All Chapters of Bos Arogan itu Mantan Pacarku: Chapter 61 - Chapter 70
127 Chapters
Bab. 61 Kabar Duka
“Kak Viv,” ucap Alisa yang kini meletakkan tangan kanannya ke belakang. Terlihat tetesan darah segar yang masih terlihat jelas di lantai kamar ini. “Apa yang kamu sembunyikan dariku, Sa?”Wajah panik terlihat dari kedua gadis berambut panjang itu, binar mata indah yang selalu mereka tampakkan kini berubah menjadi mata yang basah, menahan air mata di pelupuk mata mereka. Bahkan mata Lesta terlihat memerah, seperti menahan tangis yang cukup lama. Sesaat kemudian mereka saling menunduk. Kedua gadis itu saling terdiam, tak ada sepatah kata yang keluar sedikitpun dari bibir mereka. “Alisa, kakak tanya sama kamu. Apa yang kamu sembunyikan?” tanyaku yang sedikit meninggi. Terdengar suara langkah yang mendekat, hingga pandangan kami menuju ke sumber suara. 2 lelaki yang pernah ada di hidupku itu mengekoriku dan masuk ke dalam kamar. Sedetik kemudian aku kembali memfokuskan diri kepada adik tersayangku. “Itu apa?” Tanyaku sambil menunjuk kotak p3k yang berada di tengah-tengah Alisa dan Le
Read more
Bab. 62 Kabar Duka 2
Aku terdiam, hanya mampu memeluk tubuh kecil itu. Sedangkan dari tatapan Lesta maupun Haikal, aku menemukan rasa sakit yang amat sangat. Drama pembunuhan usai, Leo dikebumikan di halaman belakang tak jauh dari kandangnya. Lesta tampak terdiam sambil mengelus rambut tebal milik kucing besar itu, tangisnya terus pecah bersamaan Leo yang ditimbun oleh tanah. “Maafkan, Kakak ya, Dek!” terdengar bisikan dari lelaki yang berada di sebelahnya. Meskipun ucapan itu setengah berbisik tapi aku jelas mendengarnya. “Gak papa, Kak. Mungkin takdir Leo memang sampai hari ini.” Lesta tampak mengusap air mata yang terus berjatuhan membasahi pipi. “Semoga ayah gak akan marah sama Lesta,” ucapnya lirih. “Gak akan, Dek. Ayah sangat menyayangimu.” Kedua kakak adik itu saling berpelukan, mendatangkan rasa haru dalam diriku. Ditengah sikap kasar Haikal yang dulunya terus bersemayam, ternyata ia begitu menyayangi keluarganya. **Kami ijin pulang, disaat malam sudah benar-gelap, Cahaya terang bulan dan
Read more
bab. 63 Hilangnya belahan jiwa
“Reynan,” ucapku lirih masih tak percaya dengan apa yang aku dengar“Benar, pengendara pemilik identitas Reynan Pratama sedang mengalami kecelakaan. Saat ini beliau sedang dilarikan ke rumah sakit Praha medika.”“Terima kasih, Pak.”Aku masuk ke dalam kamar Alisa, hendak ijin melihat kondisi Rey. Mata yang kini terlelap, membuatku tak tega jika harus membangunkannya. Hanya meninggalkan secarik kertas memo yang kuletakkan di meja kamarnya.Berbekal motor matic Alisa, aku menyusuri gelapnya malam jalanan ini. Sudah tak lagi peduli dengan apa itu penjahat, pencopet, atau justru makhluk halus, fokusku kini hanya lebih cepat sampai ke rumah sakit. Terus kutarik gas motor itu lebih dalam, berharap laju kendaraan yang dipercepat akan segera mengantarku ke tempat rey terawat. Air mataku tak kuasa aku tahan. Sepanjang perjalanan , benda cair itu terus luruh membasahi pipiku. Aku terus merutuki diri, karena tak menahan Rey untuk bermalam di rumah. Andai saat itu aku memaksa kekasihku untuk tin
Read more
bab. 64 Hilangnya belahan jiwa 2
