All Chapters of DiSUKAI SILUMAN ULAR: Chapter 11 - Chapter 20
96 Chapters
Meminta bantuan Bibi
"Tolong, Bibi bantu bicara dengan Ayah. Agar memberi restu pada Rosa. Rosa lebih tenang mendekati Bang Hasan kalau Ayah memberi restu." "Mana mungkin Ayahmu mau mendengar Bibi. Dia pasti masih marah dengan Bibi, karena dulu lebih memilih Pamanmu daripada menikah dengan Panglima Derik." Ayah Rosa yang merupakan Raja dari siluman ular, memang pernah menjodohkan Nyi Baisucen dengan panglima Derik, panglima kerajaan ular. Tapi ditolak oleh Nyi Baisucen, bukan hanya karena dia sudah jatuh cinta pada manusia bernama Hanif. Namun juga mengingat tabiat buruk Panglima Derik, yang suka bercinta dengan banyak siluman ular betina. "Cobalah dulu, Bi. Ayahkan sangat sayang sama Bibi. Makanya dulu Bibi diberi izin menikah dengan Paman." Rosa berusaha membujuk Nyi Baisucen. "Kenapa kau tak bicara langsung dengan Ayahmu. Kau kan, anak kesayangannya?" "Rosa tak berani, Bi. Rosa takut Ayah akan murka. Ya Bi, tolong Rosa. Rosa bisa mati merana kalau Bang Hasan tak berhasil Rosa miliki," kata Rosa pe
Read more
Ibu Rosa?
"Apa yang ingin Bibi Bai bicarakan dengan Ayah? Tumben sekali. Semenjak menikah dengan manusia, tak pernah lagi dia berhubungan dengan kaum kita. Pasti yang ingin dibicarakan, adalah sesuatu yang sangat penting," tanya Sanca pada Rosa, saat sudah keluar dari ruangan singgasana Tuan Anaconda.Dengan wujud siluman ular, mereka berdua melingkar di tepian sungai. Memperhatikan banyak anak-anak kampung yang mandi di sungai. Tak ada yang bisa melihat mereka dengan mata telanjang.Mereka sudah hafal wajah anak-anak kampung yang biasa mandi di sungai, sehingga tak mengganggunya. Beberapa kali Sanca, melempar batu kerikil kecil pada anak-anak yang berenang semakin ke tengah hingga mendekati lubuk yang dalam. Anak yang dilempar akan merasa kebingungan, biasanya akan kembali berbaur dengan teman-temannya. Bila tidak, Sanca tidak akan berhenti melemparinya dengan kerikil."Kenapa kau usil sekali mengganggu anak itu? Biarkan saja mereka," kata Rosa. Beruntung ada bahan pembicaraan untuk mengalihka
Read more
Restu dari Ayah
"Putri Rosa, dipanggil Tuanku Anaconda." Seorang prajurit kerajaan Siluman Ular memanggil Rosa yang masih memandangi kepergian Nyi Baisucen. "Rosa saja prajurit? Aku tidak?" tanya Sanca, sedikit menyelidik."Maaf Putri Sanca. Tuanku hanya memanggil Putri Rosa," kata prajurit itu agak membungkukkan tubuhnya. Sanca melengos, kembali melingkar di tepian sungai dengan wajah cemberut. Hatinya sangat penasaran, apa gerangan yang terjadi di dalam tadi? Sehingga Ayahnya memanggil Rosa setelah Bibinya pergi.Dengan jantung berdebar, Rosa masuk kembali ke rimbunan pohon bambu. Tampak di pandangan mata manusia, memang lah hanya berupa rimbunan pohon bambu belaka. Tapi tidak di mata para bangsa siluman. Dibalik rimbunan pohon itu terdapat sebuah istana siluman yang sangat megah. Pohon bambu itu, layaknya gerbang penghubung antara dunia manusia dan dunia siluman."Ayah," panggil Rosa dengan suara yang pelan pada Ayahnya yang melingkar dengan posisi kepala membelakangi pintu masuk. Sehingga dia t
Read more
Kegelisahan Sari
Sari merasa sangat gelisah malam ini, sejak siang tadi dia merasakannya. Pikirannya tak tenang, selalu teringat pada Hasan, suaminya. Berulangkali dia istighfar untuk mengurangi kegundahannya, tetap tak bisa. Hatinya terus saja berdebar. Dia pun tak mengerti kenapa dia begitu gelisah."Ah, itu Abang pulang,* gumamnya ketika mendengar suara motor Hasan sudah sampai ke teras rumahnya. "Yok, sayang. Ayah udah pulang," kata Sari menggandeng tangan Rehan yang baru selesai dia mandikan.Rehan langsung berlari, melepaskan tangannya dari gandengan Sari. Lebih dulu menuju ke pintu rumahnya. Tanpa menunggu Hasan mengetuk pintu, Sari lebih dulu membukanya untuk suaminya."Ayah." Rehan sangat girang langsung berlari menuju pada Hasan."Eh, anak Ayah. Udah mandi, udah ganteng dia. Udah makan apa belom?" Hasan langsung meraih tubuh Rehan ke dalam gendongannya. "Udah.""Waah, makan pake apa?" "Telong dadang," kata Rehan lucu dengan logatnya yang masih cadel."Sama Bunda dulu ya. Ayah mau mandi."
