All Chapters of Halo, Kisah Lama Belum Kelar!: Chapter 11 - Chapter 20
125 Chapters
11. Undangan Reuni
"Ayolah, Nar! Lo sama sekali gak pernah muncul waktu kita ngumpul. Reuni ini mau dilewatin gitu aja?" Kiran mungkin manusia kesekian yang telah menghubungi Dinara pasal reuni angkatan SMA-nya minggu depan. Dinara sudah mendapatkan undangannya secara online. Dia juga mendadak masuk grup kelas lagi pagi ini. Pagi harinya yang hectic bertambah riuh karena tumben sekali ponselnya jadi ramai. Dinara akhirnya membisukan pesan grup agar tidak mengganggu fokus bekerjanya. Apapun itu, Dinara sama sekali tidak tertarik menghadiri acara reuni semacam ini. Lagipula, Dinara bukan sosok supel banyak teman yang akan bisa bersenang- senang disana nantinya."Sekali aja, Nar! Emang lo gak kangen temen-temen SMA?" tanya Kiran lagi.Kangen? Dinara juga mempertanyakan kembali frasa kangen yang disebut oleh mantan teman sebangkunya itu. Apakah masa sekolah menengah atas Dinara dulu semenyenangkan itu sampai dia harus kangen?Tiga tahun Dinara habiskan hanya untuk belajar dan belajar. Dia tidak punya ling
Read more
12. Diculik Kiran
Dinara menghabiskan lebih dari sepuluh menit untuk membersihkan seluruh tubuh dan rambutnya. Sabtu ini menjadi hari yang cukup melelahkan baginya karena harus ikut penjajakan lapangan ke beberapa client untuk mendapatkan materi. Menggantikan Steci yang mendadak limbung akibat vertigonya kumat. Usai mandi, Dinara bersiap mengistirahatkan tubuhnya yang letih. Berhubung ini masih sore, Dinara berencana menghabiskan waktunya dengan menonton serial di platform berbayar. Namun sebelum itu, dia perlu mengisi perutnya yang keroncongan. Baru lima sendok nasi campur dia telan, suara pintu utama yang didorong terdengar. Dinara yakin itu Dikta, adiknya yang baru saja pulang dari bimbel. Dinara hendak menyiapkan satu bungkus nasi campur yang memang dia beli untuk adiknya. Namun penampakan gadis 160 senti dengan gaun berwarna pink cerah membuatnya silau. Bukan Dikta, namun Kiran yang sedang berdiri membawa satu koper tengah berkacak pinggang menatap Dinara galak. "Lagi minggat, Ran? Tumben
Read more
13. Status
Ini mungkin kali pertama Dinara menjejakkan kaki di salah satu hotel paling mahal di kotanya. Tidak heran sih harganya selangit, begitu masuk saja mereka sudah disuguhkan taman kecil area parkir yang ditata sedemikian rupa. Sangat cantik, apalagi dalam keadaan gelap begini dibantu oleh lampu-lampu taman yang tersusun manis. Setelah melewati taman, mereka terus masuk kedalam melewati ballroom menuju areal taman belakang yang sudah disulap menjadi pesta taman nan mewah. Mereka tidak menggunakan ballroom hotel, melainkan memilih untuk meyelenggarakan keseluruhan pesta secara terbuka di taman belakang. Sepertinya anak- anak muda zaman sekarang selain suka cari masalah juga suka cari angin. Dinara menyambut beberapa cipika-cipiki dari lingkaran pergaulannya semasa SMA dulu. Ada Julie, Viviane, dan Kanaya yang langsung menghampirinya ketika Dinara baru saja masuk bersama Kiran.Menemui banyak sekali wajah familiar yang menyapanya, Dinara terus mempertahankan senyum canggungnya. Terjebak
Read more
14 . It's Showtime
