All Chapters of Salah Kirim Paket: Chapter 51 - Chapter 60
140 Chapters
Sebuah Kenyataan Pahit Atau Manis? 2
Dengan langkah gontai kuturunin anak tangga. Sesekali ku hapus bulir bening yang mengalir membasahi pipi. Meski aku mencoba kuat dan tak menangis tapi nyatanya aku tak sanggup. Kabar ini bagai batu besar yang menghimpit dada. Menyesakkan hingga menghirup udara saja seakan tak bisa. "Zal, kamu baik-baik saja kan?" Mama memegang pundakku. Ku letakkan bingkai dengan foto keluarga di atas meja. Mama diam dengan mata berkaca-kaca. Sementara Alia tampak kebingungan. "Apa anak angkat itu, aku, ma?"ucapku parau. Mama masih membisu, tapi air bah mulai turun hingga akhirnya membasahi pipi wanita berhati lembut itu. Diamnya adalah jawaban iya untuk pertanyaanku. "Itu tidak benar kan, ma? Bang Rizal, kakak kandungku kan?" Alia mengguncangkan pundak mama. Mencari jawaban di balik diamnya wanita yang telah merawat kami. "Iya, Rizal bukan anak kandung mama. Maafkan mama, nak, telah menutupi semua kebenaran ini dari dulu. Mama hanya...." Mama tak mampu melanjutkan kata-katanya. Hanya air mata y
Read more
Pertanyaan Alvan
Pov Alia"Saya tidak tahu harus memberi selamat atau tidak. Semoga kehidupan Mbak Alia jauh lebih baik dari kemarin," ucap Pak Yusuf setelah selesai sidang terakhir. Setelah tiga bulan menunggu akhirnya hakim memutuskan jika aku dan Mas Alvan resmi bercerai. Tak ada perebutan hak asuh anak serta harta gono gini membuat proses perceraian berjalan lebih cepet. Semua ini tak luput dari bantuan Pak Yusuf, pengacara sekaligus teman Bang Rizal. "Saya harus berterima kasih pada Pak Yusuf karena telah membantu saya." Ku ulurkan tangan sebagai ucapan terima kasih. Dengan senang hati bapak dua orang anak itu menyambut baik uluran tanganku. "Saya permisi. Sampaikan salam saya pada Rizal, suruh kakakmu itu segera menikah," ucapnya sambil tersenyum. "Baik." Sabahat Bang Rizal itu pergi setelah mengucapkan salam. Melangkah dengan penuh percaya diri meninggalkan ruangan sidang. Namun langkah ini terhenti saat bayangan Bang Rizal nampak di pelupuk mata. "Alia setelah kamu resmi bercerai dan mas
Read more
Pov Mega
Pov MegaKukira dengan menjadi istri kedua Mas Alvan hidupku akan bahagia. Memiliki banyak uang tanpa harus bekerja. Namun nyatanya kebahagiaannya yang ku rasa hanya sesaat. Kini aku tak tahu harus kemana? Percuma menikah dengan Mas Alvan jika ujungnya aku tak punya apa-apa? Rumah di sita karena uang yang digunakan untuk membayar DP adalah hasil korupsi. Kini aku sendiri dan harus mengurus Aira. "Sekarang aku harus kemana?" gumamku pelan. Rumah orang tua Mas Alvan, ya, mereka pasti mau menampungku. Tak mungkin mereka tega membiarkan Aira hidup terlunta-lunta di pinggir jalan. Berjalan pelan sambil menarik koper menuju pangkalan ojek tak jauh dari rumah. Untung Aira terlelap dalam gendonganku. Ingin naik taksi tapi aku tak mampu membayarnya. Mau tak mau aku harus naik ojek agar bisa sampai ke rumah ibu dan bapak. "Ojek, Bang!" Lelaki berkulit hitam menatap penuh selidik ke arahku. "Bawaan segini banyak, Mbak?" ucapnya sambil menggelangkan kepala melihat dua koper di tangan kanan
Read more
Pov Mega 2
