All Chapters of Halo, Kisah Lama Belum Kelar!: Chapter 31 - Chapter 40
125 Chapters
31. Gak Mungkin?
Dua pasang bola mata kelam itu menatap serius kearah layar yang tengah menayangkan film aksi. Duduk dengan tegak, bahkan tak mampu bersandar santai di sofa. Padahal ada banyak sekali tempat yang bisa dikuasai untuk rebahan. Namun Sandi memilih duduk di sofa tunggal, sementara Dinara duduk disebelah Dikta, adiknya yang menggunakan paha Dinara sebagai bantal. Sore tadi, keduanya memutuskan untuk kembali ke rumah Sandi, niatnya sih menjenguk bocah- bocah yang mereka terlantarkan sebelumnya. Meskipun sebenarnya tiga onggok bocah laki- laki itu jelas jauh dari kata terlantar. Ada beragam makanan yang tersaji dan mereka masing- masing juga punya uang jajan kalau memang hendak membeli kudapan diluar.Setelah dipaksa ikut menonton film action yang baru didownload Keenan, Dinara dan Sandi harus kembali menghadapi suasana canggung. Pasalnya bocah- bocah itu dengan santainya kompak tertidur di depan televisi. Niatnya menonton film, tapi kenapa sekarang justru film yang menonton mereka?Ini puk
Read more
32. Pamitan
Sepertinya yang namanya overthinking di jam rawan tak dapat dihindari. Dinara harus membolak-balikkan bantal bahkan tubuhnya terus bergerak resah karena pikiran- pikiran random terus mengusiknya. Ini sudah lewat lebih dari delapan jam sejak kejadian tadi. Namun siapa yang bisa Dinara salahkan untuk keributan yang terjadi dalam pikirannya sekarang? Divisi berpikirnya mungkin tengah dalam mode operasi brutal, semuanya bekerja hingga terlalu riuh. Mendadak Dinara dihinggapi perasaan tak tenang. Menyesal karena memotong omongan Sandi tanpa mendengarkan dulu apa yang hendak laki- laki itu bicarakan. Bagaimana jika sebenarnya lelaki itu hanya hendak membahas pasal skripsi yang telah dia bantu itu? Bisa- bisanya Dinara tanpa pikir panjang langsung menyimpulkan bahwa lelaki itu hendak membahas insiden terakhir di taman sebelum mereka pulang. Kalau benar, Dinara sudah tidak tahu lagi mau meletakkan wajahnya dimana. Dia pasti dianggap terlalu percaya diri atau GR duluan. Dinara tidak bisa
Read more
33. Senin Ceria
Senin pagi memang selalu bikin pusing. Dinara duduk lemas di kursinya sebab belum sarapan, sementara masih banyak daftar tulisan yang harus dia kerjakan. Apalagi dia baru saja keluar dari ruangan rapat setelah ikut meeting mingguan yang cukup menguras energi dan pikirannya. Tidur pukul tiga pagi membuat Dinara harus lagi-lagi grasa-grusu menghadapi pagi. Bagaimana tidak? Gadis itu baru bangun pukul tujuh lebih lima menit, sementara dia harus berada di kantor jam delapan teng. Belum mandi, dandan, dan perjalanan, semua butuh waktu, kan? Untung saja jalanan hari itu cukup lenggang sehingga Dinara masih bisa sampai tepat waktu. Tapi sayang sekali konsekuensinya dia jadi tidak sempat sarapan. Padahal sang mama sepertinya telah menyiapkan nasi goreng yang aromanya merebak luar biasa satu ruangan. Dia sedikit menyesal kenapa tidak membungkusnya sedikit sebagai bekal makan di kantor. Satu kotak susu coklat dan roti isi hinggap di meja kerja Dinara tepat waktu. Gadis itu mendongak dan te
Read more
34. Back Home
Sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat di depan kediaman Dinara. Sandi yang tengah asyik memetik gitar di balkon kamar langsung menghentikan aktivitasnya. Satu linting gulungan tembakau yang tadi bertengger di bibirnya juga langsung ia padamkan.Seketika bibirnya mengulum senyum kecil saat menemukan Dinara turun dari mobil dengan raut lelah yang cukup kentara. Gadis itu masih cantik seperti biasa. Dia mengenakan kemeja biru langit dengan beberapa garis putih, rambutnya digulung tinggi dengan banyak anak rambut yang menjuntai. Bahkan masih ada lanyard yang tergantung manis di lehernya. Sanyum tipis yang Dinara sampirkan melengkapi polesan makeup samar yang dia gunakan.Entah sejak kapan Sandi berubah jadi pengamat detail seorang Dinara Jeandra. Dia dengan jujur mengakui bahwa gadis itu punya pesona yang luar biasa. Dia mungkin tidak terlalu mengikuti mode seperti gadis-gadis sebayanya, tapi dia tetap terlihat menawan dengan gayanya sendiri. Tetangganya itu akhirnya kembali setelah
Read more
35. Nasi Goreng Dinara
Tak sampai lima menit setelah Sandi menyentuh dapur, Dinara sigap menggulung lengan kemejanya dan mengambil alih pekerjaan. Dia tidak bisa diam saja setelah melihat tahap demi tahap yang dicurigai justru akan menghancurkan keseluruhan rumahnya itu. Sandi mungkin hanya perlu menjentikkan jarinya untuk membuat wajan yang sudah nangkring sopan diatas kompor justru melayang. Dia hanya perlu sedikit menggeser tangannya untuk menjatuhkan beberapa peralatan. Aksi memotong sayuran dengan pisau terbalik yang luar biasa butuh otot. Dinara menyerah—bahkan hanya sekadar menyaksikannya pun rasanya tak akan sanggup.Tangan terampil Dinara hanya perlu waktu beberapa menit untuk membalik keadaan. Dia bisa memotong sayuran dan sosis dengan cepat lalu lanjut menggoreng telur dan bumbu serta menyiapkan nasi serta semua bahan yang akan dituang. Bahkan Dinara masih sempat mengusap beberapa titik minyak dan merapikan kembali peralatan. Kali ini Sandi kembali menyaksikan bagaimana manajemen waktu dan orga
Read more
36. Rainy Night
Guyuran hujan deras membasahi pemuda yang baru saja berhasil memarkirkan kendaraannya di garasi. Ia menatap spot kosong di garasi yang menandakan keluarganya masih belum tiba di kediaman mereka. Keluarganya memang sedang pergi ke rumah tua sang papa karena salah satu tantenya menikah hari ini. Sandi terpaksa tidak bisa ikut karena masih harus bolak-balik kampus mengurus persiapan sidang. Dia baru saja kembali usai membeli beberapa cemilan di minimarket depan komplek. Tak ada tanda- tanda akan turun hujan sebelumnya, makanya Sandi dengan santai tadi keluar menggunakan motor. Dia berdecak pelan menyadari tubuhnya bahkan hampir basah seluruhnya, padahal hanya dua menit menerobos hujan. Lelaki itu mengibaskan rambut basahnya yang mulai panjang. Dengan langkah seribu bergegas masuk kedalam rumah. Namun baru saja hendak merogoh kunci di sakunya, seluruh penerangan tiba-tiba padam. Sekitarnya super gelap, sepertinya terjadi pemadaman karena efek hujan deras. Mati listrik dan sialnya Sand
Read more
37. Calon Suami
Sandi membuka matanya ketika seberkas cahaya mulai mengusik tidurnya. Hal pertama yang ia rasakan ialah pegal luar biasa di bagian leher. Perlahan ia mengumpulkan seluruh nyawanya, mengingat kembali apa yang terjadi sebelumnya. Ia menyapukan pandangannya ke sekeliling. Mendapati sebuah selimut telah melingkar manis di tubuhnya. Ia bangkit perlahan lalu meregangkan tubuhnya yang pegal luar biasa. Apalagi setelah semalaman tidur dengan posisi terduduk. Ah dia baru ingat. Mata elangnya kembali memandang ke segala arah dan menyadari bahwa dia masih berada di kediaman milik keluarga Dinara. Tapi dimana gadis itu? Bau masakan dan sedikit kebisingan yang berasal dari dapur mulai memberinya titik terang. Benar saja, gadis itu sudah sibuk disana bersama dengan alat tempurnya. Sandi mendekat diiringi sebuah senyuman. Entah karena memang langkahnya tak bersuara atau Dinara yang terlalu fokus pada kegiatannya, gadis dengan rambut tergulung asal itu tak menyadari bahwa Sandi kini sudah berdi
