Semua Bab Menaklukkan Duda Dingin: Bab 71 - Bab 80
128 Bab
71. Hari Terindah
Sambil tersenyum lebar, seorang balita berdasi kupu-kupu melempar bunga dari keranjang kecilnya. Setelah maju satu langkah, ia mengulangi gerakan itu dan tertawa kencang. "Mamamama ..." ocehnya sambil menatap wanita cantik di tepi karpet. Telunjuknya meruncing ke arah kelopak bunga di dekat sepatu mungilnya. "Benar. Kau hebat, Pangeran Kecil. Lakukan terus seperti itu sampai ke ujung sana," ujar sang ibu sambil menunjuk ke arah Adam. Memahami perintah itu, sang balita kembali memasukkan tangan ke dalam keranjang. Setelah menggenggam lebih banyak, ia melompat dan melempar dengan sekuat tenaga. Kelopak bunga pun berjatuhan menimpa kepala dan wajahnya. "Astaga .... Mengapa Cayden Evans sangat menggemaskan? Aku ingin membungkus dan membawanya pulang," ujar Freja sembari mengepalkan kedua tangan di samping wajah. "Kita beruntung bisa menyaksikan aksi lucunya secara langsung. Bukankah terakhir, dia melempar bunga untuk pernikahan paman dan bibinya?" timpal Ella tanpa menurunkan kam
Baca selengkapnya
72. Menepati Janji
"Cemburu?" Sebastian mengerutkan sebelah alis. Selang satu dengusan, barulah ia menggeleng. "Tentu saja tidak. Aku sudah move on." "Yayayayaya," oceh Cayden seraya meruncingkan telunjuk ke arah sang paman. Alisnya terangkat tinggi seolah mengejek. Merasa diragukan, mata Sebastian pun membulat. "Kau tidak percaya padaku?" Sementara sang balita menutupi tawa dengan tangan, pria itu memutar posisi duduknya. "Ayolah, Cayden. Suatu saat nanti, kau akan mengerti bahwa cinta bukanlah sesuatu yang harus dimenangkan, tetapi dipertemukan. Kita tidak perlu menyia-nyiakan tenaga untuk mengejar seorang wanita yang bukan jodoh kita." "Jadi, kau sudah mengikhlaskan Amber?" simpul Gabriella tanpa berhenti mengelus kepala putranya. Tak menduga akan mendapat pertanyaan semacam itu lagi, Sebastian meringis kecil. Sambil melipat tangan di depan dada, ia kembali menyandarkan punggungnya. "Kalau saja aku tahu kalian akan meledekku seperti ini, aku tidak akan membiarkan Amber menceritakannya kepada ka
Baca selengkapnya
73. Berkat Kalian
Merasa cemas, Adam spontan menarik pinggang Amber untuk menempel padanya. Kemudian, sambil menaikkan alis, ia mengangkat dagunya sedikit. “Apakah ada yang salah? Ini hari pernikahan kami. Wajar saja jika kami terlihat mesra.” Mendapat respon semacam itu, Sebastian mendengus. Kakinya terhenti beberapa langkah di hadapan sang pengantin. “Tanpa mengumbar kemesraan pun, semua orang di sini tahu kalian sudah menikah. Kau yakin ciuman tadi hanyalah ungkapan kasih sayang? Bukan untuk memanas-manasiku?” Merasakan ketegangan di antara kedua pria itu, semua orang sontak bergeming. Tidak ada satu pun yang berani bergerak ataupun bersuara hingga tiba-tiba, Gabriella menjewer telinga sepupu suaminya itu. “Berhentilah menimbulkan masalah, Sebastian! Jangan membuat malu keluarga Evans. Sekarang, cepat ucapkan selamat kepada Amber dan Adam!” Dalam sekejap, si pembuat onar meringis dan memegangi tangan Gabriella. Kepalanya miring dan tubuhnya melengkung mengimbangi rasa sakit. “Ampun, Gaby! Aku h
Baca selengkapnya
74. Pelayanan Ekstra untuk Istriku Tercinta
