All Chapters of HANYA KARENA IBU RUMAH TANGGA, AKU DIREMEHKAN SUAMIKU!: Chapter 41 - Chapter 50
70 Chapters
bab 41 semakin curiga
"Anda siapa? Punya wewenang apa sampai berani menyuruh untuk menurunkan barang dari dalam mobil saya!" ucapnya sambil menatapku tajam.Oh, sepertinya dia belum mengetahui siapa aku. Baiklah, kita bermain-main dahulu."Bukankah beliau adalah atasanmu? Bagaimana kamu tidak mengenalnya?" tanya Andra pada Roki. Membuatku tersenyum"Atasan? Atasan yang biasa memerintahku itu adalah Pak Arka, lagipula aku belum pernah melihatnya di kantor," ucapnya lagi."Jelas saja kamu tidak pernah melihatku. Tempatku di lantai tiga dan di dalam ruangan ber-AC, sedangkan kamu kebanyakan berada di gudang dan di jalan," ucapku.Andra dan karyawan lainnya tertawa kecil mendengar perkataanku. Wajah Roki langsung memerah seperti marah. Sebenarnya bukan maksudku untuk menghina, namun gayanya yang songong membuatku terpaksa ingin memberinya pelajaran."Tidak percaya? Silahkan telpon pak Joni atau pak Arka. Tanyakan pada mereka siapa Rada," ucapku.Dia segera mengambil ponselnya dan langsung menelpon. Entah siapa
Read more
bab 42 laki-laki yang bersama Melly.
"Kamu ingin bantuanku yang seperti apa?" tanya Derry setelah aku selesai bercerita dan keluh kesahku karena tidak ada orang yang bisa dipercaya di kantor."Aku ingin kamu menanyai Roki, buat dia berbicara sendiri tanpa disadarinya. Di kemanakanlah separuh barang-barang itu." ucapku sambil memijat keningku.Pusing rasanya memikirkan masalah ini. Kalau aku tak memiliki misi di dalamnya, mungkin aku malas mengerjakan ini semua."Caranya bagaimana, Ra?""Pikirkanlah caranya, aku tahu kamu lebih ahli dalam hal ini," ujarku.Tiba-tiba telepon di atas meja Derry berdering."Iya ….""Ok! Saya keluar sebentar lagi," ucap Derry kemudian meletakkan gagang telepon pada tempatnya."Mobil pengantar barang sudah datang. Yuk, kita keluar!" ajak Derry menjawab pertanyaanku yang menggunakan bahasa mata.Kemudian kami pun keluar menuju teras toko, dimana mobil itu sudah terparkir.Para karyawan laki-laki toko ini sedang membantu Roki membuka pintu belakang mobil box.Kenapa Roki selalu sendiri dalam men
Read more
bab 43 ancaman Melly
"jadi, waktu itu aku pernah melihat suaminya jalan dengan Melly, Mam.""Hah! apa ...!! Istri mantan suami kamu itu?" ujar Mama."Iya, makanya aku mau nanya langsung tadi, apa mungkin mereka saudara. Eh, nggak taunya udah pulang duluan," ucapku sedikit kecewa."Hmm …. Besok biar Mama tanyakan pada tante Merry, kebetulan besok mau kumpul arisan. Oh, ya kamu udah makan belum?""Belum, Mam, tapi Rada masih kenyang. Musda hari ini libur, tah ngajinya, Mam?" tanyaku saat menyadari gadiss kecilku itu tadi asyik bermain."Gurunya ijin, katanya masih ada kepentingan," jawab Mama kemudian merebahkan tubuhnya di atas kasur lantai di depan televisi.Aku pun mengikutinya. Dua perempuan yang aku sayangi itu saling bercanda. Aku menatap dengan tersenyum bahagia. Sejenak melupakan masalah kantor.Ting! Ting! Ting!Ponselku berbunyi dengan beruntun membuatku penasaran siapa gerangan yang mengirimiku pesan. Dan ketika aku membuka WA, ternyata banyak sekali pesan masuk yang entah dari kapan dan belum ad
Read more
bab 44 masuk rumah sakit
