Semua Bab Salah Kirim Paket: Bab 41 - Bab 50
140 Bab
Nasib buruk Alvan
Pov Alvan"Bangun, Mas! Bangun!" teriak Mega tepat di telingaku. Telinga sampai berdenging mendengar suara cempreng istri keduaku itu. Aku buka mata, kepala terasa berdenyut karena mendengar suara Mega. Pusing. Mega menatap tajam sambil menyilangkan kedua tangan di dada. Pagi-pagi bukan dibuatkan kopi tapi sudah disambut paduan suara. "Bangun, Mas! Ini sudah jam sepuluh dan kamu masih enek-enak tidur!"Aku lihat benda bulat yang menempel di dinding. Memang benar jarum jam sudah menunjukkan angka sepuluh. Aku bangun kesiangan. Aku bangun terlambat bukan karena malas atau ingin bersantai tapi karena aku baru tidur menjelang subuh. Dari semalam Aira rewel dan Mega sama sekali tak perduli. Ia justru pindah ke kamar tamu, meninggalkan aku dan Aira di dalam kamar. Sudah dua hari yang lalu Mbak Ria kupecat. Apa lagi alasannya kalau tidak bisa membayar gaji. Mega sempat protes karena babysitter ku pecat. Karena itulah tugas Mbak Ria ku gantikan. Sempat ingin menolak tapi lagi-lagi Mega m
Baca selengkapnya
Kedatangan Polisi
Pov AlvanSiang sudah berubah menjadi sore, kuputuskan untuk pulang. Badan juga terasa lelah butuh diistirahatkan. Kuparkir kan motor di halaman rumah. Halaman rumah yang dulu bersih dan rapi kini terlihat begitu kotor. Banyak daun kering berserakan. Tanaman di pot juga mulai layu karena tak mendapatkan air. Dengan kesal ku nyalakan kran lalu menyiram tanaman. Kasihan jika sampai mati. "Sudah pulang kamu, Mas?" "Baru saja.""Sudah dapat kerjaan?" Aku menggelengkan kepala, seketika wajah Mega menjadi masam. "Gimana sih Mas? Cari kerja saja gak becus. Kita mau makan apa kalau kamu gak kerja!" omelnya sambil menatap nyalang ke arahku. Aku diam tanpa menjawab. Memang dia pikir mencari kerja jaman sekarang mudah? Suami capek cari kerja, eh sampai rumah justru kena omel. Lelah rasanya selalu seperti ini.Kutinggalkan Mega dengan wajah masam. Masuk ke kamar tamu lalu mengunci pintu rapat. Kujatuhkan tubuh di atas ranjang. Tak ku perdulikan Mega yang terus saja mengomel. Rasa lelah memb
Baca selengkapnya
Dibalik Diamnya Mia
Pov AlvanTok.. Tok... Tok.... Suara pintu di ketuk dari luar. Siapa yang bertamu? Rasa penasaran membuatku melangkah ke depan. Mataku membola saat melihat dua orang lelaki berbadan tegap memakai seragam polisi berdiri di depan pintu. Kutelan saliva dengan susah payah. Perasaanku menjadi tak enak saat melihat dua polisi itu. Apa ini ada hubungannya dengan Alia? Ah, semoga tidak. Meski kemungkinan itu sangatlah kecil. "Apa ini benar kediaman Bapak Alvan Nugraha?" tanya seorang polisi bernama Awan. "I-iya, saya Alvan Nugraha. Ada yang bisa saya bantu?" tanyaku sambil menahan rasa gemetar. "Kami membawa surat penangkapan Bapak atas tuduhan korupsi." Polisi yang bernama Awan menyerahkan surat penangkapanku. Kuhembuskan napas kasar. Menahan emosi agar memancing polisi berbuat kasar padaku. "Sial! Ternyata Alia tak main-main dengan ucapannya! Kukira dia hanya mengertak. Ini pasti karena campur tangan Rizal!" batinku kesal. "Siapa yang bertamu, Mas?" tanya Mega yang berjalan menghamp
Baca selengkapnya
Dibalik Diamnya Mia 2
