All Chapters of AKIBAT SUMPAH AL-QUR'AN : Chapter 31 - Chapter 40
63 Chapters
31. PoV ; Bu Ayu (Belatung)
Sumpah Al-Qur'an (31)PoV ; Bu Ayu"Bu ... hasil tes darah menunjukkan kadar gula pasien tinggi. Dugaan sementara, pasien terindikasi diabetes. Kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut lagi," terang dokter serius. Ia menyerahkan selembar kertas hasil lab yang sudah dua hari lalu dijanjikannya.Aku berdecak kesal sembari mengambil kertas yang ia sodorkan. "Duhh, Dok! Suami saya itu bukan type orang yang suka minum manis. Tiap hari dia minum teh tawar atau kopi pahit. Nggak mungkin diabetes. Dia juga nggak gemuk, turunannya semua sehat. Nggak usah mengada-ada, deh!" sahutku setelah membaca sekilas hasil lab. Lalu menghentakkannya dengan kasar di meja. "Hasil lab tidak bisa direkayasa, Bu! Berapa kali saya bilang, kami sudah bersumpah atas nama Al Qur'an untuk menjalani profesi dengan amanah!" balasnya tegas. Wajahnya tampak tak senang mendengar ucapanku.Aku membuang muka kesal. Benar juga ucapannya. Anehnya, bagaimana mungkin Mas Bahul diabetes, dia saja tidak suka apapun yang ma
Read more
32. PoV ; Bu Ayu (Pak Bahul Tidak Berdaya)
Sumpah Al-Qur'an (32)PoV ; Bu Ayu."Lee ... Adi!" seruku saat Adi masuk. Wajahnya tampak letih. "Gagal lagi, Bu!" ujarnya lemah, lalu terdengar ia menghela napas kasar. Sejak kepulangan Mas Bahul empat hari lalu, kami mencoba mencari pengobatan alternatif, dukun, atau orang pintar sekali pun dengan bertanya pada orang terpercaya, atau mencari di internet. Namun, tak ada yang pas di hati Adi sampai detik ini. Bahkan hingga luka Mas Bahul kini digerogoti ulat.Aku bergidik ngeri mengingatnya. Sungguh apa yang kulakukan dengan menyingkap selimutnya itu adalah kebodohan yang hakiki. "Le, bukan, bukan itu! Kamu tahu luka Ayah? Suaraku terdengar bergetar takut. Aku masih shock berat. Baru kali ini kulihat luka yang sampai digerogoti ulat."Tahulah, Bu. Kan, emang aku yang merawat luka Ayah," timpalnya. Aku merasa tersindir mendengarnya. "Le, lukanya berulat!" tukasku. Kesal mendengar ucapannya yang seolah menyindir.Raut muka Adi yang tadinya lesu, kini tampak terperangah."Kemarin mal
Read more
33. PoV ; Bu Ayu (Karma Yang Terkuak)
Sumpah Al-Qur'an (33)PoV ; Bu Ayu"Air apa yang Mbah Amun percikkan itu? Kenapa ayahnya anak-anak hanya diam, Mbah?!" tanyaku lagi. Kali ini dengan suara lirih. "Ibu tenang dulu, ya. Suami Ibu hanya kelelahan karena teriak-teriak dari tadi. Tapi-""Tapi apa, Mbah?" potongku segera. "Saya menyerah, Bu. Dari yang saya lihat, Pak Bahul ini memang terindikasi diabetes. Bukan penyakit aneh seperti yang Ibu curigai," papar Mbah Amun.Aku menatapnya lekat tak percaya. Dukun macam apa dia? "Nggak usah labil deh, Mbah! Dulu Mbah bilang kesapan, sekarang ganti lagi. Mbah ini sebenernya bisa atau enggak, sih?" tuduhku tak segan. Wajah tua Mbah Amun nampak kesal mendengar perkataanku. Beginilah aku, tidak suka dipermainkan. Apalagi dibodoh-bodohi. Tak peduli lawanku tua atau muda, bahkan gubernur sekalipun kalau memang curang aku tak segan untuk mengumpatnya."Sosok yang gelatungan di kaki Pak Bahul sudah tak terlihat lagi. Saya sudah lama menduduki profesi ini, Bu! Sejak dulu ratusan pasien
Read more
34. PoV ; Bu Ayu (Balasan Sumpah Al-Qur'an)
Sumpah Al-Qur'an (34)"Dia wanita. Di bagian maaf, p4y*d4ranya. Saat saya bertanya mengenai musababnya, sang suami tampak menutupi. Lalu sang anak dengan menangis bercerita tanpa saya paksa. Wallahua'lam, ceritanya itu membuat saya sangat tertampar dan lebih hati-hati untuk berperilaku," jawab lelaki itu. Aku makin penasaran ke mana arah pembicaraannya ini. Aku mendengkus kesal, ah pasti lagi-lagi ini pengobatan gadungan! Yang bertele-tele dan pada akhirnya berkata tidak sanggup."Maksudnya bagaimana, Pak? Apa hubungannya dengan ayah saya?" Adi kembali bertanya dengan sedikit memaksa."Ini aib, Le. Saya tidak bisa ceritakan apa pun mengenai orang-orang yang sudah berobat kemari," jawabnya lagi, membuatku begitu kesal."Le! Adi ... pasang selimut di kaki Ayah, Ibu mau masuk!" teriakku dengan mengetuk pintu, menyela pembicaraan mereka. Orang tang disebut kiyai itu terlalu bertele-tele, kesabaranku sudah habis menunggu penjelasannya tentang maksud yang ia ucapkan."Sudah, Bu!" sahut Ad
