All Chapters of Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp: Chapter 11 - Chapter 20
61 Chapters
Bapak Murka
"Apa Ilyas selingkuh?" lagi-lagi, mereka kompak bertanya."Ayah, jahat, Mbah. Ayah sudah menikah diam-diam. Ayah sakitin, Mamah, dan Awa."Tangisan Zahwa begitu menyayat hati. Aku tak tega mendengarnya. Air mata mengalir bak banjir bandang. "Tenang, cucu Mbah. Keluarkan kekesalan, kamu, Ndok. Lalu jelaskan pelan-pelan sama Mbah. Biar Mbah Uti dan Mbah Kakung paham," ucap Ibu Nia berpindah posisi di samping Zahwa. Kemudian, mengelus halus pundaknya."Mbah, harus kasih Ayah pelajaran. Biar kapok. Ayah lebih milih nenek gayung dibandingkan Awa dan Mamah, hiks, hiks."Dadaku sesak. Perkataan Zahwa bagai ribuan peluru yang menghujam jantung dan tengkorak kepala. Nyeri tak terkira. Sekuat apapun anakku, dia hanya seorang anak remaja yang belum siap menerima kenyataan pahit ini."Coba ceritakan dengan jelas semuanya, Awa."Bapak Mertua mulai menampakan raut geram. Tangannya mengepal kuat. Dia pasti terbakar emosi. Mengetahui kelakuan buruk putranya. Zahwa melepaskan diri dari pelukan kakek
Read more
Babak Belur
POV IlyasAda yang aneh dari Ela dan Zahwa. Tak biasanya mereka pergi mendadak ke Surabaya. Aku berusaha menepis firasat buruk yang hadir. Mencoba tetap berpikir positif, dan lebih baik memanfaatkan keadaan. Waktunya aku bersenang-senang dengan istri muda. Ada untungnya juga, Ela berlibur ke Surabaya. Aku punya kesempatan bermesraan lebih lama, bersama pujaan hati."Kapan Mas bakal mengakui aku sebagai istri?" tanya Nadia. Kami sedang tidur bersama di rumahku. Nadia yang ingin tidur di sini. Dia takut sendirian di apartemennya."Tunggu Mas, mendapatkan harta Bapak. Baru kita bebas.""Kapan? menunggu bapakmu mati?""Dek, jangan bicara seperti itu.""Lagian, Mas ngeselin. PHP terus sama aku.""Bukan PHP, kamu tentu tahu alasannya.""Ya sudah, beliin aku rumah besar kaya si Ela.""Sabar, Mas belum bisa ngumpulin uang. Nunggu dapet bonus Lagi. Uang penjualan rumah kamu, kenapa gak di pake dulu, nanti Mas tambahin.""Gak mau. Ngapain aku punya suami, kalau rumah aja beli pake duit sendiri.
Read more
Menaklukkan Ela
"Pak, Bu, buka pintunya." Dini hari menjelang subuh, aku sampai di Surabaya. Beruntung masih ada penerbangan malam hari. Setelah menyusun rencana dengan Nadia, aku segera melakukan perjalanan menuju rumah Bapak.Ela sudah berbuat licik. Maka, aku akan bertindak demikian. Perlakuannya yang semena-mena tak bisa dibiarkan. Aku baru sadar, Ela bukan perempuan biasa. Dia pintar memanipulasi keadaan."Ayah ....""Zahwa, maafkan Ayah, Nak." Aku peluk putriku. Supaya dia ikut bersimpati. Agar aktingku lebih meyakinkan.Maafkan Ayah, Nak. Perasaan ini begitu rumit. Ayah menyayangimu, tapi tidak dengan Mamahmu. Cinta tak bisa dipaksakan. Kadang membuat orang yang merasakan, harus egois dalam mengambil tindakan. Begitulah posisi Ayah sekarang."Ih, peluk-peluk segala. Mana bau apek lagi. Ayah kaya drama India, aja. Lagian, ngapain ke sini? Mbah uti dan Mbah Kakung, gumoh alias eneg liat Ayah.""Ayah mau memperbaiki semuanya, Nak. Ayok, kita masuk.""Halah, jambu, yah.""Jambu?""Janjimu, janji
Read more
Mati Kutu
