All Chapters of Menaklukkan Duda Dingin: Chapter 61 - Chapter 70
128 Chapters
61. Belajar dari Kesalahan
Tak tahan menyaksikan kehebohan keluarga besarnya, Tuan Berg pun mengangkat tangan. “Perhatian, perhatian! Bukankah kita baru saja mendapat pelajaran berharga dari Ella dan Freja? Kenapa kalian malah melakukan kesalahan mereka sekarang?” Dalam sekejap, orang-orang di meja makan itu terdiam. Tidak ada lagi yang berani membicarakan tentang kanibal. Mereka sadar bahwa hal itu belum tentu benar. Mereka telah terhasut oleh kabar yang beredar. “Sepertinya, Anda harus menjelaskan tentang julukan itu, Tuan Smith. Mengapa Anda dipanggil kanibal?” Mendengar usulan Ella tersebut, Amber spontan menggoyangkan tangan yang menggenggamnya. “Adam, apa kau mau aku yang menceritakannya?” bisik wanita itu cemas. Sambil tersenyum kecil, sang pria menggeleng. “Tetaplah di sampingku. Itu saja sudah lebih dari cukup.” Sedetik kemudian, ia menarik napas dalam-dalam dan melebarkan lengkung bibir. “Sejujurnya, aku mengalami depresi berat setelah bercerai. Demi menyembuhkan diri, aku menyendiri di sebuah po
Read more
62. Foto Romantis
Adam dan Amber terbelalak ketika telinga mereka menangkap suara ketukan. Tidak ada lagi gerakan yang berani mereka lakukan. Napas pun mereka embuskan dengan sangat hati-hati. "Kau dengar itu?" bisik Amber seraya melirik ke arah pintu. Belum sempat Adam menjawab, suara ketukan kembali terulang. "Maaf, Nona Lim, apakah kalian sedang sibuk?" "Ada hal penting yang ingin kami sampaikan." Dalam sekejap, pasangan itu sama-sama melangkah mundur. Tanpa aba-aba, mereka beradu untuk membetulkan pakaian. "Kenapa gadis-gadis itu datang di saat seperti ini?" gerutu Adam sambil menutupi kekacauan di balik sweater besarnya. Sambil menahan tawa, Amber mengangkat pundak. "Entahlah. Kau tunggu di sini saja. Biar aku mengajak mereka bicara di luar." "Jangan lama-lama," pinta Adam dengan tampang memelas. Sang wanita otomatis mendengus gemas. Usai mengangguk, ia berjalan keluar, meninggalkan sang kekasih dengan tampang kusut. "Aku seharusnya menunggu lebih malam," sesal pria itu sebelum menggar
Read more
63. Terlalu Gegabah
Lengkung alis Adam otomatis mendesak dahi. Napasnya tertahan sedangkan mulutnya terkatup rapat. Bagaimana mungkin ia lupa mengubah ponselnya ke mode senyap? “Sejak kapan kau membagikan kontakmu kepada orang lain? Kenapa aku tidak pernah tahu?” tanya Amber dengan nada heran. Setelah mengerjap, sang pria bergegas membentuk lengkung kecil dengan bibirnya. “Aku juga terkejut ponselku tiba-tiba bergetar. Ini pasti salah sambung. Hanya kau dan Tuan Berg yang menyimpan kontakku,” terang Adam sebelum menolak panggilan. Sambil mengerucutkan bibir, Amber mengangguk-angguk. Sedetik kemudian, ia mengubah ekspresi kembali ramah lalu menoleh ke kanan dan kiri. "Freja, Ella, aku harus pulang sekarang. Kupercayakan kepada kalian untuk memilih foto mana yang terbaik. Aku yakin, kalian punya selera tinggi. Dan ingat! Jangan sebar foto-foto kami ke mana pun. Jagalah rahasia kami seperti Tuan Berg menyimpan video kami!" "Tenang saja, Amber. Kami bisa diandalkan," timpal Freja sambil menaikkan sebela
Read more
64. Menumpahkan Kebenaran