Samar-samar telingaku mendengar suara orang bercakap-cakap. Saat aku ingin membuka mata dan melihat siapa gerangan, mataku terasa sangat berat sekali untuk terbuka bahkan mulut pun sama. Ingin berbicara namun tidak bisa terbuka, seperti tidak punya kekuatan hanya untuk membuka mata dan berbicara.Akhirnya aku hanya mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Setelah menyimak dari apa yang mereka katakan, aku menyimpulkan bahwa mereka adalah dokter dan suster yang tengah berusaha menolongku. Ah, ya aku ingat bahwa aku mengalami kecelakaan.Anehnya aku tidak merasakan apapun pada tubuhku. Hanya bisa mendengar namun tidak bisa berinteraksi dengan mereka. Aku pun akhirnya pasrah dan berdo'a semoga masih diberi kesempatan untuk hidup.*******"Bunda … bunda …."Samar aku mendengar suara Musda memanggilku dengan tangisan yang tersedu-sedu. Perlahan aku mencoba membuka mataku, namun silaunya cahaya membuatku menyipitkan mata.Ku picingkan mataku untuk melihat siapa saja yang berada di dekatku. M
Read more
bab 45 keganjenan Melly
"Oo … jadi ini Aldo yang katanya 'teman' kamu itu," ucap Rini menekan kata teman.Wajah Aldo semakin masam saat mendengar Rini mengatakan kalau dia hanya temanku. Apa mungkin Aldo mendengarnya ya!"Ehemm … Aldo kenalin ini Rini, sahabatku. Rin, kenalin ini Aldo," ucapku saling memperkenalkan mereka.Mereka berdua kemudian bersalaman dan saling menyebutkan nama. Setelahnya hening cukup lama karena kami sibuk dengan pikiran masing-masing."Eh, Rin, kamu kesini sama siapa?" tanyaku berusaha mencairkan suasana."Aku tadi kesini sama Sinta, sama Mell …,"Belum sempat perkataan Rini selesai, terdengar ribut-ribut di depan pintu. Lalu tak pintu terbuka, kami semua reflek menoleh ke arah pintu. Dan ternyata yang masuk adalah si Ulat bulu."Tante Melly nyebelin!" wajah Sinta terlihat kesal dengan Melly, sedangkan si Ulat bulu itu justru dengan santainya berjalan mendekati Aldo."Loh, ini Mas-mas ganteng yang waktu itu beli rumah kita itu 'kan, Mbak?!" tanya Melly saat melihat Aldo. Rupanya di
Read more
bab 46 pov. Melly
Pov. MellyPerempuan itu memang harus diberi pelajaran. Terlalu banyak dia tahu rahasiaku. Aku tak ingin semuanya berantakan sekaligus sekarang ini. Saat om Herman menelponku semalam, mengantarkan istrinya yang cerewet itu ke rumah sahabatnya, tanpa dinyana ternyata itu adalah rumah orang tua Rada.Aku yakin cepat atau lambat dia pasti akan menceritakan pertemuannya denganku tempo hari kepada si Merry cerewet itu, atau kepada mamanya. Kalau sampai Merry tahu suaminya jalan lagi denganku, habislah riwayat kami! Sedangkan si tua bangka Herman itu belum juga berhasil mengambil alih hartanya.Siang itu aku kembali bertemu dengan Alex. Setelah beberapa hari kami tidak bertemu. Tentu saja kami pasti tidak melewatkan untuk melepas rindu. Menyalurkan gairah yang sudah menggebu. Selain itu, aku pun mempunyai tujuan menemui Alex."Lex, aku punya kerjaan buatmu!" ucapku setelah kami selesai memadu kasih."Hmm … apa?" jawabnya dengan mata yang terpejam, nafasnya belum sepenuhnya normal dan masih
Read more
bab 47 pov. Aldo
Pov. Aldo"Hei … kamu harus ikut aku sekarang juga ke kantor polisi!" ucapku ketika berada di hadapan wanita ganjen itu.Senyum yang tadi merekah di bibirnya seketika langsung menghilang."A-apa? Memangnya salahku apa?" "Jangan pura-pura bodoh kamu!" bentakku."Tunggu … tunggu! Ini ada apa sebenarnya, Al?" tanya Rini bingung. Jelas dia tidak tahu apa yang telah saudaranya lakukan."Dia yang sudah mencelakai Rada," jawabku."Hei … jangan asal tuduh kamu! Mana buktinya," ucap Melly tidak terima. Pintar sekali dia mengendalikan perasaannya."Buktinya kamu baru saja kembali mengancam Rada bukan?" Jawabku tidak mau kalah."Haha … itukan hanya omongan, mana buktinya? Apakah ada orang lain yang mendengar aku mengancam Rada? Tidak ada 'kan? Bahkan kamu pun tidak mendengarnya tadi, iya 'kan?!"Aku terdiam mendengar pembelaan Melly, memang aku tidak mendengarnya karena ku kira dia membisikkan kata penyemangat tadi. Hanya Rada yang tau."Jangan asal menuduh kalau tidak ada bukti nyatanya. Fitna