POV Ela"Tapi apa, La? pikirkan baik-baik. Kebahagian anak adalah hal yang utama. Jangan mengandalkan ego," ceramah Ibu mertua. Cukup nyelekit di hati. Kenapa aku yang dia ceramahin? harusnya anaknya sendiri. Ayah yang sudah menyakiti istri dan anaknya. Aku ragu dia tulus. Pasti ada udang dibalik rengginang."Tapi, Zahwa tak akan mengizinkan, Bu. Perselingkuhan Ayahnya, yang dia saksikan di depan mata. Pasti membuat trauma tersendiri. Percuma toh, rumah tangga ini dilanjutkan. Belum tentu Mas Ilyas tulus. Yang ada, malah menambah luka batin buat aku dan Zahwa," cerocosku tak mau kalah."Soal Zahwa, kamu harus kasih dia pengertian. Ibu lihat, dia mulai lancang sama Ayahnya sendiri. Kamu harus mendidiknya dengan baik. Jangan gitu, Ndok."Ya ampun, pantas saja calon mantan suamiku, punya sikap egois yang tinggi. Ternyata, ibunya juga demikian. Tak mau tahu siapa yang salah. Seenaknya melempar bola panas. Tanpa intropeksi diri."Hehehe, Maklum Bu. Ayahnya aja eror. Ela sebagai istri 'kan
Read more
Kalah Telak
"Zahwa, jangan durhaka. Dia tetap Ayahmu," bentak nenek Zahwa.Aku hanya bengong, menyaksikan adegan ini. Zahwa pasti sudah menahan diri berlaku kurang ajar. Dia anak yang baik. Selalu mencintai kedua orang tuanya di atas segalanya. Namun, perbuatan Ayah memang begitu menancap di relung hati. Meninggalkan jejak luka yang tiada tara kuantitas sakitnya."Awa udah coba menahan sakit ini, Yah. Mamah selalu minta, biar Awa memaafkan Ayah. Tapi gak bisa, Yah. Gak bisa."Perlahan aku dekap anakku. Menguatkan pundaknya, agar tetap tabah. Jangan sampai Zahwa melakukan hal yang merugikan dirinya sendiri. Posisiku cukup sulit. Perbuatan Zahwa memang tak elok. Sebagai anak, seharusnya dia tetap bersikap sopan. Akan tetapi, Zahwa juga punya hati. Dia harus meluapkan emosinya. Kalau terus diipendam, takut berakibat fatal. Jadi, aku tak tega kalau harus melarangnya dengan amarah juga."Ma-maafkan, Ayah, Nak. Ayah sayang sama kamu.""Hahaha, Ayah bilang Sayang sama aku? tapi, Ayah malah menyakiti Ma
Read more
Orang Misterius
"Coba kita berhenti dulu, Mah. Tau aja ada mata-matanya nenek gayung.""Pak, kita minggir dulu."Mobil bapak mertua berhenti di pinggir jalan. Kami serempak memperhatikan laju mobil itu. Ternyata dia malah melewati mobil kami. Firasatku mengatakan ada yang aneh. Namun, mobil itu sudah menjauh. Mungkin hanya pikiran buruk saja."Gas, Pak. Cuman orang iseng, atau kebetulan aja.""Siap, Mbak.""Mamah gak usah bingung gitu. Paling kebetulan tadi sejalur. Jadi, kesannya kaya menguntit.""Iya kali, ya, Nak. Lupakan sajalah. Intinya kita bakal happy-happy di rumah eyang.""Oghe, Mah.""Kamu jangan sedih lagi, Wa. Tuh, matanya bengkak kaya panda. Nanti cantiknya luntur. Malu, dong pas ketemu temen di sekolah baru.""Hehehe, iya Mah. Awa bakal ceria terus buat Mamah. Tadi tuh, kesel. Ya, jadi gitu deh.""Mamah paham sayang. Kamu boleh nangis. Asal jangan berlarut-larut, yah.""Siap Macan. Nanti kita cari cogan, Mah. Biar menyegarkan mata.""Bocil, bisa aja." Aku acak-acak pucuk kepala Awa. Sen
Read more
Pelukan Ayah
"Eh, iya, beneran. Ada orang mencurigakan di depan. "Orang itu terus mengamati dari luar. Dia bersembunyi di dekat pepohonan. Rumah Emak memang tidak ada pagarnya. Sama seperti rumah warga desa yang lain. Sehingga, memudahkan orang masuk atau sekedar melihat rumah ini."Ya emang beneran, Mbak. Masa kita lagi akting gitu, biar viral. Itu orang aneh dari tadi ngikutin mulu. Mana serem pakaiannya, item-item gitu.""Terus kita harus apa dong, apa lapor polisi aja?" tanyaku panik. Jangan-jangan orang itu adalah suruhan Nadia atau Mas Ilyas. Mereka pasti masih dendam kepadaku. Belum bisa mendapatkan harta warisan. Zahwa juga begitu membenci Ayahnya. Mungkin mereka geram dan bersiap merencanakan hal ekstrim."Lah, gak usah polisi-polisian, lama dan ribet. Mending kita serbu tuh, orang. Sana Mbak ambil senjata.""Se-senjata a-apa?""Ya Allah, punya Kakak lemotnya ampun-ampunan. Ambil apa aja yang bisa bikin penculik itu kesakitan.""Ok, siap-siap."Aku berlari ke dapur mencari benda yang bi
