All Chapters of HANYA KARENA IBU RUMAH TANGGA, AKU DIREMEHKAN SUAMIKU!: Chapter 11 - Chapter 20
70 Chapters
talak tiga
Aku berjalan beriringan bersama trio emak-emak. Musda ku gendong karena sudah tidur dari tadi pas masih dirumah pak RT. Ketika sudah sampai di halaman rumahku, tiba-tiba kami mendengar suara orang sedang berdebat dari dalam rumah. Sudah pasti itu mas Arka dengan Melly.Kami berempat saling berpandangan sejenak, lalu aku mendahului mereka masuk rumah, karena pundakku terasa pegal menggendong Musda."Assalamualaikum," ku ucap salam begitu akan memasuki rumah."Waalaikumsalam," terdengar jawaban dari dalam. Loh kok suaranya seperti aku mengenalnya, itu bukan suara mas Arka ataupun Melly.Karena penasaran aku pun bergegas masuk, dan benar saja dugaanku, kedua mertuaku sudah duduk di kursi berhadapan dengan Mas Arka dan si pelakor itu."Bapak … Ibu … kapan datang?" tanyaku kemudian menghampiri mereka dan mencium tangannya."Belum lama, Nak. Kamu dari mana malam-malam begini sama Musda sampai dia tertidur?" ujar Ibu mertua ketika melihat Musda tidur dalam gendongan."Sebentar ya, Bu, aku ti
Read more
harta gono gini
"Ya sudah, tunggu apa lagi! Cepat kemasi pakaianmu dan pergi dari rumah ini!" Melly dengan percaya dirinya mengusirku.Bapak dan Ibu langsung menatapnya tak suka. Mungkin heran bagaimana mungkin anak lelaki mereka bisa tergila-gila dengan wanita seperti itu."Aku tidak akan pergi dari sini, kamu lupa, ya? bukankah kamu yang harusnya sudah pergi dari tadi!" balasku sengit, gedek sekali hatiku melihat sikapnya yang sok berkuasa itu."Iya, dasar pelakor tidak tahu malu, kamu kan yang sudah di usir warga dari sini, kenapa kamu dengan percaya diri mengusir Mbak Rada!? Kamu pikir siapa kamu!" sahut Bu Yuni berucap dengan geram."Sudahlah, Bu, tidak perlu lagi ikut campur masalah kami, Ibu ini hanya orang lain disini, kenapa nggak pulang aja sih?!" balasnya santai."Selama kamu belum pergi dari sini, kami akan terus ikut campur! Kecuali kamu bisa nunjukin bukti itu," Bu RT ikut menimpali."Iya, kok nggak punya malu, sudah jelas-jelas warga sini mengusirnya, kok malah dengan percaya dirinya m
Read more
mantan mertua yang baik
Pagi ini aku bangun terlambat, bahkan waktu subuh hampir habis. Segera aku membersihkan diri kemudian mengambil wudhu, lalu melaksanakan kewajiban subuhku. Setelah selesai aku keluar kamar, berniat untuk membuat sarapan. Tapi, ternyata sarapan sudah terhidang di atas meja. Ku lihat ibu mertua sedang mencuci piring."Pagi, Bu, maaf ya Rada telat bangunnya?" sapaku."Pagi juga, Nak. Iya nggak papa kok, ibu bisa ngerti kenapa kamu bangun terlambat," jawab Ibu sambil menoleh padaku, sedangkan tangannya masih sibuk membilas piring diatas wastafel."Seharusnya Rada yang masak sarapan buat Ibu. Tapi, ini malah Ibu yang memasak buat Rada," ujarku dengan perasaan yang tidak enak."Sekali-sekali nggak papa, Nak. Toh selama ini kamu sudah selalu memasak untuk kami. Jangan merasa sungkan begitu, bukankah ibu ini ibumu?"Ibu mengelap tangannya yang basah, kemudian menghampiriku yang masih berdiri di samping meja makan."Maafkan ibu, ya, Nak. Ibu tidak bisa mendidik Arka dengan baik," ucap Ibu lagi
Read more
salah naik mobil
