Semua Bab Berbagi Apartemen dengan Ketua BEM: Bab 11 - Bab 20
116 Bab
Diyagara Bumi
“Dek, kan udah abang bilang abang aja yang jemput, kenapa malah naik sepeda? Kaki lo kan masih sakit.” Baru saja datang tapi pemuda itu langsung mengomeli adiknya, yang Kaila tebak adalah Rania. Pemuda itu masih belum menyadari keberadaan Kaila karena tatapannya hanya terfokus pada adiknya. “Ah, ribet banget. Lagian ini juga udah gak sakit lagi,” balas Rania. Adrian menghela napas. “Om tanya, kalian berdua ngapain di sini?” tanyanya lagi karena pertanyaan tadi tidak dijawab oleh Rania. “Ya mau liat kafe Om, lah. Kemarin pas opening gak sempet ke sini karena aku kecelakaan sepeda.” Rania menjelaskan, dan ia baru ingat akan sesuatu. “Tangannya Kak Kai masih sakit?” tanya Rania pada Kaila, ia berjalan mendekati Kaila dan saat itulah pemuda itu menatap Kaila. Matanya terbuka lebar. Kaila tidak mempedulikan tatapan pemuda itu. Ia memperhatikan Rania yang meraih tangannya. Rania terlihat kaget karena Kaila sudah membuka kapas dan perbannya sejak kemarin,
Baca selengkapnya
Ajakan Makan
Kaila diam di tempatnya. Matanya menatap obat yang masih ada di samping tempat cuci piring, begitu juga dengan Bumi yang masih berdiri di sana. Ia baru saja berniat untuk pergi dari sana tapi dihentikan oleh Kaila. “Tunggu,” ujar Kaila. Bumi berhenti dan menoleh. Kaila mengambil obat itu dan memberikannya pada Bumi. Pemuda itu mengernyitkan dahinya. “Gak usah, udah gue obatin,” ujarnya dengan tangan yang masih menggantung di udara sembari memegang obat. Bumi tidak segera mengambilnya. Dahinya masih berkerut dan menatap Kaila dengan lekat. “Tangan gue pegel nih,” ujar Kaila karena obat itu tak kunjung diambil oleh Bumi. Kaila mengambil tangan Bumi dan meletakkan obat itu di tangannya. Bumi tidak bereaksi apa-apa, ia seperti orang bodoh saat ini. Masalahnya ini kali pertama niat baiknya ditolak oleh seorang gadis, apalagi oleh gadis yang sudah mencuri ciuman pertamanya. Ya, semalam adalah ciuman pertama Bumi. Kaila mencurinya. Bumi mengatakan itu karena memang Kaila yang mulai
Baca selengkapnya
Angkasa Raya
“Gak gak gak, enak aja.”Angkasa menggerakkan tangannya sembari menggelengkan kepalanya di depan Kaila yang berkacak pinggang.“Gue tadi udah mau cuci piring, tapi temen gue nelpon dan butuh sesuatu di laptop gue, makanya belum gue cuci,” bela Angkasa.Kaila menyipitkan matanya. “Tiga ratus ribu!”“Ya!” Angkasa tidak terima.“Apa?” tantang Kaila.Mereka berdua menatap satu sama lain dengan perasaan kesal yang terlihat jelas di raut wajah mereka berdua. Angkasa dengan kaos putih polos dan rambut yang masih sedikit berantakan, sedangkan Kaila yang sudah rapi dan siap untuk pergi ke kampus.Ini masih jam setengah delapan pagi, tapi kedua orang ini sudah ribut masalah cuci piring yang tidak dilakukan oleh Angkasa, padahal pemuda itu sendiri yang bilang untuk selalu cuci piring setelah makan dan masak.“Ini gue cuci, Kai,” balas Angkasa dan mulai menghidupkan keran. Ia mengangkat spons dan menunjukkannya pada Kaila.“Tiga ratus ribu.” Kaila tidak bergeming dari tempatnya berdiri.Angkasa m
Baca selengkapnya
Bertukar Ponsel