Read more
Trik Rosa
"Astaga! Kenapa bisa pecah begini cerminnya?" tanya Hasan yang terkejut melihat banyak serpihan kaca dari cermin yang pecah. Hasan melihat sebuah cermin besar yang menempel di dinding rumah Rosa, pecah berkeping-keping."Tadi tiba-tiba kepalaku pusing Bang, nggak sengaja tubuhku limbung ke arah cermin," kata Rosa yang masih dalam posisi terkulai lemas di dinding. "Sabar di situ, biar Abang bersihkan dulu ini. Mana sapunya?" tanya Hasan dengan mata celingukan."Biar aja Bang. Besok yang biasa bersih-bersih rumah juga datang. Tolong angkat aku ke kamar Bang. Badanku lemas sekali," minta Rosa.Hasan agak sedikit ragu untuk menggendong Rosa. Dia takut Rosa berpikir yang tidak-tidak, juga untuk menjaga akan terjadi sesuatu yang buruk. Dia takut kalau para penghuni komplek perumahan ini menganggapnya, lancang masuk ke rumah seorang perempuan yang tinggal sendiri."Tolong Bang," rengek Rosa."I–iya." Mau tak mau Hasan menolong Rosa juga. Tak ada pilihan lain juga. Setelah memindahkan tubuh
Read more
Jebakan berhasil
Sampai di kamar Rosa. Hasan yang tengah terbungkuk karena menurunkan tubuh Rosa, tiba-tiba tersungkur jatuh dan menimpa tubuh Rosa. Hasan tak tau, kalau Rosa sengaja menghentakkan tubuhnya agar tubuh Hasan reflek tersungkur dengan tubuhnya yang terjatuh.Rosa pura-pura sesak nafas karena tertimpa tubuh Hasan. Hasan panik harus berbuat apa. Rosa pura-pura memegangi dadanya yang bergerak naik turun tak berirama karena sesak nafas yang dia sengaja. Dia cepat-cepat membuka kancing resleting bajunya bagian depan. Hingga tampak jelas pemandangan yang tak selayaknya dipertontonkan di hadapan laki-laki yang bukan muhrimnya. Masih dengan aktingnya yang berpura-pura sesak nafas. Sambil terus memegangi dadanya."Bang … hhh … tolong … hhh …."Hasan tentu saja semakin kebingungan. Apa yang harus dia tolong? Dia sebelumnya tak pernah berhadapan dengan orang yang sakit sesak nafas."To–long te–kan da–daku," kata Rosa dengan nafas tersengal. Hasan ragu, dia belum pernah memegang tubuh wanita lain s
Read more
Penyesalan
Hasan diam, bagaimana dia bisa menganggap semua tak pernah terjadi. Kata-kata Rosa, justru membuatnya semakin merasa bersalah."Pulanglah Bang, sudah malam. Lupakan peristiwa tadi. Abang biasa saja ya, anggap tak terjadi apa-apa di antara kita. Kalau aku butuh Abang, seperti biasa, Abang jemput aku ya," kata Rosa masih menunjukkan senyumnya yang manis. Dengan ragu, Hasan melangkah ke luar rumah Rosa. Rosa turun dari ranjangnya hanya dengan membalut tubuhnya dengan selimut. Masih sempat mereka saling memandang, sampai akhirnya Hasan benar-benar pergi meninggalkan Rosa.Setelah Hasan pergi. Rumah yang tadinya terang benderang dan tampak terawat, perlahan menjadi gelap kembali. Penampakannya kembali seperti aslinya. Seram, karena tak ada penghuninya. Rosa tersenyum puas, akhirnya dia berhasil menjerat Hasan. Dia terpaksa menggunakan cara licik, karena Hasan sangat sulit untuk ditaklukkan. Kesetiannya pada Sari patut diacungi jempol.Sementara di rumah Hasan, Sari terus merasa gelisah.
