Semua Bab Dinikahi Kakak Angkat: Bab 11 - Bab 20
25 Bab
Bab 11. Mendadak Sekamar
Sebagai wanita yang sudah menikah aku ingin bersikap dewasa. Tidak cemburu, tidak julid, tidak dengki, tidak kepo dan tidak melakukan hal bodoh yang menyebabkan diri tersiksa tapi semua itu hanya teori karena Mas Haikal membuatku bingung setengah mati.Seusai acara keceplosan di restoran Mas Haikal tiba-tiba menjadi pendiam, dia sama sekali tak berbicara apa pun bahkan sampai kami tiba di apartemen dan masuk ke kamar masing-masing.Aku paham pasti dia tidak menyangka kalau reaksi Alvia akan sekeras itu hingga mereka pun cukup lama bicara. Terlebih banyak orang yang harus ia berikan klarifikasi walau akhirnya Alvia berjanji akan merahasiakannya dari yang lain.Oya, mungkinkah sikap diam suamiku itu dikarenakan ia menyesal mengakuiku sebagai istri di depan Alvia?Apa sepenting itu seorang Alvia dalam hatinya? Apa aku hanya bayang-bayang? Lalu, bolehkah aku menyerah saja? Dan mundur dari arena ini.Ah ... sial! Ternyata melelahkan, ya? Menjadi istri dari suami yang hatinya milik wanita l
Baca selengkapnya
Bab 12. Mendadak Sekamar
Sebagai wanita yang sudah menikah aku ingin bersikap dewasa. Tidak cemburu, tidak julid, tidak dengki, tidak kepo dan tidak melakukan hal bodoh yang menyebabkan diri tersiksa tapi semua itu hanya teori karena Mas Haikal membuatku bingung setengah mati.Seusai acara keceplosan di restoran Mas Haikal tiba-tiba menjadi pendiam, dia sama sekali tak berbicara apa pun bahkan sampai kami tiba di apartemen dan masuk ke kamar masing-masing.Aku paham pasti dia tidak menyangka kalau reaksi Alvia akan sekeras itu hingga mereka pun cukup lama bicara. Terlebih banyak orang yang harus ia berikan klarifikasi walau akhirnya Alvia berjanji akan merahasiakannya dari yang lain.Oya, mungkinkah sikap diam suamiku itu dikarenakan ia menyesal mengakuiku sebagai istri di depan Alvia?Apa sepenting itu seorang Alvia dalam hatinya? Apa aku hanya bayang-bayang? Lalu, bolehkah aku menyerah saja? Dan mundur dari arena ini.Ah ... sial! Ternyata melelahkan, ya? Menjadi istri dari suami yang hatinya milik wanita l
Baca selengkapnya
Bab 13. Api Dalam Dada
Peristiwa semalam dan ancaman Mas Haikal sukses membuatku tak bisa tidur. Pikiranku sibuk melanglang buana karena cemas mantan kakak angkatku itu akan berbuat yang enggak-enggak saat aku terlelap.Mungkinkah aku parno?Sehingga benakku terus saja melancarkan invansi pertanyaan yang tak kunjung selesai dan membuatku stres.Bagaimana kalau dia tiba-tiba menyerang saat aku tidur? Bagaimana kalau pas bangun bajuku nggak ada? Atau tiba-tiba dia khilaf dan aku kehilangan statusku sebagai perawan?Ah, stress! Semua spekulasi tersebut sukses membuatku menjadi kunti yang rajin meronda hingga ayam berkokok tiba.Baru saja sekamar sudah pusing begini, gimana kalau lanjut ke tahap lebih intim? Bisa-bisa aku pingsan."Mata kamu kenapa bengkak gitu?" tanya Mas Haikal sambil melirik sekilas ke arahku yang lesu.Saat ini mobil Mas Haikal baru saja parkir di halaman sekolah tempatku mengajar. Seperti biasanya pagi-pagi begini masih belum banyak guru dan siswa yang datang.Mendengar pertanyaan Mas Haik
Baca selengkapnya
Bab 14. Pengakuan
Baper itu ada porsinya. Itulah prinsip yang kupegang tapi kalau bapernya sampai ke ubun-ubun gimana? Itulah yang sedang kuidap sekarang.Bagaimana aku tidak baper jika kepalaku berada dekat dengan dada Mas Haikal? Pakai beradu pandang segala lagi. Kan, aku jadi deg-degan dan panas dingin. Lagian sih Mas Haikal suka bermain api, buat menjelaskan saja harus gengdongan segala sampai mobil lagi. Enggak bisa apa pakai cara lebih manusiawi bukan ala preman begini? Dasar aneh! Bikin jantung kelojotan aja."Masih manyun aja nih? Mau denger penjelasan gak atau mau beneran di ranjang?" ucapnya dengan ekspresi menggoda."Berisik! Apaan sih? Gak lucu ya, Mas? Ni masih di jalan loh," balasku tanpa melihatnya.Heran, masih di mobil juga mainannya ngancam terus. Aku memilih melemparkan wajah ke samping jendela melihat situasi yang ada di luar sana dibanding makin terpesona sama si mantan kakak angkat."Oke, Mas jelasin ya adik eh istri manis."What? Adik manis katanya? Keceplosannya bikin sakit."