Dinara dengan serius bertanya, memang apa sih keuntungan yang didapatkan dengan merundung seseorang? Gadis itu menahan geram saat menyaksikan sebuah pertunjukan besar di kolam renang. Seorang perempuan tercebur secara dramatis dan disaksikan semua orang. Dinara menyipitkan penglihatannya, yakin bahwa orang yang jatuh ke dalam kolam itu tampak familiar. "Itu nenek sihir punya masalah apa sih? Kayanya sejak kelas sepuluh si Felma jadi sasaran dia terus," tanya Kiran tak habis pikir. Ah iya, Dinara baru ingat nama gadis itu Felma. Gadis berkacamata yang sering mengikuti lomba- lomba akademik, sama sepertinya. Seingatnya, Felma selalu menjadi siswa perwakilan kelas MIPA 2. Dinara sebenarnya juga tak terlalu mengenalnya, mereka hanya pernah bercakap sekali saat kegiatan seleksi.Sementara di tepi kolam, berdiri dengan angkuh gadis dengan rambut ikal dan dress slit yang belahan bagian kaki terbuka cukup panjang. Gadis yang tadi sempat mengamit lengan Sandi secara posesif. "Sejak kapan s
Read more
15 . It's Showtime [2}
Kesialan Dinara nampaknya belum berhenti. Kali ini netranya kembali bertabrakan dengan tatapan elang yang membeku. Belum sempat Dinara menjauhkan diri dari sana, suara Kalista yang menggelegar kembali terdengar dan kali ini membuat Dinara kembali kehabisan kesabaran. "Kayanya lo emang sengaja cari perkara sama gue supaya dinotice crush?" Dinara membeku di tempat. Dihadapannya ada Sandi yang berdiri kaku balas menatapnya. Sementara dibelakang tubuhnya ada Kalista yang entah sejak kapan sudah berdiri disana menyusulnya."Astaga Dinara! Gue gak pernah nyangka bahwa kita bakal terlibat dalam satu frame. Tapi berhubung lo udah mengacaukan kesenangan gue, should we make it even better?" Semua manusia disana serentak menahan nafas. Mereka tahu bagaimana kasarnya Kalista kalau sudah dalam mode merundung orang. Tapi mereka juga tahu bahwa Dinara bukan gadis sembarangan. Tidak sabar akan kejadian mengejutkan macam apa selanjutnya. "Soal cinta bertepuk sebelah tangan yang lo alamin karena Sa
Read more
16. It's Showtime [3]
"Cewek gue katanya bos!" pekik seseorang yang makin menyulut riuh sorakan yang lainnya. Bagaimana tidak? tiga orang populer mendadak terlibat dalam satu frame dan menghasilkan sebuah pertunjukan besar.Sandi si incaran para kaum hawa tak pernah sekalipun terdengar se-emosi itu di depan umum. Tapi kini dengan netra memerah dia mencengkram lengan salah satu penggemar fanatiknya di depan umum. Apalagi disaat bersamaan tangan sebelahnya juga merengkuh lembut gadis lainnya. "S-Sandi, sakit!" Kalista mendadak terdengar ciut. Padahal sedari tadi suaranya adalah yang paling menggelegar disini. Dia mungkin berusaha menampakkan citra sok lemah di depan laki- laki incarannya.Netra nyalang Sandi tidak padam sama sekali. Dengan sebuah dengusan ia memandang Kalista remeh."Lo kok lebih belain cewek aneh ini daripada sahabat lo sendiri?" tanya Kalista dengan sok sedih.Semua tahu bagaimana Sandi Arsena selalu ramah dan berteman dengan siapapun. Teman Sandi memang dari berbagai kalangan, termasuk K
Read more
17. Perdebatan
Dinara mengabaikan beberapa pesan yang masuk hampir bersamaan di ponselnya. Dia bahkan mendadak masuk kedalam grup baru besutan Kiran. Seperti yang dia duga, kejadian tadi sudah pasti sukses membuatnya jadi bahan perbincangan teman- teman satu almamaternya. Setidaknya Dinara bersyukur sudah lulus, dia tidak perlu menghadapi semua orang itu lagi setiap hari. Kiran, Viviane, Julie, dan Kanaya masih memborbardirnya dengan ribuan pertanyaan. Gadis itu pada akhirnya memilih untuk menonaktifkan ponselnya. Mengarahkan pandangannya ke kiri, menyaksikan pepohonan dan jalanan malam yang berada disekitarnya. Denting ponsel disebelahnya juga tidak kunjung berhenti, sudah pasti lelaki itu mengalami hal yang sama dengannya. "Kita gak bisa pura-pura saling gak kenal lagi, kan?' Dinara menoleh saat Sandi akhirnya buka suara dengan nada sindiran. Satu tangan lelaki itu sibuk menekan tombol power guna menonaktifkan ponselnya sebelum melemparkannya kembali ke tempat semula. Dari reaksinya, Dinara yak