Drrrr … drrrr ….Tiba-tiba ponselku bergetar panjang, seperti ada panggilan masuk. Ku ambil dari dalam tas lalu ku lihat layarnya."Siapa, ya?" aku bertanya sendiri karena ternyata yang memanggil adalah nomor baru. Dengan ragu aku mengangkatnya."Hallo …."…."Iya, saya sendiri. Ini siapa ya?"…."Astagfirullah!" ucapku, tanpa sadar aku langsung menatap ke arah pria yang sedang mengemudi. Ku lihat penampilannya dari belakang, jelas sekali pakaian yang dikenakannya berbeda dengan kebanyakan driver, karena dia mengenakan setelan jas yang biasa digunakan untuk ke kantor. Lagi ku perhatikan mobil ini, ternyata sangat mewah. tidak mungkinkan taxi semewah ini? huh! kenapa tidak kuperhatikan dulu tadi."Eh, i-iya Mas? Maafin saya, ya? Orderannya saya batalkan."Klik.Tanpa menunggu jawaban dari seberang, ku matikan panggilan secara sepihak.Kembali aku mengamati penampilan pria yang sedang mengemudi itu, kali ini ku amati wajahnya dari kaca spion di atasnya. Cukup tampan dan terlihat berkar
Read more
bab 15
Pria yang tengah bercanda dengan Musda tiba-tiba menoleh dan aku terkejut begitu melihat wajahnya. Segera ku hapus air mataku, sedikit malu karena ada orang asing melihatku menangis."Kamu … kan?" "Loh, kamu sudah kenal sama Aldo, Nak?" tanya Mama ketika melihatku terkejut dengan kehadiran pria itu yang ternyata bernama Aldo."Dia itu …."¤¤¤¤¤¤¤"Hahaha …."Mama dan Papa terpingkal-pingkal mendengar ceritaku. Mereka memegangi perutnya dan sampai mengeluarkan air mata. Sebegitu konyolkah aku menurut mereka."Issh … udah donk, Mah, Pah!" ujarku dengan wajah yang cemberut.Tidak tahu apa kalau aku sudah sangat malu. Sedangkan Aldo kulihat hanya tersenyum tipis."Rada pulang, nih, kalau kalian nggak berhenti tertawa," aku merajuk dan berpura-pura hendak pergi."E eh, jangan donk! Masak baru datang udah mau pulang!" protes Mama."Ya Allah, Aldo! Mimpi apa semalam kamu sampai bisa di kira driver ojol! Seganteng dan sekeren ini, loh, Rada, hahaha …." Papa masih terus menggodaku dan tidak bi
Read more
bab 16
"Maaass … ini mantan istrimu telpon!" terdengar teriakan Melly di seberang.Hening beberapa saat."Ada apa Rada? Apa yang akan kamu katakan padaku?" terdengar suara mas Arka dan langsung bertanya.Memang ya, dasar laki-laki baji**an! Tidak ada basa basi menanyakan keadaan anaknya sama sekali. Padahal dia sudah hampir dua bulan tidak bertemu."Kamu bisa ke rumah nggak?" aku sedikit menjeda perkataanku."Kenapa? Kamu menyesal, ya, setelah resmi bercerai dariku? Makanya, jadi perempuan itu jangan sok deh! Sok sok an pake acara menggugat segala, sekarang habiskan uangmu!" Aku menatap ponselku heran, nih orang percaya diri sekali bisa mengatakan seperti itu. Sayang, aku tidak berhadapan langsung dengannya, kalau iya sudah ku getok kepalanya itu pake heels sepatuku. "Sudah ngocehnya?! Kalau sudah sekarang dengerin aku ngomong, ya! Dengerin baik-baik, kalau perlu hidupkan itu loudspeakernya biar jelas!" sahutku gemas."Ya sudah cepat, mau ngomong apa kamu?" suara mas Arka terdengar tidak s
Read more
bab 17
"Permisi …," serentak kami bertiga menoleh ke arah pintu. Dimana suara itu berasal.Astaga! Kenapa dia yang datang kesini? Mungkinkah dia anak dari paman Agus? Kalau seperti ini namanya, berarti aku yang speechles. Hatiku meracau begitu melihat kedatangan Aldo.Sekilas aku melirik Melly, terlihat tatapan takjub dari matanya. Jelas saja, wajah Aldo memang terlihat dingin, tapi, itu tidak mengurangi sisi ketampanannya. Belum lagi dengan penampilannya yang borjuis. Dasar pelakor sih, lihat yang penampilannya seperti bos langsung ngiler."Si--silahkan masuk, Mas, eh, Pak," ujarku menutup mulut karena kikuk.Aldo pun masuk ke dalam rumah setelah ku persilahkan, ternyata dia datang tidak sendiri, melainkan dengan seorang temannya."Apa saya terlihat sudah tua? Panggil saya Aldo,!" ujarnya sambil mengulurkan tangan padaku.Cih! Bisa-bisanya dia pura-pura tidak kenal padaku. Jelas-jelas belum lama ini kami sudah pernah bertemu di rumah Papa. Eh, tunggu! Apa mungkin ini hanya actingnya saja, k
