Share

Tidak butuh

"Apa Bapak ... kalau masih ada, sayang Nadia, Bunda?" Ia masih sesenggukkan, Risa membawa Nadia duduk di tempat menjemur pakaian, berada di sudut halaman belakang, tak terlihat orang-orang.

"Pasti, Nadia. Bapak Pasti sayang Nadia. Udah, ya ... jangan nangis lagi. Anak Bunda jelek kalau nangis. Hidungnya merah kayak jambu air," goda Risa.

"Iya. Nadia lupa, kata Bunda nggak boleh cengeng," lanjutnya. Nadia lalu menghapus sisa air mata dengan punggung tangan.

"Nadia ... mau dengar cerita tetang Bapak lagi, nggak?" Risa memberikan ide.

"Mau, Bun!" pekik Nadia sambil merebahkan kepala di atas paha Risa yang tertutup celana panjang warna hitam.

"Oke, Bunda mau cerita, ya ... Bapaknya Nadia itu orang hebat, kuat dan murah senyum. Hatinya lembut juga baik kepada semua orang. Nadia ingat, Bunda pernah bilang kalau Bapak kerjanya di mana?"

"Di laut. Di kapal besarrr ...."

"Iya. Coba Nadia bayangin, wajah Bapak, kayak gimana?" Risa mengelus kepala Nadia yang terpejam.

"Ganteng, Bunda. Pelaut heb
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
KhairunNissa Chandrawasih
upload episode baru dong
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status