Semua Bab Istri Kedua Tak Berarti Pelakor: Bab 21 - Bab 30
112 Bab
Kita Menikah
“Kenapa aku bisa ada di kamar Pak Rangga?” Rangga yang masih berdiri sambil menatap Hayati masih dengan posisinya duduk di atas ranjang. “Aku pindahkan ke sini, karena kamar kamu sepertinya tidak nyaman,” ucap Rangga singkat. Tidak mungkin dia menyampaikan pada Hayati karena dirinya terlalu khawatir dengan keadaan Hayati juga karena harus menemani wanita itu selama jatuh sakit. “Pak Rangga percaya kalau aku kemarin bukan mau kabur tapi bersembunyi,” jelas Hayati pada Rangga yang masih berdiri tepat di hadapannya. Rangga hanya mengedikkan bahunya lalu duduk di tepi ranjang. “Katanya mau ada yang dibicarakan dengan aku?” “Hm, kita lihat besok. Hari ini pulihkan benar kondisi tubuh kamu,” nasihat Rangga pada Hayati. Rangga melihat obat yang harus diminum sudah disediakan oleh Ibu Ida, “Minum obatmu,” titah Rangga. *** Pagi ini, Hayati masih nyaman membenamkan sebagian wajahnya pada bantal yang masih meninggalkan wangi parfum pemilik kamar. Rangga masih membiarkan Hayati berada di kam
Baca selengkapnya
Belajar Mencintai Aku
“Bagaimana kalau kita menikah?” tanya Rangga. “Hahh.” Respon yang aneh yang ditunjukkan oleh Hayati mendengar pertanyaan Rangga. “Pak Rangga bercanda ya?” Rangga memperhatikan interaksi putranya dengan Hayati hari ini juga sebelumnya saat Hayati berada di kediaman keluarga Rangga. Tepatnya saat Hayati masih menjadi istri kedua Rama. Setelah rencana menggugat cerai Ibu Aska dan akhirnya mereka saat ini sudah resmi bercerai, Rangga berjanji akan menikah lagi dengan wanita yang benar-benar hanya fokus sebagai Ibu rumah tangga. Peduli dengan anak-anak terutama dirinya sebagai suami. Dia tidak membutuhkan wanita karir karena hasil jerih payahnya bekerja cukup untuk menghidupi keluarganya dengan layak. Rangga melihat hal itu pada diri Hayati, keibuan dan sosok penyayang. Kalau dilihat dari penampilan Hayati tidak kalah menarik cenderung cantik bahkan Rangga tergoda jika hanya berada dekat dengan Hayati. Rangga berdehem untuk mengusir bayangan dalam benaknya yang mulai aneh-aneh. “Apa ala
Baca selengkapnya
Dimulai Dengan Ini
Hayati tidak menyangka jika Rangga bisa bicara selugas itu. Sebelumnya dia mengenal Rangga sebagai pria angkuh, cuek bahkan kasar karena pernah mengancam hidupnya bahkan sampai sekarang masih dengan sengaja tidak memperbolehkan Hayati pergi dari apartemen.Apa mungkin Rangga memang benar-benar mencintainya. “Kalau aku mau mulai dari sekarang, lalu harus bagaimana? Aku belum pernah menyukai atau jatuh cinta pada seseorang,” ujar Hayati. Rangga malah terkekeh, “Ikuti kata hatimu, jangan mencintai karena terpaksa.”“Bangunlah, sebentar lagi Aska selesai mandi. Bisa buatkan sarapan untuk kami?” tanya Rangga. “Aska sudah bangun?” tanya Hayati.Rangga berdecak mendengar pertanyaan Hayati, “Makanya cepat bangun putri tidur,” ejek Rangga lalu melangkah keluar dari kamar Hayati. Keluar dari kamar setelah mandi dan mengganti pakaiannya, Hayati menuju ruang keluarga dimana Aska sedang menonton televisi saluran anak-anak.“Lagi nonton apa sih?” tanya Hayati sambil duduk di samping Aska.“Uni, sud