Read more
bab 18
"Ada apa ini?" tanya Mas Arka begitu melihat wajah pucat Melly. Pandangannya tertuju pada Bu Retno karena melihat Melly dengan tatapan tajam."Mas …," Melly langsung bergelayut manja pada lengan Mas Arka. "Ibu itu tadi bentak aku …," adunya dengan suara yang sedih."Eh … eh … eh … emang dasar ya, sudahlah jadi pelakor, nggak punya o*ak, tangannya celamitan pula!" Bu Retno berucap dengan geram. Entahlah apa yang sebenarnya terjadi. Aku yang baru saja masuk jadi bingung."Cukup, Bu!" bentak Mas Arka pada Bu Retno."Jangan lagi menghina Melly, biar bagaimanapun dia ini istri sah saya, saya harap Ibu bisa menghargainya!" ujarnya yang terlihat emosi."Halah … orang seperti istrimu itu nggak perlu dihargai. Dia aja nggak bisa menghargai orang lain kok!" cibir Bu Retno tak mau kalah."Maksud Ibu ini apa, ya? Saya kenal sama Ibu juga nggak, tapi kenapa kalian tidak menyukai saya?! Salah saya apa sama kalian?!" timpal Melly dengan mimik wajah yang sedih. "Jangan-jangan kalian sudah dihasut
Read more
bab 19
Mataku terbelalak begitu membaca pesan yang ternyata berasal dari mas Arka.Apalah maunya orang ini. Setelah berpisah baru bersikap baik. Tumben-tumbenan juga dia bilang kangen anaknya. Baru juga beberapa hari, sedangkan berbulan-bulan saja dia tidak kangen."[Tumben kamu kangen sama Musda?]" balasku."[Musda itu anakku, wajar donk aku kangen padanya? Aku pengen bertemu, dimana sekarang kamu tinggal?]""[Aku sekarang tinggal di rumah papa dan mamaku,]"Lama tidak kunjung dibalasnya pesanku, padahal sudah centang biru. Mungkin dia syok ketika mengetahui aku sudah kembali pada keluargaku. Sebenarnya aku sedikit takut kalau sampai mas Arka beneran berani datang kesini. Bukan apa-apa, hanya saja papa dan mama pasti akan sangat marah. Tapi, biar bagaimanapun mas Arka adalah Ayahnya anakku. Aku tidak mau anakku tumbuh tanpa mengenal sosok ayahnya. Dilema untukku, tapi ini semua demi gadis kecilku itu. "Maaf, Non, ditunggu nyonya untuk sarapan," salah satu asisten rumah tangga mama datang
Read more
bab 20 Musda kecelakaan?
"Musdaaaa … ya Allah!"Aku langsung menubruk tubuh yang sedang tergolek lemah di atas aspal. Ku peluk erat tubuhnya yang sudah berlumuran darah itu. Aku menangis penuh sesal. Ini semua salahku."Mbak, cepat anaknya dibawa ke rumah sakit. Ntar keburu kehabisan darah itu!" celetuk salah seorang yang mengerubungi kami, membuat kesadaranku seketika kembali."Tolong … tolongin saya!" ucapku sambil mulai mengangkat tubuh kecil itu."Ada apa ini?" Tiba-tiba terdengar suara bariton bertanya di antara kerumunan itu, lalu setelahnya munculah seseorang yang aku kenal."A--aldo …," ucapku terbata ketika melihat."Rada! Apa yang terjadi?" tanyanya."Aldo, tolong!""Ayo cepat masuk ke mobilku," ajaknya sambil mengambil Musda dalam gendongannya.Orang-orang yang mengerubungi kami tadi segera menyingkir, memberikan jalan pada kami menuju mobil yang ternyata berada tidak jauh dari trotoar tempat Musda tergeletak tadi.Aku masuk terlebih dahulu di kursi belakang, lalu Aldo memberikan Musda untuk ku pa
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status