Share

Bab 14. Pengakuan

Baper itu ada porsinya. Itulah prinsip yang kupegang tapi kalau bapernya sampai ke ubun-ubun gimana? Itulah yang sedang kuidap sekarang.

Bagaimana aku tidak baper jika kepalaku berada dekat dengan dada Mas Haikal? Pakai beradu pandang segala lagi. Kan, aku jadi deg-degan dan panas dingin.

Lagian sih Mas Haikal suka bermain api, buat menjelaskan saja harus gengdongan segala sampai mobil lagi. Enggak bisa apa pakai cara lebih manusiawi bukan ala preman begini?

Dasar aneh! Bikin jantung kelojotan aja.

"Masih manyun aja nih? Mau denger penjelasan gak atau mau beneran di ranjang?" ucapnya dengan ekspresi menggoda.

"Berisik! Apaan sih? Gak lucu ya, Mas? Ni masih di jalan loh," balasku tanpa melihatnya.

Heran, masih di mobil juga mainannya ngancam terus. Aku memilih melemparkan wajah ke samping jendela melihat situasi yang ada di luar sana dibanding makin terpesona sama si mantan kakak angkat.

"Oke, Mas jelasin ya adik eh istri manis."

What? Adik manis katanya? Keceplosannya bikin sakit.

"
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sitibarokah Barokah
baguss sekali
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status