All Chapters of DITOLAK OM-OM : Chapter 11 - Chapter 20
62 Chapters
Penyelidikan Sisy
"Aduh!" Plastik tahu Sumedang di tangan sampai terjatuh saat Om Bas mengerem mendadak. "Maaf! Lampu merahnya nyala." Om Bas mengarahkan jari telunjuk ke tiang lampu pengatur lalu lintas di sudut pertigaan. "Om bikin jantungan aja." Aku menunduk mencari plastik makanan yang terjatuh di bawah kabin mobil. Untung masih bisa diselamatkan. "Maaf. Sekarang jadi tahu, kan, pentingnya pakai sabuk pengaman?" Kadang aku memang suka bandel, malas pakai sabuk pengaman. Lagi-lagi aku bersyukur kepala ini gak sampai terantuk kabin. Eh, tapi masa iya gara-gara lampu merah? Orang mobil Om Bas gak terlalu mepet juga dengan mobil di depannya. "Terus, soal burung tadi gimana, Om? Kok bisa kliniknya buka praktik untuk penyakit manusia sekaligus hewan?" Jujur, aku masih penasaran dengan penyakit aneh yang baru kudengar ini. "Mmm ... soal itu, mungkin Bapak lebih paham." Tumben gak bisa jawab, biasanya Om Bas kaya mesin pencarian google, tahu segalanya. Namun benar juga, Bapak mungkin lebih tahu kar
Read more
Ada yang Lembut Tapi Bukan Es Krim
"Sy, are you okay?" Om Bas masih terheran-heran. Gak kaya dulu yang langsung mengamankan benda pusaka pas aku iseng lihat bawah perutnya. Kali ini biasa aja, justru aku yang gak baik-baik aja. Apa ini alasannya? Karena dia memiliki kelemahan yang masih dirahasiakan. Gak mau berbagi dengan orang lain, termasuk aku istrinya. Kalau iya, duh menyesalnya udah mikir yang enggak-enggak. Harusnya aku kasih support, dong. Bukan senewen sendiri. Siapa tahu Om Bas malu mau jujur. Barangkali dia menyuruh aku bersabar karena ingin mengatasi permasalahannya sendiri. Bisa jadi memang membutuhkan waktu yang gak sebentar. Coba gak Googling tentang penyakit itu. Mungkin sampai nanti-nanti aku bakalan berburuk sangka terus. "Sisy, hellow!" Om Bas sampai menggoyang-goyangkan telapak tangan di depan wajahku. Mengobrak-abrik lamunan. "Gak papa kok, Om." Biasanya aku paling suka curi-curi pandang perut kotak-kotak itu. Namun sekarang kok kaya hambar, gak ada rasa kepingin cubit saking gemasnya.Aku put
Read more
Ada yang Berisik Tapi Bukan Pasar
Aku membuka mata, kedip-kedip dulu buat kumpulin kesadaran yang masih berceceran di mana-mana. Setelah kesadaran utuh menyatu, lanjut bangun dan kucek-kucek mata. Pegang kening, hidung, pipi, terakhir ... bibir. Aku gak mimpi, kan? Bahkan saat bangun tidur pun sentuhan selembut es krim itu masih berasa. "Aaaah, Sisy jadi malu. Tapi suka." Aku menutup muka, memukul-mukul guling, gemas. Gak lama kupeluk, terus kupukul-pukul lagi. Gara-gara satu ciuman singkat aja bisa bikin aku segila ini. Apalagi kalau udah anuan. Ups! "Sisy bangun! Astaghfirullah, ini anak sudah nikah masih males-malesan. Jangan-jangan, di Surabaya kamu kaya gini juga." Ibuk gedor-gedor pintu kamar. Gak bisa banget lihat anak lagi bahagia setelah semalam .... Uwuuuw, kan ... jadi malu eh mau lagi. "Gak perlu gedor-gedor kaya mau gerebek pasangan selingkuhan juga kali, Buk." "Biarin. Kamu kebiasaan kalau gak digedor-gedor gak mau bangun. Lupa, kalau sekarang sudah punya suami." "Gak lupa, kok." Ya kali bisa lup
Read more
Kejutan