Read more
bab. 48 penangkapan
Pov. Aldo 2Teriknya sinar matahari siang begitu terasa menyengat. Klakson kendaraan saling bersahut-sahutan menandakan ketidaksabaran para pengendara yang ingin saling berebut jalan. Berulang kali ku seka keringat di dahiku. Padahal AC mobil sudah kuhidupkan bahkan sudah maximal, tapi entah kenapa aku masih merasa kepanasan.Sudah hampir satu jam aku terjebak kemacetan siang ini. Mobil yang kukendarai hanya bisa berjalan seperti siput karena jalanan yang padat. Anak-anak sekolah pulang berbarengan dengan jam istirahat para pekerja. Itulah yang selalu menyebabkan kemacetan.Tiba di perempatan jalan, ku belokkan mobilku ke arah kiri, aku ingat ada jalan terobosan yang biasa digunakan untuk menghindari macet.Akhirnya setelah melewati jalan terobosan, mobil yang kukendarai bisa melaju dengan kencang. Tak membutuhkan waktu lama aku sudah tiba di parkiran kantor polisi. Ku lihat mobil paman Adi sudah terparkir disitu, aku memutuskan untuk memarkirkan mobilku tepat disampingnya.Sedikit be
Read more
bab. 49 pov. Author
Pov. AuthorDor!Suara tembakan memecah sunyinya hari itu. Mengagetkan semua orang yang mendengarnya. Warga yang ramai menunggu di depan rumah seketika berbondong-bondong ke arah belakang rumah, penasaran dengan apa yang terjadi.Tampaklah disitu seorang wanita yang mengaduh menahan sakit, namun tetap dipaksa untuk tetap berjalan. Wanita itu adalah Melly.Aksi pura-pura ke kamar mandi yang hanya dijadikan alasan untuk kaburnya justru menjadi awal dari kesakitannya.Dengan dipapah polisi tadi, dia berjalan pincang dengan darah yang membasahi sebelah kakinya.Huuuuu ….Sorak sorai dari para warga yang melihat kejadian itu. Melly hanya menundukkan kepala dan berjalan melewati warga menuju mobil polisi."Cepat masuk!" titah polisi itu dengan berang sambil mendorong tubuh Melly untuk masuk ke bangku belakang. Kemudian polisi wanitanya membuka pintu sebelahnya dan ikut duduk disebelah Melly. Menjaga kalau-kalau Melly berniat kabur lagi, walaupun itu tidak memungkinkan karena kaki sebelah k
Read more
bab 50
Masih pov. Author ya!Tiga puluh menit kemudian mobil yang ditumpangi oleh Arka dan juga Bosnya tiba di halaman kantor polisi. Suasananya cukup lengang mengingat adzan magrib baru saja berkumandang. Mereka masuk dan langsung bertanya kepada petugas yang berjaga. Karena polisi yang menangani kasus Melly sedang tidak berada di tempat, mereka berdua diminta untuk menunggu."Memangnya selama ini kamu sama sekali tidak mengetahui kegiatan apa saja yang sudah istrimu lakukan, Pak Arka?" tanya Pak Hartono saat mereka sudah duduk di kursi tunggu yang telah disediakan."Tidak, Pak. Yang saya tahu istri saya itu tidak pernah neko-neko. Dia selalu berada di rumah saat saya menelponnya. Pun saat saya pulang dia juga selalu ada dirumah. Sesekali dia ijin keluar hanya untuk ke rumah saudaranya," jawab Arka menjelaskan."Lalu kenapa dia sampai bisa berurusan dengan polisi? Jika sudah sampai polisi, jelas ini tidak main-main," ujar Pak Hartono lagi, semakin menambah beban pikiran Arka."Entahlah, Pak
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status