“Adam, jangan menyia-nyiakan tenagamu. Cepat turunkan aku! Aku bisa berjalan sendiri,” ujar Amber seraya menarik-narik mantel suaminya. Alih-alih menurut, pria itu malah terus berjalan menuju pondok. “Tidak bisa, Precious. Ini adalah hari spesial kita. Aku harus memberikan pelayanan ekstra untuk istriku tercinta.” “Kalau kau mau memberikan pelayanan ekstra, lakukan saja nanti malam. Sekarang, kau sebaiknya menghemat tenaga. Kau mengerti maksudku, bukan?” bisik Amber sebelum memasang senyum penuh arti. Mendengar nada menggoda tersebut, hati Adam pun tergelitik. Sambil tertawa samar, ia melirik dengan mata menyipit. “Kau tidak perlu khawatir, Precious. Aku sudah mempersiapkan banyak tenaga untuk hari ini. Sekarang, bersiaplah memasuki istana kita!” Sedetik kemudian, Adam mengangkat istrinya lebih tinggi. Tak menduga gerakan itu, Amber spontan memekik. “Adam, berhati-hatilah! Jangan lupakan bayi kita di dalam perutku!” “Tenang, Sayang. Aku tidak mungkin membiarkanmu jatuh. Sekarang
Baca selengkapnya
75. Privasi Pengantin Baru
“Adam,” desah Amber sambil menegakkan punggung. Dengan mata bulat, ia berkedip-kedip tegang. “Sepertinya, seseorang sedang memata-matai kita.” Dalam sekejap, seluruh sel dalam tubuh Adam terisi oleh ketegangan. Dengan lengkung alis yang serupa, ia balas berbisik. “Kau tahu dari mana?” Lewat gerak bola mata, sang wanita menunjuk jendela di balik punggung suaminya. “Kurasa orang itu sedang merekam kita.” “Apakah sekarang juga masih?” Sang pria tidak berani menoleh ke belakang. Setelah memeriksa sekali lagi, Amber mengangguk. “Masih. Apa yang harus kita lakukan?” Tanpa terduga, Adam beranjak dan menempelkan bibirnya ke telinga sang istri. “Kau tunggu saja di sini dan berpura-puralah tidak tahu. Aku akan diam-diam menyergapnya.” Dengan raut tegang, Amber membiarkan Adam berjalan menuju dapur. Ia tahu suaminya itu pasti berencana keluar lewat jendela belakang. “Semoga itu bukan orang jahat. Semoga tidak ada bahaya yang mengancam Adam.” Bibirnya terus membisikkan doa hingga tiba-tiba
Baca selengkapnya
76. To Our Precious
“Lihatlah, Adam! Sekarang, seluruh dunia tahu apa model lingerie terbaruku. Kenapa kau mengangkatnya setinggi itu?” gerutu Amber saat melihat foto yang viral di media-media orang dewasa. “Aku tidak tahu kalau perempuan serakah itu masih berani merekam kita,” sahut Adam tanpa dosa. Sedetik kemudian, ia merangkul wanita yang duduk menghadap komputer itu. “Sudahlah, jangan marah! Setidaknya, dia tidak menyebarkan video kita di sofa. Kau tahu kalau itu sangat panas, bukan?” Amber sontak melirik dengan alis berkerut. Sebagian kekesalannya telah tergantikan oleh kecemasan. “Menurutmu, apakah mungkin dia sedang menunggu pihak yang berani membayar mahal untuk video kita?” “Kau berpikir kalau perempuan serakah itu sungguh merekam momen itu?” tanya Adam sambil memundurkan kepala. “Aku hanya bercanda, Precious. Dia bisa terjerat kasus pornografi jika menyebarkan video kita.” “Itu mungkin saja terjadi. Dia tipikal orang yang menghalalkan segala cara demi mendapat keuntungan,” tutur Amber seray
Baca selengkapnya
S2| 1. Tamu yang Tak Diharapkan
Adam membuka pintu kamar sepelan mungkin lalu mengintip. Senyum jail sedang menghiasi wajahnya. Ia telah menyiapkan sebuah lingerie merah di balik sweaternya. Namun, begitu mendapati Amber sedang kesulitan menutup koper, niat untuk mengusili sang istri langsung buyar. “Kau sudah selesai berkemas?” Amber sontak menoleh dengan mata bulat. Tangan yang semula menekan koper pun terangkat ke udara. “Adam? Kapan kau membuka pintu?” Sambil mengulum senyum, laki-laki bertubuh kekar itu meraih pinggang istrinya. “Apakah kau terkejut?” “Ya, sedikit.” Amber mengangguk sambil berkedip lambat. Gemas melihat ekspresi lucu itu, Adam pun mendaratkan kecupan hangat di kening. Kemudian, selama beberapa saat, mata hijaunya memandangi sang istri lekat-lekat. “Kau pasti terlalu serius melamunkan rencana bulan madu kita ini.” Seketika, lengkung manis terbit di wajah Amber. Sekali lagi, ia mengangguk sambil menurunkan kelopak matanya. “Eng, aku tidak bisa berhenti memikirkan apa yang harus