Read more
38. Pengumuman Penting
"How was your day, kak?"Dinara mengernyitkan sebelah alisnya, si mata juga ikut memicing curiga. Dikta baru saja bangkit dari sofa sembari menjinjing buku bacaan, sebelah tangannya lagi melepas kaca mata baca. Ada senyum tak biasa yang membuat Dinara dapat merasakan sesuatu yang janggal.Ditambah lagi, kalimat tanya itu bukanlah sesuatu yang kerap dilontarkan sang adik. Ketika Dinara pulang kerja atau darimanapun, Dikta mentok hanya bertanya tentang makan ataupun keberadaan orang tua mereka. Melakukan sesuatu diluar dari rutinitas? Itu jelas bukan kebiasaan Dikta adiknya."Sehat?" Dinara balik bertanya sembari meletakkan punggung tangan kanannya diatas dahi sang adik. Suhu tubuhnya terasa normal sih, atau Dinara harusnya perlu termometer, ya?Dikta menepis tangan kakaknya sembari mendengus kesal. "Seharian aku gak ketemu kakak, ditambah kemarin juga aku gak di rumah. Just want to ask you, is it something weird?" tanya Dikta lagi, namun kali ini ditambah sedikit rengutan hampir tiga
Read more
39. Mendadak Lamaran (?)
"Jadi gimana? Mama masih mau coba jodohin aku sama anak temen mama?"Dinara menganga, rahangnya otomatis turun berbarengan dengan matanya yang ikut melotot. Dia hanya bisa melongo mendengarkan percakapan acak antara ibu anak dihadapannya. Sebenarnya sih dia sama sekali tak ingin ikut campur, tapi ketika namanya dicatut begitu saja, sudah sepatutnya Dinara marah, kan?Ya maunya begitu. Tapi otak dan inderanya sekali lagi tak sinkron. Lidahnya justru kelu seiring dengan kerongkongannya yang terasa kering luar biasa. Dia tidak berkutik dan justru terbengong seperti orang bodoh tengah berusaha memahami semuanya. Otaknya bilang, dia harus menolak! Tapi tatapan intimidasi dari mama Sandi membuat Dinara mendadak ciut. Ini apa sih? Dia tidak berbuat salah, tapi kenapa merasa takut dan harus terlibat dalam situasi canggung macam ini?Sandi tidak menepati janji. Lelaki itu tak memberinya kesempatan untuk sedikit berbenah pakaian atau bahkan memberi penjelasan saat ia menariknya terburu- buru
Read more
40. Kepiting Rebus
"Lo kenapa, Nar? Sakit?"Kiran menjadi makhluk kesekian yang mengejutkan Dinara hari ini. Gadis itu tiba-tiba sudah berada diatas ranjang rapi Dinara dengan selembar masker dingin di wajahnya. Kadang-kadang memang Kiran jadi terlalu nyaman keluar masuk kamar Dinara. "Kapan sampai, Ran? Kok gak bilang mau kesini?" Tanya Dinara yang kini sudah mulai bisa mengendalikan dirinya. Dia melangkah menuju meja kerja dan meletakkan ponsel disana. "Sepuluh menit lalu, mungkin? Gue tadi ketemu Dikta dibawah, dia bilang lo masih keluar sama Sandi," tutur Kiran yang kini mulai bangkit dan duduk bersila diatas ranjang. Dinara tersenyum setengah masam ketika mendengar lagi nama itu. Tapi Kiran memang manusia kelewat peka yang bisa menyadari bahkan setitik saja perubahan ekspresi sahabatnya itu. Dia jelas punya seribu tanda tanya di kepalanya melihat teman sejak SMA nya menampakkan raut tak biasa....dan dia yakin ini ada hubungannya dengan Sandi Arsena. Tapi bukan Kiran namanya kalau gamblang mene
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status