All Chapters of HANYA KARENA IBU RUMAH TANGGA, AKU DIREMEHKAN SUAMIKU!: Chapter 21 - Chapter 30
70 Chapters
bab 21
"Tidaaak!" aku berteriak histeris."Ini tidak mungkin! Musdaku! Anakku sayang, maafin Bunda, Nak?" kembali aku meracau tidak jelas."Dokter tolong lakukan semua yang terbaik! Akan saya bayar berapapun biayanya!" Papa mengguncangkan tubuh Dokter itu.Aku menatap wajahnya dengan tatapan memohon, tapi ekspresi wajah Dokter yang masih terlihat tampan meski usianya sudah tidak muda lagi itu justru membuatku sedikit bingung. Bagaimana tidak, jelas terlihat dari raut wajahnya kalau dia seperti orang yang kebingungan."Kenapa? Kenapa Dokter terlihat bingung?!" tanyaku sambil mengusap air mata di pipiku."Saya kan belum selesai bicara, kenapa kalian sudah sangat panik?!""Maaf," ucapku.Aku menyadari kesalahpahaman ini dan menunduk malu karena sudah bereaksi berlebihan tadi."Jadi begini Pak, Bu, saya minta maaf karena saat ini keadaan anak ibu masih dalam keadaan kritis! Dan anak ibu membutuhkan donor darah secepatnya. Dia kehilangan banyak darah karena luka di kepalanya cukup parah," Dokter
Read more
bab 22 pov Aldo 1
Pov. AldoPagi ini aku bangun kesiangan, gara-gara semalam keasyikan main game, membuatku lupa waktu hingga dini hari baru tidur.Dengan terburu-buru aku mandi, ah bukan mandi karena hanya kepalaku saja yang basah. Aku hanya menggosok gigi dan mencuci muka saja. Setelahnya kubuka lemari pakaianku dan ternyata isinya hanya tertinggal satu kemeja menggantung dan warna pink pula. Ah, siapa pula yang sudah membeli kemeja ini, pasti mama. Ku buka pintu lemari sebelahnya dan akupun sempat frustasi karena tidak ada celana maupun baju tersisa. Huh, kemana semua baju didalam lemari ini pindahnya.Aku menepuk keningku pelan. Bodohnya aku, bukankah semua bajuku masih di keranjang cucian karena belum sempat aku setrika sehabis dicuci kemarin.Ini semua gara-gara ART ku yang mendadak minta keluar seminggu yang lalu. Katanya dia akan menikah. Sudah seminggu ini juga aku mengurus segala keperluanku sendiri, bahkan membersihkan rumah juga ku lakukan. Mau bagaimana lagi aku belum punya istri.Aku ber
Read more
bab 23 pov Aldo 2
"Kau …!" Suaraku tercekat di tenggorokan. Geram sekali aku melihat laki-laki pongah yang tidak berperasaan ini. Bagaimana bisa dia berkata seperti itu, sedangkan yang membutuhkan darahnya adalah anaknya sendiri, darang dagingnya.Rada bangkit dari duduknya, dia berdiri dan menatap benci ke arah Arka."Kami tidak akan pernah bersujud padamu! Aku yakin Musda akan baik-baik saja walaupun tanpa pertolongan Ayahnya! Ayah macam apa kamu yang tega pada anaknya! Kupikir kamu sudah benar-benar menyesal karena selama ini sudah abai sama Musda ketika kamu bilang kangen dan ingin bertemu, tapi ternyata itu semua hanya tipu muslihatmu.""Pergilah! Musda tidak butuh Ayah sepertimu! Dia sudah punya keluarga yang peduli padanya!"Arka terpaku di tempat mendengar yang diucapkan Rada. Mungkin dia tidak menyangka tanggapan yang diberikan Rada. Mungkin juga dia berfikir Rada akan bersujut dan memohon padanya.Aku kagum pada Rada, dia wanita hebat. Wanita yang kuat."Ayo, Mah, Pah, kita masuk!" ajak Rada
Read more
bab 24 salah sangka