Baca selengkapnya
Menunggu Rangga
“Cintai aku mulai dengan ini,” ujar Rangga lalu menyatukan bibir mereka. Hayati membelalakkan kedua matanya saat Rangga tiba-tiba menciumnya. Ini adalah kedua kalinya Rangga melakukan hal itu. Dia hanya bisa diam saat Rangga menghisap bibirnya bahkan saat bibirnya mendapatkan gigitan membuatnya memberi celah untuk lidah Rangga menelusup dan bermain di rongga mulutnya.Hayati benar-benar tidak tahu harus memberi respon apa, dia hanya diam saat lidah Rangga bergerilya di dalam mulutnya. Akhirnya pagutan itu pun berakhir, Hayati yang sedikit terengah meraup oksigen perlahan. Wajah Rangga masih berada sangat dekat dengan wajah Hayati . bahkan hembusan nafas pria itu masih terasa di keningnya“Kenapa? Mau lagi,” ejek Rangga. Hayati berdecak lalu mendorong dada Rangga dengan kedua tangannya. Namun, tenaga yang dikeluarkan sepertinya tidak seberapa karena tubuh Rangga tidak bergeser sedikitpun.“Aku hanya minta ponsel, tapi malah ....”“Jadi, kamu menerima tawaran dariku?” tanya Rangga denga
Baca selengkapnya
Persiapan Pernikahan
“Pak Rangga,” ucap Hayati setelah mengetahui siapa yang sudah berani meninggalkan jejak di pipinya. Rangga duduk di samping Hayati, “Kenapa? Masih mau lagi?” Hayati berdecak mendengar pertanyaan Rangga. “Pak Rangga mau makan malam di sini?” “Hm.” Rangga fokus ada ponsel di tangannya. Sedangkan Hayati kembali menyimak apa yang sedang dia tonton. “Tuan Rangga, ini makan malamnya sudah siap,” ujar Bu Ida. Rangga berdiri dan melangkah menuju meja makan, mengetahui Hayati tidak mengikutinya dia pun memanggil Hayati. “Hayati,” panggil Rangga. Mendengar ada penekanan dalam panggilannya, Hayati bergegas menuju ke meja makan dan benar saja Rangga menatap tajam ke arahnya. “Kamu pikir aku pulang kesini, untuk apa kalau bukan ingin makan malam bersama kamu,” ungkap Rangga. Setelah menikmati makan malam dalam diam, “Aku mandi dulu, nanti kita bicara,” ujar Rangga. Hayati hanya mengangguk lalu membantu Bu Ida membereskan meja makan. Tiga puluh menit kemudian, Rangga keluar dari kamarnya. Men
Baca selengkapnya
Siapa Perempuan Itu
“Rangga,” panggil seseorang. Rangga dan Hayati menoleh ke arah suara. Wanita dengan setelan kerja yang terlihat sangat elegan dan cantik. Hayati pernah melihat fotonya di kediaman keluarga Adam. “Renata,” ucap Rangga datar. “Wah, aku tidak menyangka kita bertemu di sini. Siapa dia?” tanya Renata sambil menoleh menatap Hayati. Rangga baru akan menjawab saat Susan datang, “Renata! Tumben ke sini tidak berkabar dan kebetulan sekali ya,” ujar Susan sambil menatap Renata dan Hayati bergantian. “Aku ada acara mendadak, tahu sendiri salah satu desain busana yang nyaman untuk aku ya disini,” jawab Renata. Susan tidak ingin suasana menjadi canggung, apalagi Rangga dan Hayati sedang memilih busana yang akan menyertai akad nikah mereka. “Ikut aku, ada beberapa design baru,” ajak Susan pada Renata. Dalam hati Rangga sangat lega karena Susan pandai cukup memahami situasi. “Kenapa?” tanyanya pada Hayati yang terlihat melamun. “Oh, nggak apa-apa. Perempuan tadi ....” “Iya, dia Mamanya Aska,” j
Baca selengkapnya
Kamu ...