Read more
Ada yang beda
"Nggak, kenapa rupanya?" Hasan mencium ketiaknya kiri kanan. Dia merasa tak ada yang aneh. "Kok wanginya beda. Badan Abang kayak wangi bunga." Sari mengendus badan Hasan, untuk memastikan bahwa aroma yang membaui hidungnya, benar berasal dari tubuh suaminya.Hasan agak terkejut mendengar yang Sari katakan. Apa wangi tubuh Rosa menempel padanya, pikirnya. Wanita cantik itu, memang memiliki aroma tubuh yang sangat wangi. Tentu saja, karena Rosa memang selalu mandi dengan berendam di air yang diberi beragam bunga yang memiliki wangi khas juga diberi beberapa tetes minyak kasturi. Untuk menyamarkan bau tubuhnya yang sebenarnya.Meskipun wujud Rosa tak bisa kembali lagi pada wujud aslinya. Namun aroma tubuhnya tetap melekat kuat. Sehingga dia harus rajin berendam di air kembang, agar Hasan tak curiga."Ah, perasaan Adek aja. Sudah malam sekali ini, tidurlah. Kasian anak kita yang diperut, kalau Adek kurang istirahat," kata Hasan langsung memejamkan matanya, dia sengaja, agar Sari tak ter
Read more
Hubungan yang tak lazim
"Hei, ada apa dengan adikku yang cantik?" Sanca menoleh. Piton, abangnya datang dengan wujud setengah manusia, setengah ular dengan wajah yang bersisik meski tak keseluruhan. Ular besar berwarna hitam itu mendekati adiknya yang masih bermuram durja dengan tubuh yang meliuk-liuk."Aku kesal sama Ayah dan Rosa," kata Sanca. Matanya menatap tajam ke sungai, seolah sungai lah yang menjadi sumber kemarahannya. Piton, merubah raganya menjadi manusia seutuhnya. Lalu duduk di sebelah Rosa. Dia terlihat tampan dengan raga manusianya. Dengan raga itu, dia berhasil menjerat banyak wanita menjadi terpikat padanya.Tak hanya dari kaum siluman, bahkan dari kaum manusia. Layak kalau dia disebut don juannya kaum siluman. Sebagai seorang pangeran, pantas memang kalau dia memiliki paras yang elok. Bahkan kalau dia berwujud ular pun. Menimbulkan decak kagum bagi ular-ular betina lainnya. "Kenapa kau kesal dengan Ayah dan Rosa?" "Ayah pilih kasih!" ketus Sanca. Piton mendengus. "Kenapa baru sekara
Read more
Mimpi
"Rosa sudah tak bisa lagi kembali ke wujud ularnya," kata Sanca.Piton bangkit, memandangi Sanca.Dia merasa salah dengar atas ucapan Sanca. "Serius?" tanyanya, seakan memastikan bahwa dia tak salah dengar."Iya, sebab itu Ayah meminta beberapa pengawal selalu menjaganya dari jarak jauh. Abang tau kan, kalau hal ini diketahui musuh-musuh Ayah. Nyawa Rosa dalam bahaya." Siluman ular cantik itu menceritakan semua yang dia tau pada abangnya. "Bukankah kau senang kalau Rosa dalam bahaya? Kau tak perlu repot-repot menyingkirkannya." Piton kembali memainkan ujung rambut Sana."Aku memang kesal dengan Rosa. Karena Ayah lebih menyayanginya. Tapi aku tak berpikiran seburuk itu Bang. Bagaimanapun dia saudariku." Piton terkekeh mendengar perkataan Sanca. "Saudari ya hehehe."Sanca mengerucutkan bibirnya. Ditepisnya tangan Piton dari rambutnya. Dia bangkit, meninggalkan Piton sendirian. Kegelapan malam masih begitu pekat, meskipun waktu sudah menjelang Subuh. Saatnya para siluman balik ke perad
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status