Read more
35. PoV ; Bu Ayu (Pak Bahul Taubat?)
Sumpah Al-Qur'an (35)"Memangnya Kiyai itu tahu dari mana ayahmu punya kesalahan? Kenapa tiba-tiba bertanya tentang itu?" tanyaku penasaran. Apa iya sehebat itukah orang yang dijuluki kiyai tersebut, hingga bisa menerawang masa lalu seseorang."Dari pengalaman dua pasiennya, Bu!" sahut Adi pelan. Bahkan seperti bergumam. Nampaknya, ia masih shock dengan apa yang kukatakan.Aku mulai bergidik ngeri kala Adi menceritakan tentang dua pasien kiyai itu dengan kasus yang sama. Terlebih saat mendengar kondisi pasien wanita, yang katanya bagian dadanya membusuk. Walau ada rasa kesal karena kiyai tersebut tidak menceritakan detail tentang kasus dua orang pasiennya itu, tapi tetap saja yang ia ceritakan cukup jelas."Le ... lalu apa yang harus kita lakukan? Apa yang Kiyai itu sarankan, cepat katakan!" paksaku ketakutan. Bibirku terasa gemetar."Sudah, Bu. Ayah sudah didoakan. Dan, saat ditanya Kiyai, ayah juga berkata dengan jujur. Aku juga tahu, ada satu kebohongan yang belum Ibu ceritakan pa
Read more
36. PoV ; Bu Ayu (Pak Bahul Sekarat)
Sumpah Al-Qur'an (36)Aku segera beranjak dari sofa saat pintu utama dibuka. Adi muncul di baliknya. Raut wajahnya nampak beda, tak lagi tegang dan gusar seperti sebelumnya. Sekarang terlihat jauh lebih tenang dan berseri. Seperti ada binar lega yang terpancar dari wajahnya."Halah, sudah Ibu tebak. Pasti kedatangan kamu ditertawakan sama Asti yang licik itu!" Gerutuku seraya melangkah ke arahnya.Adi menggelengkan kepalanya pelan. "Ibu salah!" sanggahnya. "Justru Bu Asti menyambutku dengan baik. Bahkan aku bisa melihat ketulusannya saat mendoakan Ayah. Dan takjubnya, Bu Asti sama sekali tidaklah dendam terhadap keluarga kita, Bu!" papar Adi tersenyum samar. Senyumannya itu seolah mengejekku."Halah itu mah topeng!" balasku tak mau kalah."Terserah Ibu. Yang jelas sekarang aku lega. Dan aku minta sama Ibu, setelah ini tolong jangan pernah ganggu siapa pun. Siapa pun! Bukan hanya keluar-""Sudah kubilang jangan pernah sok jago dengan menasehatiku! Aku ini ibumu, lebih tahu mana yang ba
Read more
37. PoV ; Bu Ayu (Pasrah)
Sumpah Al-Qur'an (37)PoV; Bu AyuAku menanti dokter itu di gerbang utama rumah sakit, sembari menenangkan diri dengan menghirup udara sejuk dini hari. Tak bohong, dokter itu tiba justru lebih cepat. Sebelum adzan Subuh. Ia segera ke ruang UGD, setelah sebelumnya pergi ke ruangannya dulu.Wajah dokter nampak tegang, tak ada senyum mengejek seperti yang kuterka. Bahkan aku tak sempat sedikit berbicara dengannya, karena ketika turun dari mobil, dokter tua itu segera melangkah tanpa peduli padaku yang siap menghakiminya.Dokter dan dua perawat di dalam tak kunjung keluar. Aku menanti dengan cemas. Kuminta Adi dan Nisa untuk shalat Subuh di mushalla rumah sakit, sembari mendoakan kesembuhan ayahnya. Pintu dibuka, dokter muncul di baliknya. Aku segera beranjak dari bangku besi itu, dan segera menghampirinya."Gimana, Dok? Suami saya bisa sembuh?" tanyaku langsung. "Kami berikan surat rujukan untuk ke rumah sakit pusat di luar kota, ya, Bu!" jawabnya lemah. Raut wajah dokter nampak tak be
Read more