Rangga mengajak Hayati untuk sekalian makan malam, setelah mendapatkan cincin dan perhiasan juga kebaya untuk pernikahan mereka. "Setelah ini kita langsung pulang, Pak?" tanya Hayati saat mereka baru saja duduk. Rangga sengaja memilih meja yang berada di sudut ruangan agar Hayati merasa nyaman. Rangga tidak percaya jika masih ada perempuan seperti Hayati, yang biasa saja saat diajak berbelanja. Tidak seperti perempuan lainnya yang mungkin akan lupa diri ketika mendapatkan kesempatan berbelanja. "Kamu masih ada yang ingin dibeli? Kebutuhan kamu? Pakaian atau ...." "Tapi tadi Pak Rangga sudah ambil banyak pakaian untuk saya," sela Hayati. "Itu dress dan pakaian resmi. Siapa tau kamu butuh yang lain, sekalian kita masih disini.” Pelayan membawakan buku menu, Rangga menunjuk beberapa menu tanpa bertanya pada Hayati. "Pak Rangga, ponsel saya gimana?" tanya Hayati. "Kenapa dengan ponsel kamu, mau ganti baru?" tanya Rangga pura-pura bodoh. Hayati berdecak, "Bukan ganti baru, aku ingin
Baca selengkapnya
Untuk Apa Pakai Baju
Pintu lift akhirnya terbuka, “Loh, kamu temannya Rangga 'kan?" tanya seorang wanita yang baru saja keluar dari lift. Hayati tersenyum sambil melangkah mundur memberikan kesempatan orang lain lebih dulu menggunakan lift. Karena tidak mungkin Hayati meninggalkan wanita yang baru saja menyapanya. Renata, wanita itu adalah mantan istri Rangga. "Mau kemana?" tanya Renata."Hmm." "Oh, sorry. Harusnya aku nggak tanya, have fun ya," ujar Renata sambil bertanya. Entah apa yang ada dipikiran Renata dengan mengucapkan hal itu pada Hayati.Kini Hayati dan Bu Ida sudah berada di depan pintu sebuah kamar. Entah mengapa Hayati merasa gugup, jantungnya berdetak lebih kencang. Apalagi saat pintu kamar terbuka, seorang pria yang usianya lebih muda dari Rangga tersenyum dan menganggukkan kepalanya pada Hayati. Kini Hayati sudah selesai di make up dan mengenakan kebaya pilihan dirinya dan Rangga. Menatap penampilannya di cermin, memastikan tidak ada cela karena tidak ingin mengecewakan Rangga. "Nona
Baca selengkapnya
Tunggu Dulu
Rangga sudah berdiri di belakang tubuh Hayati, dengan tangan berada di kedua pundak wanita yang saat ini sudah resmi menjadi istrinya. “Biar aku bantu,” ujar Rangga. Kedua tangannya mulai melepaskan satu persatu hiasan di rambut Hayati. Sesekali tubuh Rangga tidak sengaja menempel pada punggung Hayati menimbulkan efek tidak biasa untuk keduanya. Jika Rangga sudah pernah mereguk manisnya malam pertama pernikahan dan sebelumnya sudah terbiasa dengan aktivitas ranjang bersama mantan istrinya berbeda dengan Hayati. Umur yang masih muda tapi dia sudah dua kali melangsungkan pernikahan. Dengan statusnya sebagai janda tapi kondisinya masih suci, tentu saja belum ada pengalaman mengenai kegiatan malam pertama pasangan pengantin. Hayati membersihkan sisa make up di wajahnya sekaligus mengusir rasa canggung. Hayati refleks berdiri karena melihat gelagat Rangga yang semakin merapatkan tubuhnya. “Saya mau mandi dulu, Pak,” ujar Hayati sambil melangkah meninggalkan Rangga yang masih terpaku mema
Baca selengkapnya
Menjadi Wanita Seutuhnya
“Pak Rangga, tunggu dulu,” pekik Hayati. “Kenapa?” tanya Rangga. “Pak, saya ... takut,” gumam Hayati. Bukan hanya karena ini adalah pengalaman pertamanya tapi juga bingung yang melanda hati. Ada rasa ragu dalam diri Hayati, meragukan cinta Rangga untuknya juga apakah dirinya sudah mencintai Rangga atau belum. Rangga mencebik mendengar keluhan Hayati. Mengapa harus takut jika kamu pernah melalui apa yang akan kita lakukan, atau mungkin Hayati takut jika aku akan melakukannya dengan kasar, batin Rangga. "Kamu tenang saja, aku akan melakukannya dengan pelan dan lembut," ujar Rangga mencoba menenangkan Hayati. "Cukup nikmati, karena bisa jadi kamu akan ketagihan dengan sentuhanku," ledek Rangga membuat Hayati refleks memukul pelan dada suaminya. "Sudah siap?" tanya Rangga setelah keduanya mengucap doa dalam hati. Hayati menganggukkan kepalanya pelan, membuat senyum terbit di wajah Rangga. Pria itu melepaskan handuk yang masih menutupi bagian bawah tubuhnya dan melempar entah kemana
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status