“Maafkan aku, Amber. Aku hanya tidak ingin kau terbebani oleh masalah baru,” desah Adam sambil meraih pundak di hadapannya. “Tapi kenyataannya, kau malah membuat masalah yang lebih besar!” pekik Amber seraya menepis tangan sang pria. Air mata kini mengalir deras di wajahnya. Pemandangan itu sukses memperluas luka di hati Adam. Sambil tertunduk, laki-laki itu menggenggam penyesalan. “Aku tahu. Ini salahku.” “Sekarang apa lagi yang akan kau lakukan? Pergi menemui orang tuaku? Berlutut di hadapan mereka dan membiarkan orang-orang itu menghajarmu lagi? Atau berlutut di depan gedung badan administrasi?” sindir Amber dengan suara tersedak. Tak sanggup memikul rasa bersalah, Adam terpejam dan mendesah pasrah. “Aku tidak tahu ....” “Lakukan saja! Bukankah kau selalu gegabah? Kau selalu berpikir dari sudut pandangmu saja, tanpa memperhitungkan akibat dari sisi lain. Kenapa tidak sekalian saja kau bakar gedung itu?” “Tidak, Amber,” sanggah sang pria diiringi gelengan pelan. “Kau adalah d
Read more
65. Memeriksa Hasil
“Adam!” panggil Amber sembari beranjak dari kursi. Dengan senyum semringah, ia menghampiri lalu duduk di pangkuan sang kekasih. “Lihatlah! Apakah ini bagus?” Dengan alis melengkung tinggi, sang pria memperhatikan ekspresi wanita itu. “Kau sudah menentukannya?” “Ya,” sahut Amber sebelum mengangkat buku catatannya lebih dekat ke mata sang pria. “Coba perhatikan!” Sedetik kemudian, decak kagum Adam mengudara. “Sebuah liontin?” desah pria itu dengan nada tak percaya. Sambil tersenyum simpul, sang wanita mengangguk. “Max dan Julian memiliki liontin yang berisi foto kedua orang tua mereka. Menurutku, anak-anak mereka juga harus punya. Liontin itu bisa menjadi pengingat sekaligus pemberi semangat.” “Semacam jimat?” celetuk Adam seraya memiringkan kepala. “Ya, semacam pembawa keberuntungan,” timpal Amber dengan mata berkilat semangat. “Jadi, bagaimana menurutmu?” Adam spontan mengerutkan alis, pura-pura berpikir. Setelah raut wajah sang wanita berubah was-was, barulah ia mengembangkan
Read more
66. Titik Balik
"Keberhasilan apa yang kau maksud, Bas?" tanya Amber sembari menggeleng samar. "Tolonglah ... jangan berpura-pura bodoh. Langsung saja ucapkan terima kasih kepadaku dan yang lain. Kami tidak akan meminta bayaran," timpal Sebastian ringan. Tak kuat menanggung beban pertanyaan dalam benaknya, sang wanita pun mememejamkan mata rapat-rapat. "Tunggu dulu! Tolong jelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Aku dan Adam sungguh tidak tahu apa-apa. Kami baru mengaktifkan ponsel sekarang. Dan yang kami lihat sejak tadi hanyalah komentar dari para haters." Suasana mendadak hening sejenak. Sebastian tampaknya butuh waktu untuk mencerna keadaan. "Jadi, kau tidak tahu apa saja yang sudah kami lakukan?" "Ya!" sahut Amber dengan anggukan dalam. Mata bulatnya kini memancarkan ketegangan kepada Adam. "Kupikir kalian diam-diam memantau lewat komputer. Ternyata tidak?" gumam si penelepon seperti sedang bergelut dengan pikiran. "Tolong jangan bertele-tele, Tuan Evans. Ceritakan saja! Amber bisa ping
Read more
67. Calon Ibu Mertua
“Sebetulnya, kedatanganku kemari untuk membahas masalah itu. Suamiku marah besar dengan kelakuan kalian. Kredibilitas perusahaan menurun sejak merger dibatalkan,” aku Nyonya Lim sambil mengelus bros yang melekat di tasnya. “Apakah Tuan Lim akan tetap datang menjemput Amber?” terka Adam dengan suara yang agak direndahkan. Setelah mendesah berat, Nyonya Lim kembali mempertemukan pandangan. “Saat ini, dia masih sibuk mengurus perusahaan. Tapi begitu masalah itu selesai, dia pasti akan langsung bertindak.” Dalam keheningan, Adam membiarkan otaknya bekerja keras. Kekusutan yang harus diurainya telah bertambah runyam. “Sebenarnya, apa yang sedang dihadapi oleh Perusahaan Lim?” “Tidak ada. Hanya saja, suamiku bukanlah seseorang yang puas dengan pencapaian kecil. Dia membutuhkan jaringan dan modal besar untuk ekspansi ke negara-negara berkembang. Sekarang, obsesi tersebut malah menimbulkan masalah.” “Apakah masalah akan selesai jika dua hal itu sudah didapat?” selidik Adam seraya menaikk