38. PoV ; Bu Ayu (Musibah)
Sumpah Al-Qur'an (38)Aku pulang dengan menggunakan ojek, setelah pamit pada Adi dan Nisa. Entah Nisa paham atau tidak dengan situasi ini, ia tak banyak bertanya. Justru sekarang menjadi lebih pendiam. Cuaca cukup terik. Sinar matahari terasa menyengat kulit. Padahal tadi pagi mendung. Sial!Tak tahan dengan panas yang menyengat, juga pantat yang mulai terasa panas, aku meminta pada kang ojek untuk menepi sejenak, di bawah pohon yang rindang. Begitu terus, tidak berbeda dengan perjalanan selama berangkat. Berkali-kali menepi untuk sekadar merenggangkan punggung.Tiba di rumah, aku lekas masuk dan merebahkan diri di lantai. Sudah lama rasanya tak kurasakan kenyamanan ini. Sekujur tubuh terasa rileks, aku memejamkan mata untuk menikmati, hingga terlelap di lantai yang dingin ini.***Suara dering ponsel membuatku mengerjap. Aku mengabaikannya, mencoba untuk kembali terlelap. Rasa lelah masih mendera, terlebih karena tidur di lantai yang keras, membuat tubuhku makin pegal.Dering ponsel
Read more
39. PoV ; Bu Ayu (Diperk*sa)
Sumpah Al-Qur'an (39)Lidahku mulai kelu, bibirku gemetar tak keruan. Aku mencoba berontak saat kang ojek itu menarik paksa tanganku memasuki lorong bangunan. Aku mencoba berteriak, tetapi kang ojek itu segera membungkam mulutku dengan tangannya.Dia terus membawaku masuk ke dalam lorong bangunan dengan paksa. Tak jarang aku meringis, saat kaki ini terantuk sesuatu karena mencoba berontak. Lelaki gondrong menghentikan aksinya ketika kita sudah berada di dalam sebuah ruangan. Ia melepas cengkeramannya di tanganku dengan kasar. Rasa nyeri menjalar di sana. Aku memandangi sekitar, untuk mencari pintu dan mencoba kabur, tetapi hanya kegelapan yang terlihat. Hanya ada cahaya temaram dari ponsel kang ojek, yang sama sekali tidak membantu untuk meneliti bagian ruangan.Aku mencoba berjalan dengan perlahan, mengitari ruangan. Rasa takut menyerang, kala pandanganku menangkap sosok berbaju putih yang mengapung di bagian sudut. Bulu kuduk mulai meremang, tetapi mataku terpaku padanya. Aku tak
Read more
40. PoV ; Bu Ayu (Depresi)
Sumpah Al-Qur'an (40)PoV; Bu Ayu.***Adzan Subuh berkumandang. Aku segera beranjak untuk mandi. Cukup lama aku menghabiskan waktu di kamar mandi, mengundang pertanyaan dari Adi."Lama banget, Bu? Biasanya ogah-ogahan karena dingin, atau kamar mandi rumah sakit nggak bersih," ujarnya menyindir."Gerah," jawabku singkat. Jika menuruti amarah, ingin rasanya mengumpatnya karena sudah berani mengurusi bahkan menyindirku. Tetapi aku sudah teramat lelah, aku sedang tidak ingin berdebat."Mbak, saya boleh masuk?" tanyaku, saat seorang perawat melintas. Aku beranjak menghampirinya."Jam kunjungan jam tujuh, Bu. Nanti kalau jam tujuh, keluarga boleh masuk," jawabnya sopan. Tapi aku tak suka dengan larangannya."Heh, saya ini istrinya. Kamu siapa berani-beraninya melarang saya, hah?!" sentakku. Raut wajah perawat itu pun seketika berubah."Bu, Ibu ... ini sudah aturan rumah sakit, Bu. Biasanya juga seperti ini, dari kemarin-kemarin di rumah sakit sebelumnya juga jam kunjungan dimulai pukul tuj
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status