Semua Bab Gara-Gara Status Palsu: Bab 21 - Bab 30
51 Bab
Pulang
Niko mengangkat wajah dan memandang zayen meminta penjelasan. Kedua telapak tangannya mengepal. Niko berdiri dan menarik kerah baju Zayen seperti yang dilakukan Zayen padanya di Rumah Sakit. Satu bogem mentah telak mengenai pipi Zayen."Brengsek! Kupikir kamu lelaki baik-baik! Ternyata kamu bajingan! Suami macam apa yang meninggalkan istrinya dalam keadaan sakit?"Niko kembali mengangkat tangannya siap menambah pukulan ke wajah Zayen, namun Zayen berhasil menangkap tangan Niko dan mendorongnya hingga tersungkur."Kamu salah! Aira pasti senang lepas dariku. Aira tidak pernah mencintaiku. Kami bahkan tidak pernah tidur sekamar selama hampir setahun pernikahan kami!" Ucapan Zayen membuat Niko terhenyak. Ia merasa tak percaya dengan ucapan Zayen."A-apa maksudmu, Zayen?" Zayen menceritakan tentang pernikahannya dengan Aira yang di awali dengan kebohongan sampai terjadinya musibah yang menimpa Aira, dan kondisi orang tuanya yang kritis, Ibunya terus memintanya untuk pulang dalam keadaan
Baca selengkapnya
Setelah Dia Pergi
Aira membuka matanya perlahan-lahan. Dinding bernuansa putih mendominasi pemandangan awal yang ia lihat. Aira mengerjap-ngerjapkan mata sejenak. Terlihat seorang perawat dengan pakaian serba putih berdiri dan tersenyum padanya."Alhamdulillah, akhirnya Mbak sudah sadar," ucapnya sambil mengusap kedua telapak tangan ke wajahnya."Dimana Aku?" Tanya Aira dengan suara lemah."Di Rumah Sakit," jawab perawat lembut."Aku sendirian?""Ada Aku," seloroh perawat tersebut."Enggak sendirian Mbak, ada suaminya yang super menjaga Mbak. Beruntung banget memiliki Dia," lanjutnya.Aira tersenyum mendengar ucapan perawat tersebut. Tiba-tiba hati kecilnya merindukan Zayen. Rasa rindu ingin bertengkar dengannya menggebu."Dimana Dia?""Tadi pamit ke Mushola. Ini kan sudah waktu zuhur. Tadi dia memintaku menjagamu," jelas perawat tersebut mengingatkan pada Aira yang tak sadarkan diri sehari semalam, tentang waktu.Aira kemudian diam. Merasakan nyeri di beberapa bagian tubuh, dan rindu di hatinya. Aira
Baca selengkapnya
Kecewa
Aira menyeka air matanya yang tak berhenti mengalir mendengar ucapan Niko barusan."Benarkah yang di katakan Niko?" tanya Aira dalam hati.Aira kemudian mengingat-ngingat kembali pertengkaran antara dirinya dengan Zayen sebelum ia kecelakaan. Kemudian Aira meraih ponsel dan memeriksa pesan yang kemaren ia kirim. Sama saja, tidak ada balasan padahal pesannya dibaca.Aira menghempas ponselnya di atas kasur. Rasa rindu yang sejak kemaren membuncah, mulai membawanya pada rasa sakit yang menimbulkan kebencian.Aira benar-benar merasa sakit hati pada Zayen, yang tega meninggalkannya tanpa pesan saat sedang terbaring sakit. Ia kembali meraih ponsel.[Kalau ada manusia yang paling tega di muka bumi ini, itu adalah kamu, Zayen!]Demikian ungkapan kekesalan yang ia kirim melalui whatssap. Aira kembali menatap layar ponselnya resah. Pesan yang di kirimnya, tak kunjung di baca.Hampir setengah jam berlalu, Aira melihat pesannya sudah terbaca. Tapi sama saja seperti sebelum-sebelumnya, tak ada bal