Read more
18. Calon Istri
Dinara tidak kaget saat menemukan Sean bersama Dikta bermain game di ruang keluarga. Kemarin Dikta memang mengatakan akan bersama Sean seharian karena orang tua bocah itu sedang pergi ke Bandung untuk beberapa urusan keluaarga. Satu-satunya yang membuat Dinara jengkel adalah keberadaan Sandi Arsena yang notabene merupakan kakak Sean. Pikirnya hanya Sean yang akan berada disini, namun mengapa Sandi juga ikut duduk bersandar disana juga? Tiga laki- laki itu sepertinya benar- benar menikmati hari minggu pagi yang menyenangkan. Rebahan santai namun mulutnya aktif—entah makan ataupun melafalkan nama-nama binatang. Satunya tiduran di sofa, ada yang di lantai, dan ada juga yang bersandar di dekat sofa. "Kak Naraaa! Ikut main game gak?" sapa Sean dengan senyum cerah. Bocah laki-laki itu menyapanya dengan manis. Sejak awal bertemu, Sean sudah menunjukkan keramahan yang luar biasa—sepertinya satu keluarganya pun begitu. Ditambah lagi, Tante Sandra mengatakan bahwa Sean memang kerap mere
Read more
19. Beach Day
Tidak ada waktu untuk tenang di hari minggu yang cerah ini. Bukan karena pekerjaan rumah yang harus dikerjakan, melainkan karena tiga anak laki-laki yang tadinya sibuk bermain playstation itu seperti tidak kehabisan energi sama sekali. Beberapa waktu yang lalu mereka mulai bermain UNO lalu bergeser pada permainan kartu lainnya. Permainan apapun itu, hebohnya tetap sama. Saling tertawa dan bicara dengan suara keras nan lantang yang menggema. Untung saja ada cukup jarak antar rumah di kompleks ini sehingga Dinara tidak perlu khawatir mendapatkan omelan dari tetangga manapun. Ditambah lagi, jarak dari ruang keluarga dengan halaman depan rumahnya pun tidak terlalu dekat sehingga orang lewat pun tidak akan mendengar kegaduhan disini. Sayangnya Dinara bukan orang luar. Dia harus bertahan dan terpaksa menikmati seluruh kegaduhan tidak biasa ini secara dekat nan lekat. Pasalnya, Dikta sekarang sudah bergabung dalam klan super ribut milik Sandi dan Sean. Dia tidak tahu sejak kapan adiknya
Read more
20. Filosofi Kerang
Dinara bersenandung kecil, bibirnya menggumamkan lirik puitis sebuah lagu yang sempat dia dengar di radio—entah apa judulnya. Angin menerpa rambut panjangnya yang tergerai hingga melambai halus. Kardigan panjang berwarna nude yang dia kenakan menutupi kaos crop dan celana pendeknya. Seperti gadis kecil, netranya berbinar ketika menemukan beberapa cangkang kerang yang sudah kosong. Sandi yang berjalan dibelakangnya sampai bingung sendiri ketika Dinara tiba- tiba berjongkok dan menampakkan sebuah senyuman indah karena temuannya. Padahal tadi Dinara lah yang ragu- ragu beranjak dari duduknya, tapi kini dia justru terlihat sangat antusias. Dari responnya, Sandi tahu dia tidak salah memilih tempat ini sebagai lokasi rekreasi singkat mereka. Pergerakan gadis itu benar- benar halus sehingga Sandi bahkan sampai tidak sadar terus mengarahkan mirorless miliknya kearah Dinara. Gadis yang terlalu sibuk bergelung dalam dunianya sendiri itu bahkan tidak menyadari ada bidikan dari beberapa sudut
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status