Pov MiaKriingg.... Suara telepon menyentak ku dari lamunan. Segera ku angkat telepon kantor. "Mia, tolong ke ruangan saya!" perintah Bu Alia dengan suara tegas. "Baik, Bu," jawabku lalu panggilan telepon dimatikan sepihak olehnya. Dengan perasaan ragu aku melangkah menuju ruangan Bu Alia yang letaknya tepat di samping ruanganku. Ku ketuk pintu tiga kali hingga Bu Alia memintaku masuk ke dalam. Jantungku seakan berhenti berdetak saat melihat ada dua orang lelaki bertubuh tegap yang memakai pakaian khas polisi duduk manis di sofa. Perasaanku semakin tak enak saat Bu Alia memintaku duduk di sebelah mereka. DEG"Apa anda yang bernama Mia?" tanya seorang polisi dengan rahang tegas. "I-iya." jawabku terbata."Bisa ikut kami ke kantor polisi untuk menjadi saksi dalam kasus penggelapan dana perusahaan yang dilakukan oleh saudara Alvan."Aku terpaku. Tak tahu harus menjawab apa. Ya Tuhan, inikah akhirnya ceritaku? Lalu bagaimana nasib ibu dan adik-adik jika aku mendekam di penjara? "B
Baca selengkapnya
Surat Panggilan Cerai
"Apa hubungan anda dengan Pak Alvan?""Dia atasan saya dan juga ....""Juga apa?" "Suami adik saya.""Apa!" teriakku lantang. Semua mata tertuju padaku. Hingga akhirnya seorang polisi memintaku menunggu di luar agar tak mengganggu proses penyelidikan. Hampir satu jam aku menunggu Mia. Rasanya tak sabar ingin mengorek informasi darinya. Apakah benar Mega adalah adik Mia? Tapi bukankah adik Mia hanya Ulfa, Rini dan Rio? Apa ini ada hubungannya dengan video yang diberikan Ibrahim beberapa hari yang lalu? Sejak kapan Mia memiliki rahasianya sebesar ini?Kepalaku pusing memikirkan semua masalah ini. "Mbak Alia," panggil seorang wanita yang sedari tadi ku tunggu. "Ada yang ingin aku tanyakan. Bisa ikut ke kantin sebentar?" Mia mengangguk lalu berjalan di sampingku. Hening, tak ada sepatah kata yang keluar dari mulut kami. Kami seperti orang asing yang berjalan beriringan. Aku sendiri bingung harus berkata apa. Aku dan Mia duduk berhadapan. Sesaat kami diam hingga seorang wanita mud
Baca selengkapnya
Cemburu?
Aku tatap kertas berisi panggilan sidang perceraianku dengan Mas Alvan. Rasanya masih belum percaya, enam tahun berakhir dengan perpisahanTin... Tin.... Suara klakson mobil Bang Rizal terdengar nyaring di telinga. Segera ku ambil tas lalu menghampiri lelaki yang masih betah menyendiri itu. Jika tak segera turun maka suara klakson mobil akan terus terdengar. Bisa diamuk warga satu kompleks. "Berisik Bang!" ucapku saat membuka pintu mobil. Lelaki berambut panjang itu hanya tersenyum. Sungguh menyebalkan! "Siap, kita berangkat!" Bang Rizal segara melajukan kendaraan roda empat miliknya. Bang Rizal menyalakan musik. Suara penyanyi berasal dari Ngawi itu mengelgar di dalam mobil. Lagu berbahasa Jawa yang menjadi buah bibir di kalangan masyarakat. Seneng-seneng barengSusah-susah barengNyanding sliramuSayang sliramuWes tak angen-angenWe bakal dadi jodohkuWes tak angen-angenKoe dadi pilihankuTenang, rasah sepaneng tenangAku wes seneng ReneRangkulen aku tak nggo sangu turuku
Baca selengkapnya
Pernyataan Cinta
Jarum jam sudah menujukkan angka delapan. Sebentar lagi Baim akan datang. Entah berita penting apa yang membuatnya ingin bertemu denganku. Mungkin berita tentang Mas Alvan. Suara bell berbunyi nyaring. Segera aku menuruni anak tangga menuju ruang tamu. Seorang lelaki memakai celana jeans dipadukan dengan kemeja lengan panjang berwarna army yang dilingkis ke siku sedang duduk di sofa ruang tamu. Kulitnya yang putih sangat cocok dengan pakaian yang ia kenakan malam ini. Aura ketampanan terpancar. Sayang dia masih betah menyendiri. "Sudah lama, Im?" tanyaku basa-basi. "Baru saja Al," ucapnya sambil tersenyum manis. "Belum makan kan? Makan bareng dulu yuk. Mama sudah nungguin kamu dari tadi." Baim menganggukkan kepala lalu tersenyum ke arahku. Kami berjalan menuju meja makan. Sesekali lelaki berkulit putih itu tertangkap mata sedang memperhatikan diriku. "Malam tante," ucapnya lalu berjalan ke arah mama dan mencium punggung tangan mama dengan takzim. Saat mengulurkan tangan kepada