Baca selengkapnya
Bab 15. Kondangan
Apa Mas Haikal serius ingin memiliki anak dariku? Bagaimana dia bisa berkata begitu? Mungkinkah Mas Haikal terbentur tembok? Ah, ini membingungkan. Lagi, aku menghela napas lelah. Pagi ini aku terbangun dengan kepala pening dikarenakan perkataan suamiku semalam berhasil membuat mataku terjaga hingga pagi.Namun, anehnya kelembutan Mas Haikal yang ia tujukan kemarin malam seakan lenyap di telan bumi ketika kami bertemu untuk sarapan.Seolah tak terjadi apa-apa, dia kembali ke bentuk aslinya yaitu menjadi kulkas berjalan.Dingin dan menyebalkan.Maunya dia apa, sih? Masa iya dia khilaf karena terbawa suasana? Atau dia kasian karena ibuku sendiri mengusir anak kandungnya? Sehingga dia ingin memiliki anak dariku?"Hari ini kamu bisa temenin Mas?" tanya Mas Haikal memecah kebisuan di antara kami.Akhirnya, dia berbicara juga."Temenin? Temenin ke mana, Mas?""Ke nikahan temen SMA Mas, dulu kami satu kelas.""Kondangan temen SMA maksud, Mas?"Mas Haikal mengangguk singkat sambil meneguk
Baca selengkapnya
Bab 16. Pertengkaran Pertama
Di mana-mana dalam suatu pernikahan mustahil jika kita terus menghindari namanya kewajiban berhubungan antara suami-istri dan aku paham itu. Tapi, yang aku nggak paham cuma satu kenapa aku haid di saat kami tampaknya siap melakukan hal yang mulia tersebut?Ini sih namanya seperti puasa di tengah gurun sahara. Nelangsa.Masih terbayang di benakku tatkala sepanjang jalan Mas Haikal terus bersenandung sambil senyam-senyum kanan kiri, seakan dia tak sabar untuk melakukan 'aktivitas' itu denganku. Mungkin dia masih menyangka bahwa hari ini adalah hari di mana kami akan menyatukan raga kami karena sudah saling menerima takdir, oleh karena itu dia sangat bersemangat.Saking semangatnya bahkan dia pun tak lupa bersih-bersih kamar dan menyiapkan makan malam kami. Katanya khawatir aku kelelahan jadi dia yang akan memasak. Segitunya dia menunggu saat ini. Namun, sikapnya yang berlebihan itulah yang membuatku tak enak dan bingung mau menyampaikan yang sebenarnya. "Ana! An? Kamu udah kan ganti ba
Baca selengkapnya
Bab 17. He Is Mine
Inikah yang namanya rindu? Lima huruf yang membuatku serba salah tapi malu mengakui. Ke mana-mana ingin tahu kabarnya, tapi sayang yang dirindu bahkan tak tahu. Apalagi kami baru bertengkar tepat di hari di mana dia akan sibuk selama seminggu di luar kota.Sejujurnya, kurasa pertengkaran kemarin adalah salah satu kejadian yang paling tak diinginkan oleh suami-istri yang mau LDR. Tapi, nyatanya malah itu yang terjadi.Tak ada kata sapaan selama kami terpisah jarak, dia diam aku diam. Semua menjadi terasa dingin dan sepi tanpa interaksi.Sempat kukira hubunganku mulai membaik ternyata aku salah. Sebaliknya terlihat semakin buruk karena bagiku rasanya ada yang kosong di dalam sini.Tak ada lagi handuk yang tersampir sembarangan, tak ada lagi teriakan menyebalkan dan tak ada lagi sikap aneh Mas Haikal.Gamang.Tanpa sadar aku sudah terjebak dalam imajinasi rekaanku sendiri.Mungkinkah dia di sana baik-baik saja? Lagi apa dia? Apa benar dia semarah itu hingga tak meneleponku?Huft!Aku mem
Baca selengkapnya
