Semua Bab SI KAYA YANG DIKIRA MISKIN: Bab 11 - Bab 20
28 Bab
Bab 11
"Apa? Mau apa? Kamu pikir aku bercanda? Kamu pikir aku nggak berani bunuh bayi ini? Hah?"Diki terdiam, nafasnya naik turun, kini ia benar-benar tak berkutik dengan ancaman Dea, ia tak mau hal buruk terjadi dengan anaknya. "Tunggu disini!" pinta Dea.Dea beranjak mendekati lemari, diambilnya sebotol obat berukuran kecil dan menunjukkannya pada Diki. "Kamu liat apa ini? Ini obat, dan kalau aku minum obat ini, hmmm ya kamu tau apa yang akan terjadi sama anak kamu Mas.""Astaghfirullah, Dea. Kenapa kamu begitu memaksakan diri Dea.""Karena aku ingin seperti Kakak iparmu Mas! Aku ingin di kagumi banyak orang. Aku ingin di hormati, dulu saat aku jadi guru, orang-orang menghormati aku, sekarang? Apa yang mereka liat dari aku? Mereka bahkan selalu merendahkan aku Mas!""Itu cuma perasaan kamu De.""Itu kenyataan!"jawab Dea dengan berteriak.Diki akhirnya terdiam. "Kita beli mobil besok! Harus!" Hardik Dea."Pikirkan De, dimana mobil itu nanti di simpan? Tidak ada jalan mobil ke rumah ini.
Baca selengkapnya
Bab 12. Terlilit Hutang
Kini hutang Dea kian menumpuk, banyak orang yang datang ke rumahnya sekedar untuk menagih. Tak jarang Dea sering bersembunyi di dalam rumahnya karena tidak bisa membayar hutang. Pagi hari di hari minggu, Diki tengah membenarkan kipas yang rusak. Tok tok tok. Assalamualaikum? ucap seorang wanita berusia empat puluh tahunan, dengan wajah yang nampak sedikit kesal."Waalaikumsalam," terdengar sahutan seorang lelaki, sembari membukakan pintu. " ya Bu?""Mbak Dea nya ada Mas?""Ada di belakang, sebentar ya saya panggil kan."Tak lama Diki kembali bersama Dea."Biar aku yang temani dia," pinta Dea pada suaminya, Diki pun mengiyakan dan membiarkan , Dea menemui tamunya di teras rumah. "Disini saja ya Bu Erah, di dalam ada suami saya.""Iya nggak apa-apa, gimana nih Bu Dea, ko cicilannya macet terus? Sudah tiga bulan loh ini.""Iya Bu, ekonomi lagi susah nih. Minggu besok lagi saja ke sini ya?""Tidak bisa Mbak Dea, sekarang waktunya bayar. Hutang Mbak sudah tujuh juta loh.""Apa? Tujuh
Baca selengkapnya
Bab 13 Kematian Diki
"Tidak! Aku tidak mau cerai. Aku tidak mau cerai Mas!""Cukup Dea! Cukup kamu buat aku pusing. Istri seperti kamu tidak bisa di nasehati dengan cara lembut.""Aku minta maaf, Mas. Aku janji, aku akan berubah lebih baik lagi.""Tidak! Sekarang juga serahkan mobil itu ke sowrum sekarang!"teriak Diki. Amarahnya saat ini tak bisa di tahan lagi, kekecewaannya sudah begitu besar pada Dea."Tidak Mas, jangan. Aku janji, aku bisa menyicilnya, aku akan bekerja keras untuk membayar semua hutang-hutang ku."Diki langsung mengambil kunci mobil dan bergegas menuju ke arah mobil Dea yang di simpan di kebun pinggir jalan raya. Tak tinggal diam Dea mengejar Diki untuk menghalanginya, hatinya tak ikhlas andai mobil itu harus di tarik."Mas, tunggu Mas, aku gak akan membiarkan kamu kembalikan mobilku ke sowrum. Kamu harus percaya sama aku, aku bisa kerja buat bayar cicilannya Mas,"ujar Dea dengan langkah cepat mengejar suaminya.Sementara Diki sudah tak peduli lagi dengan ocehan Dea, kepalanya terasa
Baca selengkapnya
Bab 14. Amnesia