"Ini dimana ya, Pak? Tadi kan saya sudah memberi alamat Bapak.""Ini rumah saya Mbak. Saya tidak tahu alamat rumah Mbak, lagi hujan saya takut nyasar," kilahnya. "Bapak bisa bangunkan saya,kan?" "Saya tidak tega, Mbak. Mari masuk, Mbak. Saya buatkan teh hangat. Tak mungkin saya mengantar Mbak dalam keadaan hujan deras seperti ini?" ucapnya lalu turun dari mobil. Dengan sedikit ragu, aku turun dari mobil. Tak lupa ku ambil koper kecil karena di dalamnya berisi susu dan keperluan Aira. Melangkah gontai masuk ke rumah minimalis berlantai dua. Meski tak mewah tapi tertata rapi dengan pernak-pernik kekinian. Rupanya selera bapak itu bagus juga. Dua gelas teh hangat ia letakkan di atas meja. Lalu tanpa malu ia jatuhkan tepat di sampingku. Oweek... Oweek.... Aira menangis kencang. Segera ku buka koper kecil lalu menuang air panas dari termos ke dalam botol. "Maaf Pak, ada air putih?" "Ada Mbak, sebentar saya ambilkan," ucapnya lalu berjalan ke dapur. Oweek... Oweek... Tangis Aira
Read more
Mengunjungi Alvan
Alia berjalan perlahan, gamis berwarna hijau army ia angkat sedikit saat menuruni anak tangga. Gamis hadiah dari Rizal tiga tahun yang lalu kini bisa ia kenalan lagi. Berat badan Alia turun drastis. Tak main-main tujuh kilo turun dalam waktu tiga bulan. Semua itu tak luput dari pola makan sehat dan rajin berolahraga. Wanita berumur tiga puluh satu tahun itu nampak lebih muda dengan tubuh idealnya. Terkadang rasa benci dan kecewa membuat orang memperhatikan penampilannya. Seperti yang Alia rasakan. Setelah mengetahui perselingkuhan Alvan, wanita berbulu mata lentik itu kian menjaga penampilan dan berat badan. Semua ia lakukan agar Alvan merasa menyesal telah meninggalkannya demi Mega. "Mau kemana Al?" tanya Rizal saat berpapasan dengannya di teras depan. Lelaki dengan wajah penuh kharisma itu tak berkedip saat melihat penampilan Alia. Dalam hati ia memuji kecantikan sang adik. "Mau ke lapas?" jawab Alia dengan santainya. "What? Dengan dandanan secantik ini? Jangan bilang kamu ma
Read more
Alvan Cemburu
Pov Alvan"Pak Alvan, ada kunjungan!" ucap seorang sipir berkulit sawo matang itu. "Siapa, Pak?" tanyaku penasaran. Semenjak mendekam di penjara, belum ada keluarga yang menjengukku. Ibu, bapak, Sasya dan Mega seolah menghilang dari muka bumi. Apa mereka tak kasihan padaku? Apa mereka tak merindukan kehadiranku? "Seorang perempuan dan seorang lelaki. Saya tidak tahu namanya. Silahkan Pak Alvan temui sendiri." Sopir itu berjalan menemaniku menuju ruang kunjungan. Berbagai tanda tanya memenuhi pikiranku. Siapa dua orang yang mengunjungiku?Masuk ke ruang kunjungan dengan perasaan tak menentu. Mataku membola sempurna saat melihat siapa yang mengunjungiku di lapas ini,Alia dan Rizal. Mataku tak lepas dari memandang wanita yang kini bergelar sebagai mantan istri. Alia menggunakan gamis berwarna hijau army yang diberikan Rizal sebagai hadiah ulang tahunnya. Baju yang dulu tak muat kini bisa dipakai kembali. Wanita itu justru semakin cantik setelah berpisah denganku. Alia semakin meme
Read more
Kebencian Syasya
Pov SasyaOweek... Oweekk.... Tangis Aira terdengar nyaring di telinga. Sudah dua hari tangis itu merusak ketenangan hidupku. Bayi itu menangis tak tahu waktu, pagi, siang, malam selalu menyanyi dengan lagu yang sama. Lama-lama aku bisa gila jika trus tinggal bersamanya. "Ibu!" teriakku lantang. "Apa to Sya? Kamu gak lihat ibu sedang berusaha menenangkan Aira.""Pusing aku, Bu! Bisa gila jika mendengar tangis Aira terus!" Ku tutup kuping rapat-rapat. "Buatkan susu, Sya!" perintah ibu sambil berusaha menenangkan tangis Aira. Berjalan gontai menuju dapur. Mataku membola melihat susu dalam adah yang tinggal dua sendok takar. Mau tak mau ku buatkan dengan sisa susu yang ada. Keterlaluan Mega, dasar ibu gila! Tega-teganya ia meninggalkan anaknya di sini. Tanpa memberi uang untuk membiayai kebutuhan tuyul kecil itu pula. Menyesal aku menyetujui Mas Alvan menikah dengannya. Dasar wanita matre! "Sasya cepat!" Segera ku berikan botol berisi susu pada ibu. Ibu dengan telaten menggengong