Indra jongkok, mensejajarkan tubuhnya terhadapku. Ia mengarahkan pandangan kepada kelompok pengiring jenazah rey, sambil menunjuk satu lelaki berambut putih, penuh dengan uban. “Itu, ayahnya REynan. Tepatnya ayah angkat. Ia baru saja mendarat ke indo 10 menit yang lalu, mendapati kenyataan yang memilukan hati."Aku hanya memandang, tak mampu berucap. Lidahku terasa kilu, pita suaraku mendadak rusak, bahkan tenggorokan ini pun terasa kering merontang.“Wanita itu, ibu angkatnya reynan, dia sangat menyanyangi rey, bahkan menganggap kekasihmu itu seperti anaknya sendiri.”Aku menatap Wanita paruh baya yang di tunjuk indra, matanya pun tak kalah basah dari mataku, bahkan isak tangis terdengar sampai sini.“Aku ingin bertemu, Rey, Ndra. Aku ingin bertemu meskipun terakhir kalinya.”Sampai detik ini, aku masih tak percaya dengan semua yang kulihat maupun kudengar. Aku ingin melihat keadaan rey sendiri untuk memastikan.“Kamu sanggup? Tubuh Rey terpisah menjadi beberapa bagian, darahnya men
Read more
bab. 65 Menatap masa depan
Seminggu ini, semua berjalan begitu berat. Aku sepeti tak memiliki semangat untuk hidup. Senyum yang biasa menyapaku di jam kerja, Rayuan konyol yang dilontakan rey kepadaku, semua terus berputar dalam memori otakku. Aku bahkan memilih resign dari tempat kerja, karena tak kuat jika harus terus menangis, mengingat bos arogan itu. “Kak, makan dulu yuk!" seru Alisa sambil memberikanku sepiring nasi dengan lauk oseng teri. Menu yang dulunya menjadi makanan favoritku.“Taruh situ saja, Sa. Kakak belum lapar,” ucapku sambil menunjuk meja dekat Kasur.“Gak lapar bagaimana? Kak Vivian itu sudah 2 hari gak makan, lihatlah tubuhmu, Kak! Apa kakak pikir jika kak reynan melihat kak viv seperti ini, ia kan Bahagia di atas sana? Ia akan menangis, dan terus diliputi rasa bersalah."Aku terdiam, menatap jendela kamar, yang menjadi penghubung rumah dan dunia luar, hampir seminggu lamanya, aku menghabiskan waktu disini untuk menyendiri, dan menata hati. sayang, sekuat apapun aku menyusun keping-kepin
Read more
Bab. 66 Menatap masa depan 2
“It’s okay. Tak masalah,” ucapnya yang kini mengarahkan pandangan ke arahku. Tak sengaja pandangan kami bertemu, hingga menghadirkan rasa yang memilukan hati. Dulu, jika reynan memergokiku bertemu dengan Haikal, kekasihku itu akan cemburu buta, dan uring-uringan tak jelas seharian.Aku terus memandang lelaki di sebelahku, bahkan sama sekali tak berkedip, berharap rey akan hadir, dan Kembali cemburu kepadaku, hingga tak terasa air mata ini luruh, bersamaan dengan isak tangis di dalamnya.Aku benar-benar tak menyangka hidup bos aroganku itu sesingkat ini.Haikal memajukan meja yang menjadi sekat diantara kami, lalu menggeser kursi yang ditempatinya mendekat kearahku.“Viv, bersandaralah, jika kamu butuh sandaran,” ucap lelaki itu sambil menepuk pundaknya.“Aku tak yakin jika berada di posisimu akan sekuat kamu, menangislah!” ucap Haikal sambil menuntun kepalaku untuk bersender di bahunya. Aku menurut, hingga tangisku Kembali pecah. Menumpahkan segala rasa yang terus sesak di hatiku, men
Read more
bab. 67 Malam Pengantin
Aku belajar menata hatiku, mencoba berdamai dengan keadaan dan takdir, mungkin sudah suratan dari semesta, untuk aku tak bersama Reynan. Meskipun sungguh dalam hati kecilku menginginkannya. Beginilah hidup, semua tak selalu seperti apa yang sudah kita rancang. Dengan angin sepoi yang menyapa, aku kembali menatap nisan bertuliskan nama dari bos Aroganku itu, bos yang selama ini membuatku berdegup kencang tiap kali bersamanya, bos yang selalu ada dihatiku, lebih dari 5 tahun lamanya. Seperti kata Alisa, Rey pasti akan ikut sedih jika aku terus terpuruk, dan aku harus bangkit, kembali membentuk Purcel dari sisa -sisa kepingan hatiku. “Kak, sudah. Ayo kita pulang! Kakak mesti siap-siap untuk pernikahan kakak dan kak Haikal.”Alisa menepuk pundakku, menyadarkan aku dengan lamunan indah bersama lelaki yang kini telah tertutup gundukan tanah. “Rey, aku pulang dulu ya! Aku pamit, sekalian ijin. Hari ini aku akan menikah dengan Haikal. Doakan aku supaya bisa terus bahagia seperti pintamu.”