Read more
68. Kesepakatan Akhir
"Papa?" desah Amber, tersedak oleh kengerian. Sebelum Tuan Lim bergerak, secepat mungkin ia merapatkan pintu lalu memutar kunci. "Amber, apa yang kau lakukan?" tanya sang ibu dengan nada heran. "Tidak! Aku tidak akan membiarkan Papa menyakiti Adam lagi!" seru sang putri dengan napas terengah-engah. Tangannya terentang memagari pintu, berjaga-jaga jika ada yang mendobrak masuk. Memahami ketakutan sang kekasih, Adam pun mengelus kepalanya lembut. "Tenang, Precious. Ayahmu pasti datang untuk menjemput ibumu, bukan mengajak ribut. Sekarang biarkan ibumu keluar." "Dan mengizinkan mereka masuk lalu menghajarmu hingga pingsan? Tidak!" Tiba-tiba, pintu diketuk lagi dari luar. Sedetik kemudian, suara Tuan Lim merambat melalui celah partikelnya. "Inikah caramu menghormati orang tuamu?" "Aku tidak mau menghormati orang yang tidak menghargai Adam," balas Amber dengan nada yang lebih tinggi. "Laki-laki itu mengubahmu menjadi durhaka, hm?" sindir sang ayah sebelum menggebrak pintu dengan t
Read more
69. Kasih Sayang Seorang Ayah
"Kenapa Papa meninggalkan map itu?" desah Amber sambil berkedip-kedip menatap Adam. "Entahlah." Dengan kebingungan yang sama, sang pria mengambil map lalu meneliti berkas yang tadi tidak sempat ia baca. "Surat pengalihan aset dari Adam Smith kepada Amber Lim?" Mendengar keterangan tersebut, sang wanita sontak mendekat. Dengan mata bulat, ia memeriksa sendiri apa yang tertulis di sana. "Ini kesepakatan di antara kita? Bukan antara dirimu dengan perusahaan?" Selang satu desah cepat, Amber merebut berkas itu dan berlari keluar. "Papa!" Seketika, Tuan Lim menghentikan langkah dan menoleh ke belakang. "Apa maksud dari semua ini? Tolong jelaskan!" seru Amber seraya mengangkat berkas di tangannya. Dengan tampang santai, sang ayah berbalik dan melipat tangan di balik pinggang. "Apa yang perlu dijelaskan? Semua sudah tertulis di dalam surat." "Papa mengalihkan kekayaan Adam kepadaku. Kenapa?" Selagi pria yang sedang dibicarakan meletakkan mantel di pundak Amber, Tuan Lim mende
Read more
70. Wanita dari Masa Lalu
Melihat nama Ruby di kotak masuk, napas Adam mendadak tertahan. Kekakuan menjalar membekukan sarafnya, sementara kegelisahan merambat menyelimuti hatinya. Setelah menelan ludah, barulah ia mampu mengalahkan ketegangan. “Aku juga tidak tahu mengapa perempuan ini mengirim pesan lagi,” ucapnya datar. “Apa kau mau membacanya?” tanya Amber sembari menoleh dengan tampang ragu. Selang keheningan sesaat, Adam menggeleng dan merebut mouse. "Dia sudah tidak penting lagi." Namun, tepat ketika pria itu hendak menghapus pesan secara permanen, Amber menahan tangannya. "Tunggu, Adam ...." Sang pria seketika bergeming dan mengerjap. Ia tidak menduga bahwa sang kekasih akan menghentikan aksinya. "Ada apa, Precious?" "Menurutku, menghapus pesan tidak akan menyelesaikan masalah. Perempuan itu masih akan terus berusaha menghubungimu," tutur Amber di sela kebimbangan. "Kau ingin aku membalasnya?" simpul Adam dengan mata terbelalak maksimal. Ia seperti sedang menyaksikan keajaiban. Sambil menggeng
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status