Share

Imran ta'aruf

Kabar kehamilan Nisa tersebar dengan cepat dan sampai di telinga Imran. Lelaki itu tengah duduk di depan meja kerjanya, tangan kanannya meremas ponsel yang sedang menyala. Menampilkan snap dari Fadhil yang update status tentang betapa bersyukurnya ia istrinya sedang mengandung.

Imran melamun diiringi mata yang berembun, sampai-sampai ia tidak menyadari jika Bu Surya masuk ke dalam kamarnya dan berdiri di hadapan.

“Im ....” Bu Surya memanggil pelan, tangannya meletakkan secangkir teh hangat di meja. Wajah Imran sedikit mendongak dan tanpa malu-malu menatap mata sang mama.

“Ma ... Nisa ....”

“Hamil, ya? Mama sudah tahu.”

“Akhirnya Nisa menjadi wanita seutuhnya, ya, Ma.” Imran berusaha untuk tersenyum, meski air matanya menetes. Hanya di depan sang mama Imran bisa bersikap cengeng seperti ini.

Bu Surya menatap iba pada putra sulungnya itu. Bagaimana pun ini semua adalah keinginan Imran sendiri, mau tidak mau, Imran harus menerimanya dengan lapang dada. Harus ikhlas meski sulit untuk mele
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status