"Gimana, Musda?" tanya Mama begitu aku turun. Mama sedang duduk di ruang makan."Sudah tidur," jawabku pelan.Ku hembuskan nafas yang terasa berat. Melangkan menuju dapur untuk mengambil air minum. Mama mengikutiku dengan tatapan tanya.Saat ini kami sudah berada di rumah. Setelah kejadian Aldo dibawa oleh polisi tadi siang, papa memintaku untuk pulang terlebih dahulu dengan mama.Papa bilang, dia akan menghubungi pengacaranya untuk mengurus kasus Aldo dan tidak perlu untuk memberitahu orang tuanya Aldo."Keterlaluan mantan suamimu itu! Anaknya sakit tidak menengok sama sekali. Ketika bertemu malah seolah-olah tidak melihat. Apa selama ini sikapnya begitu terhadap Musda?" Mama berkata dengan geram."Tidak terlalu, sih, Mah. Dulu dia itu memang tidak pernah memperhatikan anaknya, tapi, dia itu peduli pada Musda, aku tahu itu," jawabku sambil menerawang membayangkan dulu."Tapi, aku sungguh tidak menyangka dia akan setega ini sama Musda. Sungguh aku akan membalasnya, Mah," sambungku de
Read more
bab 25 rencana
"Apa rencanamu, Nak?" tanya Paman terlihat antusias.Aldo pun menjelaskan panjang lebar, dia sudah mencari tahu bahwa perusahaan tempat mas Arka bekerja tengah dilanda pailit dan sedang membutuhkan suntikan dana dari luar. Di perusahaan itu Arka merupakan salah satu orang yang kinerjanya sangat bagus dalam memajukan perusahaan itu. Untuk itulah tidak mudah untuk menyingkirkannya karena pemilik perusahaan itu sangat mempercayainya."Bagaimana kalau kamu yang masuk ke perusahaan itu? Itu pasti akan sangat mengejutkan buat Arka," Aldo menatapku."Tapi, bagaimana caranya?" tanyaku."Itu gampang, nanti biar aku yang mengaturnya," jawabnya."Pah, Papa setuju kan kalau kita mengadakan kerja sama dengan perusahaan itu?" Aldo beralih pada Paman."Its ok, tidak masalah, tapi kamu harus memastikan dulu bahwa perusahaan itu bisa berkembang nantinya jika kita memberikan bantuan dana," tegas Paman."Tenang, Pah, dulunya perusahaan itu cukup berkembang walaupun masih kecil. Hanya sudah dua tahun bel
Read more
bab 26
"Aku istri barunya mantan suaminya," jawab Melly mendahului menjawab.Waw! Percaya diri sekali dia mengakuinya."Jadi … Arka itu mantan suami kamu, Da?" tanya Rini seolah masih tidak percaya."Ya begitulah," ujarku malas."Oh iya, Mbak, kok kamu bisa ada disini, sih?""Loh, memang kenapa kalau Rada ada disini? Ini rumah, rumahku, terserah aku dong mau menerima tamu siapapun!" tukas Rini tak suka."Yee … aku kan cuma nanya, gitu aja sewot!" cibir Melly."Rin, sini ikut aku!" Melly menarik tangan Rini menjauh dariku."Apa sih, Mbak! Nggak usah pake tarik-tarik juga kali!" ucap Rini tak suka. Tapi, mau tak mau tetap mengikuti karena Melly sudah menarik tubuhnya.Aku menggelengkan kepala melihat tingkah mereka. Karena aku jenuh di tinggal sendirian, akhirnya aku bermaksud keluar untuk melihat Musda dan Sinta di taman. Ketika langkahku baru saja sampai di ruang tamu, samar-samar aku mendengar perdebatan dua orang dan aku yakin itu Rini dan Melly. Ku pasang telingaku baik-baik untuk menden
Read more
bab 27
Sesaat kemudian kami saling membenahi diri dan bangkit berdiri. Aku memalingkan wajahku, malu sekali rasanya. Dapat ku rasakan wajahku menghangat, bahkan mungkin sudah terlihat memerah. Sekilas terlihat dari ekor mataku bahwa Aldo pun salah tingkah."Maaf, Paman, ini tidak seperti yang Paman pikirkan, kami tadi …,""Memangnya kamu tau yang Paman pikirkan?" Paman memotong perkataanku.Mendengar perkataan Paman seketika aku menjadi salah tingkah. Aku pun menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Bingung harus menjelaskan bagaimana."Maksud Rada, kami tidak melakukan apapun, Pa, tadi itu tidak sengaja," ungkap Aldo menjelaskan."Walaupun kalian melakukannya pun, Papa tidak peduli," ujar Paman sambil tersenyum.Astaga! Aku menyadari kini bahwa Paman sedang menggoda kami. Wajahku terasa menghangat lagi, pasti sudah memerah warnanya. Aldo juga sih, kenapa pake acara jatuh segala, jelas aku nggak kuat buat menahan tubuhnya, alhasil dia menimpa tubuhku."Em, eh, ayo kita berbicara di kantin," ajak