"Aneh deh, masa kamu yang nemenin aku di sini? Mas?" teriak Dea memanggil manggil Gilang, namun Gilang tetap berlalu meninggalkan Dea dan Fitri."Udah, diem kalau ngerasa sakit. Tapi kalau ngerasa udah sembuh cepet pulang. Lagian gak betah aku lama-lama harus nungguin kamu di sini."hardik Fitri.Dea terdiam, wajahnya nampak sedih menatap pintu. Hatinya terasa begitu sakit saat keadaannya sakit, suami yang ia butuhkan perhatiannya memilih untuk pergi.(begitu pikirnya)**** "Masih ada yang terasa sakit Bu Dea?"tanya seorang dokter."Ini dok, sebelah dada terkadang nyeri.""Oh iya Bu, itu karena benturan. Lambat laun akan pulih dengan sendirinya.""Jadi kapan bisa pulangnya dok?" tanya Fitri. "Hmmm, hari ini juga boleh, semuanya terlihat membaik.""Allhamdulillah."Dan dokter pun meninggalkan ruangan Dea. "Cepat siap-siap kita pulang hari ini."Dea menuruti ucapan Fitri, ia bersiap membersihkan dirinya. Sementara Fitri menelepon Gilang untuk menjemput mereka. Setelah semua biaya suda
Baca selengkapnya
Bab 15. Permainan Dea
Part 14. Dea salah paham dalam menilai kebaikan Gilang. Hatinya begitu rapuh, saat ia begitu mengharapkan perhatian dari seseorang, kini Gilang bisa memberinya tanpa ia sadari hal itu akan menjadi bumerang untuk dirinya.[Mas ... Terimakasih ya, makanannya. Enak banget,] Ketiknya dengan bibir yang terus tersenyum. Centang biru pun langsung terlihat, tak sabar hatinya menunggu balasan dari Gilang.[Iya] balas Gilang. (Hmmmm, gitu doang balasannya? Panjangan dikit kek. Tapi.... Gak apa-apa deh, aku lebih suka nih di buat penasaran begini, hihihi) gumamnya. Kini hidup Dea bagaikan tak ada beban, ia hanya memikirkan untuk dirinya sendiri, karena Icha terlihat bahagia tinggal bersama Fitri. ***** Pagi hari seperti biasa para karyawan satu per satu memasuki ruangan, dan mulai bekerja dengan serius. Hari itu Dea terlambat datang, sehingga semua mata bisa menoleh kearahnya. Penampilan Dea tak seperti biasanya, ia menggunakan blazer hitam, di padukan dengan celana panjang, sementara ra
Baca selengkapnya
Bab 16. Awal Sakit Hati
"Asstagfirallah, Mas... kenapa kamu sekarang berani bohongi aku? Aku kenal kamu dari dulu, kamu nggak pernah begini, Mas." Guman Fitri dengan air mata berderai, hatinya hancur lebur menatap suaminya yang tengah berduaan dengan Dea. Fitri membalikan tubuhnya, ia memutuskan untuk pergi dari tempat itu, sementara Dea tersenyum miring menatap punggung Fitri yang semakin menjauh. ("Ini baru awal Mbak, selanjutnya kamu akan benar-benar hancur,") batin Dea. "De, Mas mau pulang sekarang, kamu mau ikut kerumah, atau balik ke kost an?""hmm, aku balik ke kostan aja Mas, oya makasih ya.""Oke. hati-hati ya."Gilang pun pergi meninggalkan Dea yang terlihat begitu ceria. "Ehmm, cie..... yang udah jalan bareng ... "suara seorang wanita mengejutkan Dea, Rina teman sekantor Dea tengah berdiri di samping belakang tubuhnya. "Rina, kamu disini?""Iya, udah santai aja. Aku bakal jaga rahasia ko." ucap Rina, sembari mencubit kecil bahu Dea diiringi tawa candanya. "Apaan si?""Udahlah De, kita sekan
Baca selengkapnya
Bab 17
"Ehmmm ... Oya sepertinya tadi anak kamu kamu minta jalan-jalan De, sebaiknya hari ini kamu ajak Icha jalan gih," Ucap Fitri yang secara langsung membuyarkan tatapan Dea. "Oya? Icha mau jalan-jalan?" Tanya Dea pada anak semata wayangnya. Icha pun dengan cepat mengangguk."Oke, hari ini kita jalan-jalan, bilang sama mamah, kamu mau kemana?""Du-Dufan."Icha terbata-bata sembari melirik kearah Fitri. "Ooh ke Dufan ya? Baiklah, yuk kita siap-siap!" seru Dea."Mah, ke Dufannya bareng Uwa dan Mentari kan?""Hmm, tidak...tidak... Icha, hari ini uwa dan Mentari nggak pergi kemana-kemana, badan uwa capek, mau istirahat dirumah, Icha jalan sama Mamah aja ya?" celetuk Fitri. Icha melirik kebarah Dea dan mengangguk pelan, walaupun sebenarnya bukan ini yang ia mau. "Oke, kalau begitu, pamit dulu sama uwa, Cha."pinta Dea sebelum pergi meninggalkan rumah Fitri. Rumah Fitri pun mendadak sepi saat Icha pergi bersama Dea, Mentari duduk sendiri menatap halaman rumahnya, dalam hatinya ia berharap De