"Saya langsung berangkat ke kantor, ya!" Gak pakai istirahat lama setelah perjalanan dua jam lebih dari Malang, Om Bas langsung siap-siap dengan rutinitasnya. "Iya." Aku mengantar lelaki itu hingga pintu depan. Gak lupa ritual wajib cium tangan, cium yang lain hukumnya masih sunnah. Eh, ternyata Om Bas tarik kepala ini terus kasih kecupan di kening. Berasa mulai disayang. Semoga besok-besok gak lupa. Aku menunggu hingga Avanza putih itu meluncur keluar pagar dan menghilang dari pandangan. Setelahnya masuk lagi dan melancarkan rencana yang sempat terlintas di pikiran sejak di Malang kemarin. Pertama, mulai browsing-browsing tentang dunia lelaki dengan segala kelemahannya. Terutama kelemahan tentang satu penyakit yang gak sengaja kubaca di brosur kemarin. Entah kenapa aku tertarik untuk mempelajarinya lebih dalam. Siapa tahu Om Bas memang tidak ingin membahasnya karena malu. Merasa kurang percaya diri karena belum bisa menjadi suami yang sempurna. Aku sudah menikah, dan ini bukan
Read more
Mulai Terungkap
Dengan segenap keberanian yang kupunya, hari itu aku menemui seorang dokter. Tanya-tanya banyak hal, tentang ketidakmengertianku akan persoalan pria yang masih enggan menyentuh istrinya. Dengan bahasa sepolos yang kubisa, karena sadar diri gak cukup pandai merangkai kata formal seperti Om Bas. Untuk dugaan terkena penyakit akibat perilaku seksual menyimpang. Jelas ciri-cirinya gak ada sama sekali dalam diri Om Bas. Aku bisa menjamin bahwa gak ada indikasi ke sana. Selama ini dia selalu terlihat bugar dan gak pernah mengeluhkan apapun terkait kesehatannya. Mau disembunyikan seperti apapun, kalau memang saatnya tumbang pasti akan ketahuan juga. Fix, hanya ada satu kemungkinan sesuai dengan apa yang kupikirkan selama ini, yakni tentang disfungsi seksual. Dokter bilang, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hal tersebut. Contoh gaya hidup tak sehat, gangguan hormon, atau penggunaan obat-obatan. Namun bisa juga karena gangguan psikologis seperti stress berkepanjangan dan depre
Read more
Sebuah Alasan (POV Baskara)
Aku menuntun Sisy ke sisi ranjang, dia mulai menenang. Sesekali masih mengusap mata dengan punggung tangan. Satu dua isaknya masih terdengar, sisa luapan emosi yang mungkin telah lama dipendam. Lantas bom waktu itu meledak pada akhirnya. Saat aku--si pengecut ini terlalu lama mengulur waktu memberikan hak batinnya sebagai istri. "Kamu sudah siap mendengar semuanya?" Aku menggenggam tangan mungilnya yang sedikit gemetaran. Seperti masih menyimpan amarah. Namun dia berusaha menahan. Satu anggukan kuterima sebagai jawaban. Aku menarik napas dan memejamkan mata beberapa saat. Menggali dan mengumpulkan keberanian menguak satu rahasia yang seharusnya telah terkubur dalam-dalam. "Dulu, saya pernah melakukan kesalahan besar ...." === "Kak, sepertinya kita gak bisa melanjutkan hubungan ini." Sepasang mata bermanik cokelat milik Anna mengembun saat menemuiku. Pertemuan diam-diam yang selalu kita usahakan satu hari dalam sepekan. "Kenapa begitu tiba-tiba? Bukankah selama ini kita baik-
Read more
Menenangkan Hati
"Mungkin saya bisa membohongi Mama juga Papa. Tapi di depan kamu saya gak bisa. Semakin saya ingin merahasiakannya, semakin besar rasa bersalah saya. Dan saya gak mau ada kebohongan dalam pernikahan kita ke depannya. Untuk itulah kali ini saya berusaha jujur sama kamu. Apapun resikonya saya sudah siap." Genggaman Om Bas kian erat, seakan memohon supaya aku tetap tinggal. Namun, aku sama sekali gak kepengin menatap wajahnya, terlebih matanya. Pikiranku benar-benar buntu sekarang. Pernikahan seumur jagung udah diuji dengan badai sebesar ini. Siapa yang gak shock? Tentang kutukan, tentang aib masa kecilku, hanya alasan Om Bas semata demi menutupi ketakutan dalam dirinya. Namun dia menyerah saat Mama dan Papa memaksa untuk segera mengakhiri kesendirian lantas menikah denganku. Ini adalah jalan jodoh yang gak pernah kusangka-sangka jika arahnya datang dari seseorang di masa lalu. Seseorang yang juga membawa kisah pilu dari masa lalu. Lantas menyakiti hati wanita yang jadi pendamping hid