Read more
bab 28
Kurang lebih tiga puluh menit mobil yang kami tumpangi sudah berbelok ke halaman sebuah gedung. Tidak terlalu besar memang, persis seperti yang dijelaskan oleh Aldo. Kami berdua berjalan menuju meja resepsionis dimana ada beberapa wanita disitu."Maaf, Pak, ada yang bisa saya bantu?" salah satu dari wanita itu menyapa ramah saat kami menghampirinya."Tolong katakan pada bapak Hartono, kami dari PT. Pelita Raya sudah datang," jawab Paman."Ooh, mari, Pak, saya antarkan. Bapak sudah ditunggu di dalam," ucap wanita yang bernama Lea, dapat ku lihat dari tag nama di dadanya."Mari, Pak … Bu," Lea berjalan mendahului kami dan kami pun mengikutinya dengan berjalan di belakangnya menuju lift.Setelah keluar dari lift kami ditujukan ke sebuah ruangan yang bertuliskan "meeting room" pada atas pintunya."Silahkan masuk, Bapak … Ibu …," Lea membukakan pintu ruangan dan mengajak kami masuk."Terima kasih …," ucapku yang dibalas senyuman olehnya.Begitu kami masuk langsung disambut dengan hangat ol
Read more
bab 29
Pov. ArkaHari ini adalah hari penting dimana akan ada meeting dengan investor dari sebuah perusahaan yang cukup besar. Aku sudah bangun pagi-pagi sekali dan bersiap, aku tidak mau terlambat untuk hari ini. Melly pun sedari tadi sudah sibuk berada di dapur untuk memasak sarapan kami.Semakin kesini Melly semakin pandai memasak, rasanya pun tidak kalah dengan masakan Rada dulu. Rumah juga selalu bersih dan wangi saat aku pulang kerja. Melly juga tidak berubah penampilannya, tetap cantik dan seksi, walaupun aku agak risih dengan pakaiannya yang selalu terbuka itu.Dia selalu berdalih toh aku sudah menjadi istrimu, Mas, begitu ujarnya setiap aku protes akan pakaiannya. Sebenarnya aku ingin memiliki anak darinya lagi, namun sepertinya istriku itu masih trauma setelah keguguran beberapa bulan yang lalu."Masak apa, Sayang?" tanyaku saat sudah berada di dapur sekaligus ruang makan karena memang menyatu. Melly terlihat menuangkan sayur kedalam mangkuk beling berwarna putih.Setelah resmi ber
Read more
bab 30
Pov. Arka 2"Siapa, Pak, orang itu? Boleh saya tahu?" "Dia itu …."Baru saja mau menjawab tiba-tiba pintu dibuka dari luar dan disusul masuk Lea dengan membawa dua orang yang membuatku kaget luar biasa.Bagaimana mungkin? kenapa harus orang ini yang datang. Kenapa Rada bersama dengan Bapak-bapak yang ku permalukan waktu itu. Pak Hartono memperkenalkan dirinya dan juga aku sebagai manager atau orang kepercayaannya. Dengan sedikit kikuk aku ikut menyalami Bapak itu yang ternyata seorang Bos dari PT. Pelita Raya. Rada sendiri ternyata merupakan wakilnya di perusahaan itu. Sial ternyata jabatan Rada lebih tinggi dariku, pantas saja sekarang dia sangat cantik.Aku sengaja berlama-lama menggenggam tangannya saat bersalaman. Ku pandangi wajahnya yang semakin ayu, kulitnya putih bersih. Kalau begini caranya tidak menutup kemungkinan aku bisa jatuh cinta lagi padanya. Namun, Rada melepaskan tangannya dengan menarik sangat keras, sehingga mau tidak mau aku harus melepaskannya kalau tidak ingi
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status