Read more
Belangsak Bersama Nadia
POV Ilyas"Ayah sayang sama Awa, sampai kapanpun. Maafkan, Ayah.""Ayah ... Awa ...," ucap anakku menggantung. Isak tangis, seakan menyulitkannya untuk mengungkapkan isi hati. Deburan ombak penuh duka, seakan menghantam jiwa. Air mata tak henti menetes. Entah kenapa, setelah mendengar nasihat Emak, hatiku seakan sadar. Bahwa keluarga adalah harta paling berharga. Emak bilang, agar aku memperbaiki solat, dan selalu berdoa. Memohon pengampunan atas segala kesalahan yang aku lakukan. Ada banyak hati yang terluka. Terutama Zahwa.Dari situ, aku mulai solat dengan niat yang benar. Memasrahkan semuanya pada Gusti Allah. Memohon pertolongan dan kasih sayangnya. Setelahnya, Hatiku seskan-akan tercerahkan. Setiap memandang Zahwa, rasanya tak tega. Dulu, keluarga kecil kami sangat bahagia. Jalan-jalan bersama. Makan di luar penuh Senda gurau. Kehangatan itu, begitu aku rindukan. Drat!Drat!Di tengah suasana mengharu biru, ponsel di saku celanaku berdering keras. Menggangu momen kebersamaan
Read more
POV Nadia
POV NadiaAwalnya aku dan Mas Ilyas hanya suka mengobrol bersama karena satu tempat kerja. Membahas masa lalu kami. Statusku sebagai janda, membuatku leluasa mendekatinya. Namun, Mas Ilyas kelihatannya hanya ingin main-main denganku. Sekedar jalan berdua menghilangkan jenuh. Kami hanya akrab sebagai sahabat dekat. Namun, setelah dia diangkat jabatan menjadi manager, jiwa miskinku meronta-ronta. Aku menghalalkan segala cara untuk meluluhkannya. Sesuai info yang di dapatkan dari sahabat dekat. Aku nekat mengunjungi seorang dukun terkenal. Untuk memikat Mas Ilyas dengan ajian-ajiannya. Perjalanan jauh ke pelosok Banten, aku susuri. Melewati jalan berkelok dan rimbun pepohonan. Tarif mahal, bahkan rela aku keluarkan. Bermodal uang gajiku dalam sebulan."Berikan serbuk Bakaran mantra ini, ke dalam minuman pria yang kamu cintai. Saya jamin, pria itu akan patuh dan tergila-gila padamu.""Apa benar, Ki Selo?""Silakan dibuktikan."Kadang aku merasa bodoh, karena masih percaya hal-hal mistis
Read more
Ingin Rujuk
POV Ilyas"Cepat katakan Nadia!" Rahang mengeras. Hati berkecamuk antara emosi dan prustasi. Mobil kesayanganku dijual. Ditambah lagi, bukti mengejutkan yang aku temukan. Nadia sudah gila. Kenapa dia bisa jadi bod*h seperti ini."Maaf, Mas. Aku terpaksa melet kamu. Biar kamu mau nikahin aku."Duar!Kepala pusing tujuh keliling. Aku sandarkan punggung di tembok. Menjambak rambut, sambil meracau tak karuan. Ternyata benar kata Ela, beberapa bulan lalu. Nadia telah meracuniku dengan hal gaib. Tak menyangka, Nadia senekat itu. "Mas, tolong maafkan aku. Toh, kamu juga mencintaiku. Gak salah dong, kalau aku lebih mempererat hubungan kita," bela Nadia. Plak!Emosi memuncak di sanubari. Aku bangun, dan sengaja menampar Nadia. Dia telah membuatku kecewa. Bahkan, dengan sadar menghancurkan keluarga kecilku. Hidupku jadi menderita seperti saat ini. Rasa bersalah pada Ela dan Zahwa, menancap dalam di hati. Pikiran benar-banar kacau. "Mas, mau kemana kamu, Mas?"Aku ambil barang-barang musyri
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status