Baca selengkapnya
Alia Murka
Pov AliaAku melangkah gontai masuk ke rumah. Langkahku terhenti saat melihat Bang Rizal sudah berdiri di balik pintu. Sejak kapan dia ada di sini? Jangan-jangan dia menguping pembicaraanku.Aku berjalan melewati Bang Rizal yang menatap tajam ke arahku. Aku bagai maling yang ketahuan mencuri. Namun langkahku terhenti saat tangan kekarnya mencengkeram tangan kananku. "Lepas Bang! Sakit!" Tangan kiri menarik tangan kanan Bang Rizal mencengkeram kuat. Namun bukannya terlepas tapi justru semakin terasa sakit di pergelangan tangan. Bang Rizal menatap tajam dengan pundak naik turun, menahan emosi. Kenapa Bang Rizal seperti ini? Baru kali ini aku takut melihat kakak kandungku sendiri. "Kenapa sih Bang? Ngomong kalau Alia salah, jangan memperlakukan aku seperti ini!" sungutku. "Alia, kamu tahu tidak statusmu apa? Masih istri orang, Alia! Jangan kecentilan pada Baim atau pria lain. Harusnya kamu mikir, bagaimana reputasi perusahaan jika pemimpinnya saja kecentilan. Seperti wanita murahan!"
Baca selengkapnya
Permintaan Konyol
Pov AliaAlarm di ponsel berbunyi nyaring. Segera ku matikan. Ku buka mata perlahan meski terasa berat. Menangis semalaman membuat mataku menjadi bengkak hingga membuka mata saja terasa susah. Seperti ada yang mengganjal di pelupuk mata. Melangkah dengan gontai ke kamar mandi. Guyuran air dingin membuat tubuhku merasa segar. Dinginnya air sedikit mengurangi panasnya hati saat mengingat perkataan Bang Rizal. Memakai mukena berwarna putih, segera aku tunaikan ibadah wajib dua rakaat. Menengadahkan tangan kepada Sang Pencipta. Mengeluarkan sesak di dalam rongga dada. Rasa tenang merasuk di hati. Mungkin ini cara Allah untuk mengingatkan diriku agar tidak dekat dengan lelaki lain sebelum aku resmi berstatus janda. Lewat kemarahan Bang Rizal aku menyadari satu hal, jika Bang Rizal sangat menyayangiku. Ya, meski ucapannya salah dan justru melukai hatiku. ***Perlahan menuruni anak tangga. Sesekali berhenti. Ingin makan tapi malas bertemu Bang Rizal. Membayangkan wajahnya saja sudah memb
Baca selengkapnya
Sebuah Kenyataan Manis Atau Pahit
Pov RizalMama boleh meminta sesuatu pada kalian?" "Boleh ma," jawabku. Ada rasa penasaran dengan perkataan mama yang terlihat serius. "Alia setelah kamu resmi bercerai dan masa iddahmu selesai, mama ingin kamu dan Rizal menikah.""Apa?" ucap kami serentak. Aku dan Alia sangat terkejut hingga mulut kami berbuka lebar. Untung saja tidak ada nyamuk atau lalat yang mampir ke gua kami. Bisa gawat jika makhluk kecil sampai masuk. "Udah ah, ma. Jangan bercanda. Gak lucu tahu!" ucap Alia dengan sedikit gugup. Wajah bingung terlihat jelas di sana. Aku sendiri tak tahu harus bagaimana. Satu sisi aku sangat bahagia bisa memiliki Alia seutuhnya. Namun lagi-lagi logika menyangkal. Aku tak segila itu. Mana bisa aku menikah dengan adikku. Bisa cepat kiamat dunia ini jika banyak orang berpikir seperti mama. Dalam hukum agama dan negara jelas dilarang adanya incest tapi kenapa mama justru meminta kami melakukan hal yang dilarang itu. Ya Tuhan, kenapa aku harus mencintai orang yang salah dan be
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
14
DMCA.com Protection Status