Baca selengkapnya
Tinggal Kenangan
Lebih seminggu, Aira memulihkan kondisi tubuhnya di rumah Bu Indarti. Aktivitasnya hanya makan, tidur, mandi, dan menonton televisi. Hal itu membuatnya bosan. Di tambah ponselnya yang rusak, membuat Aira benar-benar jenuh. Selama itu juga hampir tiap malam, ia tidur larut karena selalu teringat pada sosok Zayen. Setiap hari, ia selalu makan dengan paksaan. Kali ini dia termenung lagi menatap makanan di depannya. Pemansangan yang kadang membuat Niko merasa jengah."Loh, Ra! Dimakan ... biar kamu cepat kuat!" Paksa Niko.Aira menggeleng."Aku mau pulang, Nik!""Tapi, Ra! Kamu belum benar-benar pulih." Tolak Niko lagi."Aku kangen rumah, Nik! Sudah lebih seminggu Aku di sini." Aira mulai terisak-isak.Hatinya bukan hanya merindukan rumah. Walaupun kepergian Zayen membuat Aira sakit hati, tapi tetap saja ia merindukan semua kejadian yang pernah mereka lewatkan dirumahnya."Oke ... oke! Aku ngomong dulu sama Mama," Niko tak tahan melihat Aira menangis. Niko meninggalkan Aira di kamar se
Baca selengkapnya
Kehilangan Jejak
Ia mengambil bantal dari kamar dan memilih berbaring di depan sambil menonton televisi. Aira memeluk bantai yang biasa di pakai Zayen lalu ia mendekap selimut yang di pakai Zayen. Aira merasa hatinya benar-benar aneh. Seluruh ruangannya seolah-olah dipenuhi oleh bayangan Zayen.Aira mengambil handphone dan mencoba menghubungi kontak Zayen. Tapi tetap saja tak bisa. Aira mulai menyesali pertengkaran mereka sebelumnya."Bagaimana jika Zayen benar-benar pergi dan tak ingin kembali?" Aira masygul dengan pikiran yang ia buat sendiri."Ah, enggak mungkin!" Ia menepis kembali pikiran buruknya.Akhirnya Aira menghabiskan waktunya siang itu dengan menonton televisi di kasur milik Zayen.***Sekitar pukul 17.00 sore, Aira ingin membersihkan diri. Saat ingin masuk ke kamar mandi, Aira mendengar pintunya di ketuk dari luar."Sebentar!" Teriak Aira yang sudah terlanjur mengenakan handuk.Aira kembali memasang baju yang sudah ia lepas, tak mungkin Aira menemui tamunya dalam keadaan seluruh tubuhnya
Baca selengkapnya
Patah Hati Terhebat
Dengan tangan gemetar dan dada bergemuruh, Aira mulai membuka surat dari Zayen.♤♤♤Hai Aira ....Apa kabar cantik?Kalau surat ini sudah kamu pegang, berarti kamu udah sehat, ya?Aira ....Maaf Aku pergi tanpa pamit. Bagaimana aku bisa pamit, Kamu enggak bangun-bangun?Maaf juga, karena diriku kamu harus terbaring di rumah sakit. Sungguh, aku menyesal untuk itu. Tapi aku hanya ingin meluruskan satu hal, Aku dan Widya makan bersama di situ hanya sebuah kebetulan. Kami kebetulan bertemu, Widya mengajak bergabung di mejanya.Aira ....Aku ingin kamu tahu satu hal. Walaupun pernikahan kita berdiri di atas kebohongan, seiring berjalannya waktu, Aku merasa bahwa rasa itu ada. Rasa ingin bersamamu yang sesungguhnya. Aku ingin mengakui satu hal. Aku sering memperhatikan wajahmu saat kamu tertidur. Dan ... aku pernah menciummu. Kamu mau marah? Marah aja! Kamu kan istriku ... hehehheh.***Aira menyapu bulir bening yang mulai lolos dari pelupuk matanya. Kemudian ia berusaha kembali tersenyum s
Baca selengkapnya
Tulus atau Modus?