Read more
Kejujuran Rizal
Pov Alia"Iya memang kamu tak akan pernah mengulanginya lagi karena kalian sudah hidup masing-masing. Dan satu hal yang perlu kamu tahu. Setelah masa iddah Alia selesai, kami akan segera menikah."DEGUcapan Bang Rizal membuatku terpaku. Apa aku tak salah dengar? Ini bukan mimpi kan? Astaga, drama macam apa lagi ini? Belum sempat aku menjawab tangan Bang Rizal menarikku keluar ruangan kunjungan. Aku hanya bisa mengekor tanpa protes. Rasanya seperti terhipnotis. Menurut tanpa sebuah perlawanan. Sepanjang jalan menuju mobil. Kami hanya saling diam. Aku sendiri tak tahu harus berkata apa. Ucapan Bang Rizal membuatku membisu. Entahlah, aku sendiri tak bisa menjelaskan bagaimana perasaanku saat ini. Kendaraan roda empat milik Bang Rizal melaju meninggalkan lapas. Entah kemana tujuannya setelah ini, aku sendiri tak tahu. Mobil terus berjalan lurus, aku tahu akan kemana karena ini bukan arah rumah atau kantor. Aku lebih memilih pura-pura tidur karena bingung harus bicara apa. "Ini bocah
Read more
Obat Rindu
"Wanita itu adalah kamu, Alia. Maaf jika perasaan abang membuatmu tidak nyaman. Selama bertahun-tahun abang tersiksa dengan perasaan ini. Abang mencintai adik sendiri. Rasa yang berusaha abang tepis tapi justru semakin membelenggu. Kamu tahu, saat mama bilang aku bukan anak kandung mama. Sebagai hatiku sangat bahagia. Itu artinya abang tak salah mencintai kamu karena kita bukan sedarah. Ada rasa lega yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Alia mungkin ini bukan saat yang tepat. Abang hanya ingin kamu tahu, jika abang mencintaimu tulus."DEGJantungku seakan lepas dari sarangnya. Aku memang sudah mengira jika wanita itu adalah aku. Namun ketika kata itu keluar dari mulut Bang Rizal aku masih saja terkejut. Bingung, aku tak mampu menjawab apa pun. Karena sampai saat ini aku masih menganggap lelaki di hadapanku seorang kakak. Dan tak lebih dari itu. Ya Tuhan, apa yang harus ku katakan?"Tak usah kamu jawab, aku tahu ini sangat konyol dan membingungkan. Aku sendiri juga tak menge
Read more
Pertanyaan Baim
Kami berhenti di pinggir jalan. Sebelah kiri ada sebuah gerobak dengan beberapa pembeli yang tengah mengantri. "Bubur Ayam Kang Jaka" itu tulisan yang menempel di gerobak berwarna kuning. Ku teluk jidat pelan, bisa-bisanya Bang Rizal membawaku makan di sini! Bukan, bukan karena makanan yang ada di pinggir jalan. Tapi karena aku tak menyukai semua jenis bubur. Termasuk bubur ayam. "Abang yakin kita makan di sini?" tanganku saat Bang Rizal melepas safety belt. "Karena di pinggir jalan?" Ku gelengkan kepala. Bukankah dia tahu jika aku tak masalah makan dimana pun? "Alia tidak suka bubur ayam, Bang! Abang lupa atau pura-pura lupa?" Ku manyunkan bibir, merajuk. Bang Rizal tersenyum lalu mengacak rambutku yang sudah tertutup hijab. Kebiasaan memang! Menghancurkan tatanan hijab yang ku kenakan. "Ayo, turun! Sekali-kali mencoba, jangan bilang tak suka jika belum pernah mencicipinya. Seperti hubungan jangan bilang tidak bisa jika kamu belum pernah mencobanya." Aku mencebik. Aku yakin d
Read more
PREV
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status