Kaila menaiki angkot tanpa tahu kalau ponsel yang ia pegang sekarang adalah ponsel milik Angkasa.Sebelumnya Kaila memang memegang ponselnya di tangan kanannya sedangkan dia mengeluarkan ponsel Angkasa dari saku kemejanya menggunakan tangan kirinya. Saat itulah ia lupa dan malah memberikan ponselnya alih-alih ponsel Angkasa.Angkotnya baru saja pergi ketika Angkasa tiba di lantai bawah. Pemuda itu melihat ke kiri dan ke kanan mencari keberadaan Kaila tanpa tahu kalau sang gadis sudah pergi dengan angkot yang ia lihat sekilas tadi.Pemuda itu mengacak rambutnya.Masalahnya, mereka tidak punya nomor satu sama lain.“Aish Kai,” rutuknya dan kembali ke dalam gedung.---Kaila merasa tasnya terus saja bergetar.Ia sedang mendengarkan dosen menjelaskan dan dia mendapat kursi di depan sekali. Ia datang terlambat karena berdebat dengan Angkasa pagi tadi, jadinya hanya kursi depan yang tersisa.Tangan gadis itu sedang menulis di kertas sembari matanya bolak-balik dari papan tulis dan ke binder
Baca selengkapnya
Kabur
Kaila menatap ponsel itu dalam diam. Ia tidak bisa membuka ponsel milik Angkasa karena pemuda itu menggunakan password dan sidik jari, tapi pop up notifnya memunculkan isi chat, makanya Kaila bisa melihat chat yang dikirim oleh seseorang bernama Henni itu. Ponselnya kembali bergetar hebat. Ada banyak pesan yang masuk. Semuanya dari Henni. Henni: Sa, kangen Henni: Asaaaa Henni: Kamu kenapa jauhin aku sih? Henni: Aku liat kamu naik motor, mau ke mana? Henni: Sayang Kaila memutuskan untuk memasukkan ponsel itu ke dalam tasnya. Ia tidak ingin melihat isinya lagi meskipun sekarang ponsel itu masih terus bergetar. Ia mengedarkan pandangannya dan melihat beberapa mahasiswa berlalu-lalang di koridor tempatnya sekarang. Semuanya punya partner mengobrol, kecuali dirinya. Hanya dirinya satu-satunya yang tidak punya teman di sini. Kaila menghela napas dan kembali membaca isi mading. Ada banyak informasi mengenai beasiswa di sana, sedangkan Kaila tidak mungkin bisa ikut beasiswa karena n
Baca selengkapnya
Dijodohin dengan Om-Om
Kaila masih berdiri di tempatnya. Ia bisa melihat Angkasa yang menatap dirinya bingung. Kaila juga bisa mendengar langkah kaki semakin mendekat ke arahnya. Kak Eric semakin mendekati dirinya. “Ngapain?” tanya Kak Eric tepat di samping Kaila. Gadis itu mengeras. Raut wajahnya terlihat datar. Selama ini ia selalu kabur dari Kakaknya. Ia tidak ingin bertemu dengan Kakaknya, ia benci dengan Kakaknya yang meninggalkan dirinya sendirian dengan beban yang banyak sedangkan Kakaknya hidup dengan damai bersama Papanya. Kaila tidak menoleh sedikit pun dan langsung hendak pergi dari sana, tapi tidak semudah itu. Eric langsung menahan tangan Kaila dengan cepat. “Mau ke mana lagi, Kai?” tanyanya. “Lo udah kabur dari rumah selama satu minggu,” lanjutnya. “Gue gak kabur,” balas Kaila. “Gue diusir.” Angkasa bisa mendengar percakapan kedua kakak beradik itu karena jarak mereka masih sangat dekat, hanya terpisahkan beberapa jengkal kaki. “Mama gak pernah niat buat ngusir lo,” ujar Kak Eric denga
Baca selengkapnya
Subuh Talk
Udara dingin mengenai kulit Kaila dan membuat bulu kuduknya berdiri. Ia menekuk lututnya dan memeluk dirinya sendiri. Saat ini, Kaila sedang duduk di balkon apartemennya. Langit masih gelap, jalanan juga masih sepi tapi ia bisa melihat pedagang kaki lima mulai membuka lapak dan menyiapkan jualannya. Kaila bahkan bisa mencium aroma bubur ayam dari tempatnya sekarang. Nasi uduk, nasi kuning, dan berbagai macam sarapan yang ada di depan apartemennya. Ia juga melihat seorang ibu-ibu yang membawa satu buah keranjang belanjaan yang berisi sayur dan beberapa kebutuhan dapur lainnya. Gadis itu meraih gelas yang ada di sampingnya dan meminumnya dengan perlahan. Ia tidak bisa tidur. Sedari tadi ia mencoba untuk tidur tapi matanya masih kunjung belum ingin menutup. “Gak tidur lo?” Suara Angkasa mengagetkan Kaila. Gadis itu hampir menjerit dan memecahkan satu buah gelas lagi, tapi untung saja baru hampir, bukan beneran pecah. “Lo bisa gak jangan ngagetin?” keluh Kaila. Ia meletak