Read more
bab. 68 Malam pernikahan 2
“Aku bahagia bisa melihatmu sedekat ini, Viv. Bisa kembali menghirup aroma tubuhmu.”Aku terdiam, bingung sendiri mau menjawab apa. Hingga tiba-tiba tangan ini diraihnya dan diletakkan di dada yang terbalut oleh pakaian tipis yang dikenakan. “Bisa kamu rasakan tidak? Jantungku berdegup lebih kencang setiap kali bersamamu.”Aku tersenyum. “Bukankah kamu mania wanita? Aku tahu sekali kamu sering bergonta ganti pasangan kan?”Lelaki itu tersenyum. “Tapi semua tak ada yang sepertimu.”Aku mendelik ke arahnya. “Berarti benarkan?” Lelaki itu terkekeh. “Hanya sebatas mainan, Viv. Bukan untuk serius.”“Wanita sebagai mainan? Berarti saat ini aku mainanmu kan?” Suaraku sedikit meninggi mendengar penjelasannya “bukan seperti itu. Kalau kamu mainan, tidak mungkin kita nikah.”“Kamu bohong. Nyatanya pernikahan kita yang dulu kamu jadikan tempat mainanmu.”“Ampun, Viv. Aku kalah jika harus berdebat denganmu. Yang pasti aku mencintaimu.” Tanpa aba-aba lelaki itu mencium keningku lalu memeluk t
Read more
bab. 69. Sekedar mirip?
Secepat kilat lelaki itu mengambil benda yang terjatuh, lalu kembali melilitkannya di tubuh bagian bawah. Hingga segitiga yang menjadi bahan penutup barang rahasianya itu tampak, berwarna merah tua.‘Untung saja, ia masih pakai celana dalam, seenggaknya mataku masih virgin,' batinku sambil mengurut dada. Tampak canggung, tak ada percakapan setelah itu. Saling sibuk dengan pikiran masing-masing dan kesibukan masing-masing. Ya, lebih tepatnya aku yang menyibukkan diri. Aku membantu menyiapkan makanan di dapur, dimana Lesta dan Alisa tengah duduk terlebih dulu. Mereka semakin akrab, dan bahkan mereka tidur sekamar. Adikku telah terbalut pakaian rapi, baju berkerah dengan lengan pendek serta rok sejengkal di bawah lutut, dengan tas ransel yang disandarkan di kursinya. “Kak, hari ini aku mau ke kampus. Ada pengumuman penerimaan calon mahasiswa.”“Apa perlu kakak antar?”“Enggak. Aku mau kesana bareng Lesta.”Wanita berambut panjang yang pernah bercita-cita jadi sailormoon itu terdiam,
Read more
bab. 70 sekedar mirip? (2)
Aku bingung sendiri menghabiskan waktuku seperti apa, sendirian dikamar tanpa tau aktifitas apa yang dilakukan. Menatap langit kamar, berjalan ke balkon, kembali merebahkan diri. Ya, tak ada aktifitas berarti. Mungkin seperti ini juga yang dirasakan Lesta, hingga ia ingin memiliki kesibukan dan memiliki manfaat dalam hidupnya. Aku memegang ponselku, menatap satu-satunya foto reynan yang kumiliki. Ketika kita masih sekantor dan bersama, kami sengaja melakukan foto selfie sesaat setelah makan siang. Foto reynan yang melingkarkaj lengan ke bahuku, sedangkan aku yang terkaget justru menatap ke arahnya. Ya, seperti itulah pose dalam kamera. “Rey, kamu jahat! Kamu pergi ... Kamu tak menepati janjimu,” ucapku lirih sambil memperbesar kamera, kupandang wajahnya yang manis, mata yang bulat dengan senyuman yang indah, senyuman khas yang tak pernah kujumpai dari siapapun. Tak sadar kuusap gambar wajahnya, seakan benar-benar membelai lelaki berparas tampan itu. Hatiku semakin sakit, sekuat ap
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status