya."Menjebak gimana? Jelas-jelas ini videomu sama si
LANJUTAN DUEL MAUTPART 42Aku tahu ini keadaan genting, tapi suasana hatiku? Ya Allah ... lumer ... seolah aku terbang ke angkasa, menyusuri indahnya kelok pelangi.Pak Maftuh terlihat melangkah untuk mendekati Bu Sukma dan calon mantan suamiku, aku tahu mereka itu nanti, akan terjadi ledakan nuklir selanjutnya. Tapi, kok, hati ini berbunga-bunga. Tak cemas jika nuklir itu di ledakan? Aneh. Astaga ... cinta memang aneh. Aku merasakan keanehan cinta itu.Aih, apa aku jatuh cinta lagi? Jatuh cinta di saat keadaan genting? Di saat keadaan hendak meledakan bom atom? Saat akan ada duel lanjutan?Entahlah. Cinta memang datang kapan saja dan dalam keadaan yang tak terduga. Bahkan dalam keadaan genting sekali pun, tetap terasa sweet sekali.Seperti aku ini, jatuh cinta di saat hendak duel maut dengan pasangan sejoli yang sama-sama tak tahu diri itu. Mau duel maut, tapi hati berbunga-bunga? Aneh kamu Ratih! Aneh! Semoga aku masih waras.Aku belum melangkahkan kaki, belum mengikuti jejak Pak M
Kedatangan Bu PutriPART 43Hati ini berdebar lebih hebat saat mengetahui Bu Putri datang. Lebih hebat d banding saat hendak duel dengan Bu Sukma dan pacarnya itu.Entahlah, aku lebay atau gimana, tapi memang itu yang aku rasakan. Teramat sangat mengkhawatirkan keadaan Bu Putri.Ya Allah lindungi Bu Putri! Segera berikan jalan untuk masalah ini.Pak Maftuh terlihat tergesa-gesa melangkahkan kakinya. Pun aku tak kalah bergegas dengan hati yang tak bisa aku dijelaskan.Keringat dingin seolah membanjiri. Pertanda aku memang sedang dalam keadaan tak baik. Karena hati terasa bergemuruh hebat.Semua karyawan nampak sangat antusias saat mendengar kedatangan Bu Putri."Beneran Bu Putri datang?" telinga ini mendengar kasak kusuk karyawan sedang berbicara."Iya katanya. Semoga, ya?! Nggak ada beliau perusahaan ini tinggal hancurnya! Kalau perusahaan ini hancur, kita jelas di PHK masal," jawab yang lainnya."Jangan dong ... cari kerjaan sekarang susah banget," celetuk yang lainnya.Kucerna ucapa
PERLAWANANPART 44***********Semua telah berhambur, kembali ke ruangan masing-masing. Untuk melanjutkan kembali pekerjaan mereka.Tantangan apa juga tak di jelaskan oleh Bu Putri. Karena selepasnya Bu Putri hanya menyampaikan permintaan maaf saja. Permintaan maaf, atas ketidak nyamanan selama ia pergi. Termasuk molor terima gaji.Aku dan Pak Maftuh juga sudah berada di dalam ruangan. Mau mendekati Bu Putri juga belum berani.Bu Putri masih bersama Pak Bisri. Jelas banyak sekali masalah keuangan yang harus di bahas. Karena kabarnya, keuangan perusahaan Marendra ini, menjadi nggak jelas keluar masuknya uang, selama hilangnya Bu Putri.Semoga Bu Putri bisa menyelesaikan masalah ini semua. Dan Pak Aksa segera di temukan kabarnya. Jadi penasaran siapa yang menculik Pak Aksa. Ya allah ... Pak Aksa itu sudah lumpuh, tapi masih menjadi incaran dan di manfaatkan oknum-oknum yang tak bertanggungjawab. Kasihan sekali."Pak.""Iya?""Aku ingin bertemu Bu Putri. Penasaran," ucapku. Menyampaikan
PERLAWANAN LANJUTANPART 45Reflek aku meraih tangan Pak Maftuh, karena melihat Bu Putri murka, hati ini berdebar tak jelas.Pak Maftuh nampak diam saja, saat aku sentuh tangannya. Matanya masih mengarah ke mereka. Fokus dan tajam."Pak Maftuh, Bu Melisa silahkan masuk!" pinta Bu Putri.Hemm, Bu Putri langsung memanggilku dengan nama samaran. Aku dan Pak Maftuh hampir bersamaan mengangguk.Pak Maftuh melangkah, langsung aku ikuti. Kami berjalan beriringan, seraya ku lepas pelan tautan tangan ini. Karena merasa tak enak sendiri, walau di dalam sini berdegub tak karu-karuan.Pak Revando ikut menoleh ke arah kami. Lebih tepatnya ia memandang ke arah Pak Maftuh. Sorot mata dendam yang aku lihat."Silahkan duduk!" pinta Bu Putri, Pak Maftuh terlihat mengangguk dan aku hanya bisa meneguk ludah dengan hati yang semakin bergemuruh hebat.Sesekali kutekan dada ini. Agar sedikit tenang."Bu Melisa ini, saya yang menariknya ke sini. Ia bukan orang Pak Maftuh," ucap Bu Putri, dengan menatap ke ar
AKAL LICIKPART 46"Kita harus ambil tindakan sesegera mungkin. Saya tak Sudi menggaji seorang pengkhianat seperti Pak Revando!" sungut Bu Putri dengan napas yang naik turun.Aku, Pak Maftuh dan Bi Putri sekarang berada di apartemen milik Bu Putri. Dengan penjagaan ketat dari Polisi.Ya, Bu Putri sudah berani keluar, karena ia sudah memiliki kekuatan lagi. Ia sudah memegang uang sekarang. Karena dalam keadaan seperti ini, uang memang berkuasa.Dulu ia bersembunyi, karena semua di sita oleh Bu Sukma. Termasuk gawai dan semua kartu-kartu nya. Jadi Bu Putri tak bisa bergerak. Bahkan mau menghubungi Pak Maftuh atau Pak Bisri beliau tak bisa. Belum lagi ancaman, mereka akan membunuh papanya.Ya Allah .... astagfirullah ... sesak sekali jika berada di Posisi Bu Putri. Astagfirullah.Sekarang aku baru tahu, betapa berpengaruhnya Bu Putri Marendra. Bahkan ia bisa di bilang memiliki kekuatan dahsyat dalam dunia bisnis.Beliau di segani. Walau darahnya bukan darah dari keluarga Marendra, tapi j