Baca selengkapnya
Angkasa dan Bumi
Kaila lagi-lagi menguap. Hari ini Kaila sudah menguap mungkin hampir empat puluh kali, dan ini masih jam enam sore. Dia sangat mengantuk karena semalam tidak tidur sama sekali, sedangkan piring serta gelas berhamburan di depannya saat ini. Meminta Kaila untuk segera membersihkan mereka yang kotor. Setelah kelas jam dua siang tadi, ia langsung menuju kafe meskipun masih ada cukup waktu untuk dirinya, tapi ia memilih untuk segera pergi ke kafe. Lagipula ia tidak punya tujuan lain. Shiftnya dimulai dari jam tiga sore sampai jam sepuluh malam. Hari ini kafe sangat ramai, Kaila tidak berhenti membersihkan piring dan gelas dan sesekali ia juga membantu Bang Yansa yang sibuk menyiapkan pesanan pelanggan. Kaila sudah menduganya, karena hari ini sangat panas. Sejak tadi pagi, sudah terlihat kalau matahari akan menantang seluruh umat manusia dengan panasnya. Baru satu jam yang lalu cuaca sudah agak mendingan karena matahari juga sudah mulai bersembunyi dan akan digantikan dengan malam hari
Baca selengkapnya
Wajah Datarnya
“Pop, Kaila mana?” tanya seorang pemuda yang angkasa tidak tahu siapa.Pemuda itu berbarengan dengan dirinya masuk ke kafe ini tadi. Ia juga tampak mengenal orang-orang yang bekerja di sini. Mungkin pemiliknya, pikir Angkasa, atau paling tidak anak pemiliknya.“Barusan ke belakang,” jawab gadis itu, yang ternyata bernama Popi, teman kerjanya Kaila.Pemuda itu mengangguk dan segera menyusul Kaila ke belakang. Ia menghilang dari balik tirai. Angkasa mencoba untuk fokus dengan apa yang dikatakan Altar saat ini karena pemuda itu sedang menjelaskan rencana BEM yang akan datang, tapi Ketua BEM-nya malah tidak menyimak.“Lo beneran gue tonjok ya, Sa,” kesal Altar karena mata Angkasa hanya menunduk dan menatap kopinya yang sudah hampir dingin tapi belum disentuhnya.“Hah, kenapa?” balas Angkasa segera mendongak.Altar menghela napas pelan. “Lo lagi ada masalah?” tanyanya pada akhirnya, ia sudah ingin bertanya sejak tadi. Sejak Angkasa menanyakan pertanyaan yang aneh menurut Altar.Angkasa men
Baca selengkapnya
Kak Asa
“Lho, Bang Asa bukan?”Bumi berdiri dan menunjuk Angkasa yang juga berdiri di belakangnya, tepatnya bertumpu pada meja kasir dan menatap Kaila yang sedang mengobati lukanya. Gadis itu juga mendongak karena mendengar Bumi menyebut nama Angkasa.Angkasa terlihat bingung. “Iya,” balasnya. “Kok bisa tau gue?” tanya Angkasa memuaskan rasa penasarannya, kenapa Bumi bisa mengenalnya sedangkan dirinya tidak mengenal Bumi?“Ketua BEM kampus siapa yang gak kenal sih,” balas Bumi tertawa.Ah, dia lupa kalau dirinya adalah ketua BEM kampus, wajar saja orang banyak mengenalnya. Hm, lama-lama Angkasa juga bisa sombong nih karena banyak yang kenal dengan dirinya.Angkasa tertawa menanggapi Bumi. “Oh haha, jurusan apa emang?” tanya Angkasa pada pemuda itu.“Manajemen bang, baru masuk,” jawab Bumi dan menarik perhatian Kaila.Kaila tidak tahu kalau Bumi adik tingkatnya, ia pikir mereka berdua sebaya tapi siapa yang mengira kalau ternyata Bumi lebih muda dari dirinya, dan merupakan adik tingkatnya.Ang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status