"Zayeeeen! Kamu jahat! Betapa curangnya caramu membalasku! Pulang Zayen ... pulang! Aku ingin dirimu bukan yang lain!" Aira berbicara sendiri di sela-sela tangisnya. Berulang kali ia memukul bantal yang sering dipakai oleh Zayen.Seperti kehilangan separuh jiwa, itu yang Aira rasakan. Ia benar-benar shock menghadapi kenyataan jika Zayen benar-benar meninggalkannya dan tak aka kembali. Rasa sesal memenuhi rongga dadanya. Aira terlambat menyadari rasa marah yang sering ia tampakkan pada Zayen, bukanlah marah yang sesungguhnya. Yang sesungguhnya ia rasakan adalah rasa cinta dan sayang yang sangat dalam. Sekarang Aira benar-benar merasa kehilangan. Kehilangan teman bertengkar, kehilangan teman bicara, dan kehilangan teman hidup.Aira berulang kali mengacak-ngacak rambutnya yang sudah mulai basah oleh keringat dan air mata yang tak bisa berhenti mengalir. Sesekali ia memukul-mukul kepalanya dengan bantal sambil meringis. Aira marah pada dirinya sendiri. Marah pada kebodohannya, juga marah
Baca selengkapnya
Serba Salah
Ada rasa bersalah menelusup di hati Aira. Apalagi saatmengingat bagaimana Niko menjaganya di rumah sakit. Aira berusaha menyingkirkan rasa curiganya sejenak. Bagaimanapun juga, Niko adalah anak dari orang yang sudah memberinya kehidupan kedua. Perlahan ia mendekat daj menyentuh tangan Niko untuk membangunkannya. Alangkah terkejutnya Aira saat ia menyentuh lengan Niko. Kulit lelaki tersebut terasa menyengat. Rupanya Niko demam akibat tidur di luar semalaman bersama angin malam. "Nik ... Niko ... bangun Nik!" Aira menggoyang lengannya pelan.Niko membuka matanya dan langsung mengedarkan pandangannya ke sekeliling, seperti baru tersadar dari mimpi. Niko memegang kepalanya yang terasa pusing."Kenapa enggak pulang, sih Nik! Kalau kamu pulang kan enggak kaya gini jadinya. Mana di rumah enggak ada stok obat penurun panas lagi," sesal Aira.Niko menggeleng dengan lemah. Aira bingung harus berbuat apa. Akhirnya Aira membawa Niko kembali masuk dengan menggandengnya pelan. "Berbaringlah di si
Baca selengkapnya
Sengaja?
"Baik, Bu." Karena memang masih dilanda rasa bersalah, Aira langsung menyanggupi permintaan Bu Indarti. Aira segera menuju ke kamar Niko.Aira menatap punggung Niko yang membelakanginya. Lagi-lagi ia berhalusinasi jika Niko adalah Zayen."Zayen," desisnya tanpa sadar. Niko sontak membalikkan badan dan menatap Aira dengan wajah sayu dan pucat. "Za ... Eh, Nik!" Panggilnya gugup karena menyadari salah menyebut nama.Aira mendekat dan langsung mengangkat nampan, memindahkannya ke dekat Niko."Makanlah," ucap Aira dengan nada kaku."Hemm ... suapin!" Rengek Niko manja.Aira menarik napas kesal. Tapi tak ingin menambah rasa bersalah, Aira segera meraih sendok dan mulai meyuapkan makanan ke mulut Niko.Hati Aira tiba-tiba merasa sangat sedih. Ia membayangkan sedang menyuap Zayen makan. Hayalan konyol yang membuatnya tersenyum getir, karena tau itu tak akan pernah terjadi.Aira melihat Niko memandangnya seperti orang keheranan setiap ia habis menyuapi makanan. Hingga sampai suapan terakhi
Baca selengkapnya
Mencurigakan
Pagi-pagi Aira sudah menyibukkan dirinya di dapur. Walaupun Bu Indarti melarangnya untuk bekerja, tapi ia menolak dengan dalih sudah sehat dan tak enak jika berdiam diri. Sesungguhnya Aira berusaha mengalihkan pikirannya dari Zayen. Setiap teringat Zayen, Aira selalu ingin menangis."Aira, kamu antarkan makanan lagi buat Niko, ya?" ucap Bu Indarti setelah mereka selesai menyiapkan makananan.Aira terdiam. Enggan sekali rasanya. Tapi untuk menolak juga sungkan."Ra! Kamu keberatan ya?"Aira menggeleng sambil menyunggingkan senyum yang sangat dipaksakan."Sepertinya, Niko selera makannya muncul kalau kamu yang antar, Ra!" tutur Bu Indarti."Baik, Bu," jawab Aira sambil mengangguk.Bu Indarti menyunggingkan senyum sambil meletakkan semua makanan untuk Niko yang masih terbaring di kamarnya ke dalam nampan."Sudah nih! tinggal kamu bawa," ucap Bu Indarti pada Aira.Aira meraih nampan dan melangkah dengan berat hati menuju kamar Niko. Pintu kamarnya sudah terbuka, jadi Aira langsung saja ma
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status