Baca selengkapnya
S2| 2. Bukan Mantan Istri
“Kenapa kau datang kemari?” tanya Amber dengan nada tak senang. Matanya melotot dan alisnya berkerut. Kedua tangannya terkepal erat menggenggam emosi. Ia sudah bertekad untuk tidak menunjukkan kegentaran meskipun ketegangan masih menjerat tubuhnya.“Ada yang harus kubicarakan dengan Adam. Apakah dia ada di dalam?” sahut Ruby santai. Ia sama sekali tidak terintimidasi oleh sikap sinis sang nyonya rumah.Sementara itu, napas Amber malah semakin bergemuruh. Ketenangan sang tamu telah menambah tekanan dalam hati. Belum lagi koper yang terlihat begitu penuh. Firasat buruk sudah tidak terelakkan. “Kau pikir aku akan membiarkanmu menyakiti Adam lagi?” Tiba-tiba, Amber melangkah maju dan meruncingkan telunjuk. “Tukang selingkuh sepertimu tidak layak mendapatkan perhatian dari Adam. Sekarang juga, cepat pergi dari sini!”Bukannya angkat kaki, Ruby malah tertunduk dan menutupi tawa kecilnya dengan tangan. Setelah kegeliannya mereda, ia menyunggingkan senyum tipis dan memiringkan kepala. “Tolon
Baca selengkapnya
S2| 3. Kau Masih Mencintainya?
“Precious ....” Adam mencoba untuk menangkap tangan Amber, tetapi gagal. Istrinya itu sudah lebih dulu melesat, meninggalkannya bersama kepedihan dan penyesalan. “Moonstone, kita harus bicara,” ujar Ruby sontak memancing tatapan sinis dari Adam. “Jangan sebut nama itu lagi! Kau adalah masa laluku. Kita tidak seharusnya bertemu lagi.” Usai menghardik, pria itu masuk mengambil dua mantel. Sambil mengenakan miliknya, ia berjalan melewati sang kakak ipar. Tanpa terduga, Ruby berani menahan langkahnya. “Adam, tolong dengarkan aku dulu!” Merasa risih, Adam menyentak lengannya hingga lolos dari genggaman. Ia tidak peduli jika sang mantan kecewa. Hatinya terlalu panas dan gerah. Tanpa menoleh ke belakang, ia bergegas menuju danau. Begitu melihat Amber duduk memeluk lutut menghadap hamparan es yang tertutupi salju, kekesalannya langsung mereda. Sambil memupuk iba, ia meletakkan mantel di pundak yang bergetar menahan isakan. “Kenapa kau malah lari? Padahal, aku berharap kau melindungiku
Baca selengkapnya
S2| 4. Berubah Pikiran
“Kau sungguh akan mengusirnya? Kau janji?” Mendengar pertanyaan yang penuh harap tersebut, Adam mengembangkan senyum. Sambil mengangguk, ia mulai membelai kepala sang istri. “Ya. Kau tenang saja. Tapi, kurasa itu tidak perlu. Lihatlah! Dia sudah pergi.” Amber sontak menoleh ke depan. Tidak ada lagi perempuan ataupun koper di depan pintu. Namun, bukannya gembira, ia malah berlari memasuki pondok. Begitu melihat ke dalam, kedongkolan kembali meredupkan wajahnya. Ruby sedang duduk di sofa sambil membalik-balikkan sebuah album. “Berani-beraninya kau masuk tanpa izin!” Dengan tampang datar, tamu yang tak diundang itu menoleh ke pintu. Belum sempat ia merespon, Amber sudah lebih dulu merebut album dari tangannya. “Kau bahkan berani menyentuh foto-foto pernikahan kami?” Selang satu helaan napas, sang nyonya rumah berjalan menghampiri suaminya yang baru saja tiba di pintu. “Lihatlah, Adam! Kau bilang dia tahu sopan santun. Buktinya? Dia seenaknya masuk ke rumah kita dan bahkan membon
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status