Bab 18. He Is Mine (Part 2)
Mas Haikal itu tipe lelaki yang terlalu banyak negosiasi. Buktinya, meski sudah kukatakan aku bersedia, tetap saja dia seakan memiliki banyak pertanyaan yang muncul di benaknya hingga akulah yang harus bertindak agresif lebih dulu mendekati lelaki kulkas tersebut.Hingga puncaknya malam tadi dia malah tak mau berhenti sampai pagi, ketika dia sudah mereguk manisnya syurga dunia untuk pertama kali.Luar biasa.Dasar lelaki! Setelah dikasih hati sekarang dia malah minta jantung. Awalnya saja sok gengsi, tapi akhirnya malah aku yang harus bangun kesiangan dan ijin ke sekolah dengan alasan tak jelas pada Pak kepala sekolah. Semua gara-gara Mas Haikal yang merajuk dan terus ketagihan.[Maaf, Pak, saya ijin gak masuk.][Kenapa?][Saya ada agenda penting mendadak.]Iya, agenda melayani suami.[Ya, sudah boleh. Tapi besok tolong hadir ya, Bu? Ada rapat.][Baik Pak.]Begitulah sekelumit percakapanku dengan Pak kepala sekolah karena Mas Haikal melarangku pergi kerja hari ini.Dia bilang kami har
Baca selengkapnya
Haruskah Menyerah?
"Mungkin dia bisa jadi berhubungan badan denganmu, tapi di benaknya hanya ada aku. Kamu harus ingat itu! Karena aku cinta pertamanya! Bukan kamu!"Aku kembali menghela napas dalam dengan hati penuh luka mengingat ucapan Alvia tempo hari di supermarket sebelum kami berpisah.Entah apa maksud Alvia, tapi dadaku bergejolak jika mengingat perlakuan dan bisikannya yang mengancam tersebut.Buruknya itu tak hanya berakhir di sana, kemarin pun dia kembali mengirim pesan padaku hanya untuk mengatakan kalau aku tak pantas menjadi istri seorang Haikal. Katanya aku hanya akan membawa aib dan keturunan yang berasal dariku akan buruk karena orang tuaku yang memiliki keterbelakangan mental.Wanita sakit jiwa!Sebenarnya, aku sudah berusaha menghilangkan suudzon pada Mas Haikal dalam otakku akibat pengaruh ucapan Alvia tapi tetap saja setiap memandang wajah Mas Haikal diri ini akan sibuk menerka-nerka.Apakah benar kata Alvia kalau aku hanya dijadikan pelampiasan? Benarkah dia berhubungan denganku h
Baca selengkapnya
Rasa Sakit
Aku menghembuskan napas kasar sembari memandang wajahku sendiri di depan cermin rias yang ada di kamar hotel. Hari ini aku terbangun dengan kepala yang sangat berat setelah menangis semalaman.Aku tak ingat sudah berapa jam aku menangis dan sudah berapa tisu yang aku habiskan sampai pagi ini. Namun, yang kutahu muka dan rambutku sudah acak-acakan begitu juga mataku telah membengkak.Itu bukti kalau aku terlampau larut dan lama terkungkung dalam tangisan.Ternyata begini rasanya patah hati karena dikhianati. Kenapa perihnya lebih menganga dibanding saat aku gagal nikah?Sumpah ...!Ingin rasanya mencoba menepis bayangan Mas Haikal yang berselingkuh dengan Alvia semalam tapi anehnya ingatan itu malah melekat semakin dalam.Aku sangat jijik. Bukan hanya dengan mereka tapi dengan diriku sendiri. Membayangkannya saja aku sudah merasa buruk.Jangan-jangan benar kata Alvia, bahwa selama ini, aku hanya menjadi pelampiasan nafsu Mas Haikal itu pun karena Bunda dan apa yang kusentuh tak lebih da
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status