Read more
Mencoba Berdamai dengan Hati
"Buk, pernah gak, Bapak melakukan kesalahan besar yang susah banget untuk dimaafkan?" Aku menyandarkan kepala di pundak wanita yang tengah membelai rambut ini. "Ya, pernahlah," jawab Ibuk antusias. "Kesalahan apa?" Setahuku mereka jarang sekali bertengkar, kecuali ribut berebutan remote TV. Satu ingin menonton berita, sedangkan satunya lagi gandrung dengan sinetron. Namun, Bapak lebih sering mengalah dengan menonton tayangan favoritnya di pos ronda. "Pernah tergoda janda muda yang ngontrak di rumah sebelah." "Kapan? Sisy gak pernah dengar." "Waktu kamu masih kecil, belum bisa jalan. Dulu, kan, Bapakmu itu hitam-hitam Kereta Api. Biar hitam banyak yang mengintil." Ibuk tersenyum, tapi hanya sebentar. Setelah itu mengepalkan tangan geram lagi mengingat kelakuan Bapak dulu. "Memang sekuat itu pesona Bapak?" "Entahlah. Mungkin pakai ilmu pelet, buktinya ibuk langsung mau saja waktu dilamar." Lagi-lagi Ibuk menertawakan diri sendiri, sambil menerawang jauh. Mungkin mengingat bagaim
Read more
Luluh
Aku mengayun kaki setengah ragu, bingung bagaimana harus menghadapi pemilik mobil yang tahu-tahu udah berada di depan rumah Bapak. Sayup-sayup terdengar beberapa orang mengobrol di dalam. "Assalamualaikum!" sapaku pada seluruh penghuni ruang tamu. Namun, gak kutemukan sosok Om Bas di sana saat netra ini menyapu sekeliling. Selain Bapak dan Ibuk, hanya ada Om Jatmiko. "Wa'alaikum salam, Nduk. Untung kamu sudah pulang. Buruan siap-siap berangkat ke Surabaya! Ibu mertuamu masuk rumah sakit. Kenapa HP-mu dimatikan segala? Punya temanmu juga sama." Ibuk terlihat panik. "Mama masuk rumah sakit? Kapan, Om?" tanyaku setengah panik. Terrnyata Om Jatmiko yang membawa mobil Om Bas ke sini. "Tadi pagi. Kamu ditelepon Bas gak aktif. Bapak sama Ibukmu juga entah ketiduran, atau entah ke mana, jadi gak dengar HP-nya bunyi. Papa mertuamu masih dalam perjalanan dari Madiun, makanya Bas suruh om buat jemput kamu. Untung saja pas om lagi cuti." "Mama sakit apa, Om?" Bukankah selama ini wanita ber
Read more
Mari Kita Coba
Kalau kalian pikir semalam aku udah ngapa-ngapain tau diapa-apain, itu salah. Kan udah kubilang Om Bas belum sepenuhnya pulih dari traumanya. Selow gak papa, asal nanti hilang permanen dan cuma ada Sisy dalam dunianya. Sejak awal nikah, Om Bas udah konseling ke beberapa psikiater. Sayangnya belum ada perubahan signifikan. Terakhir dia bertemu dengan hipnoterapis bernama Lidya. Wanita cantik yang pernah kupergokin lagi nongkrong bareng suamiku di kafe. Pelan tapi pasti, ya seperti yang kalian semua ketahui. Om Bas berusaha untuk memberanikan diri kontak fisik denganku. Dimulai dari pegangan tangan, kecup kening, kelonin, peluk, terus ehem ... berani kecup bibir. Nah, kalau ngaca mungkin sekarang bibirku udah dower kali, ya, sisa semalam. Gak usah tanya kenapa dan jangan pernah bayangin yang iya-iya. Khususnya para jomblo. Bahaya! Karena penasaran, beberapa kali aku ikut mendampingi Om Bas waktu melakukan hipnoterapi. Waktu itu, aku melihat secara langsung bagaimana pria tampanku
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status