Baca selengkapnya
Bab 18 Pengorbanan Dea untuk Gilang
"Apa? Berkas ini? Kamu yakin?""Ya, aku yakin. Tapi sudahlah lupakan saja. Aku tau kamu nggak bisa beri itu," Ucap Dea menantang. "Bukan, bukan itu maksud ku, kalau soal berkas proyek, oke saja, tapi jujur ini salah satu proyek besar yang selama ini aku incar, lalu kamu untuk apa?""Bastian, aku saat ini sedang merintis perusahaan kecil, ya semoga dengan proyek dari kamu itu, membuat perusahaan ku meju lebih cepat," Jelas Dea meyakinkan. "Benarkah? Wah... Kalau begitu boleh, tapi dengan syarat temani aku satu minggu ini, bagaimana? Bayarannya seimbang bukan?" "Oke, deal."Bastian dan Dea pun bersulam atas apa yang merekha rencakan. Batin Dea tertawa puas, "tak masalah hanya sekedar menemani Bastian satu minggu, dan imbalannya pun memuaskan, yang penting aku ingin membantu Mas Gilang, pastinya Mas Gilang akan salut padaku," gumam Dea. Malam semakin larut, Bastian membawa Dea menuju hotel, tanpa berpikir panjang Dea melakukan semua itu demi membuat Gilang senang. Rapat kembali di
Baca selengkapnya
Bab 19 Perhatian Gilang terhadap Dea
Sebagai lelaki biasa Gilang tak bisa menghindari tatapan dari lawan jenis, yang membuat hatinya bergetar, namun ia selalu berusaha untuk bersikap biasa di depan Dea. "Ternyata musibah membawa bahagia, kalau bukan karena musibah ini, mana mungkin Mas Gilang mau nyuapin aku, hihihi ... rasanya bahagia sekali terus di perhatikan sama Mas Gilang." gumam Dea sembari mengulum senyum. "Kenapa De?""Enggak Mas, aku jadi ngerasa nggak enak ngerepotin Mas Gilang.""Santai saja, yang terpenting kamu cepat sehat ya?"Dea mengangguk. "Oya Mas, apa Mas sudah memberitahu Mbak Fitri aku ada disini?"Gilang terdiam sejenak, ia tak tau harus menjawab apa. "Hmmm, belum De.""Oh, ya sudah tidak apa-apa, lebih baik Mbak Fitri jangan tau Mas, aku takutnya nanti Mbak Fitri malah berpikir yang enggak-enggak."Gilang mengangguk, apa yang di pikirkannya ternyata sama dengan Dea. "Oke, sudah siang Mas harus ke kantor, kamu nggak apa-apa sendiri?""Enggak apa-apa Mas, ada suster yang jaga aku. makasih ya?"
Baca selengkapnya
Bab 20. Kehamilan Dea
"Kenapa aku tidak tau Dea kena musibah Mas?""Maaf Bu, Dea sendiri yang melarangnya memberitahumu, Dea takut kamu jadi ikut sibuk." "Apa yang terjadi?""Entahlah, motifnya masih jadi tanda tanya, pulang lembur di tengah jalan dia di berhentikan beberapa orang laki-laki, dan Dea terjatuh dari motor.""Serem banget si Mas, kalau bisa Dea jangan sampai ikut lembur-lemburan begitu Mas, diakan cewek, rawan pulang sendirian.""Iya Bu, sudah Mas sampaikan ke Dea.""lalu....""Lalu apa?""Apa kamu setiap hari menjemput dan memgantarkan Dea?" tanya Fitri dengan serius. "Tidak, yang benar saja, masa aku setiap hari jadi supirnya? Kalau tadi itu, aku sekalian mau ambil berkas penting didia, ternyata dia ikut sekalian." jawab Gilang menutupi kebenarannya. Kini hati Fitri cukup tenang, dan langsung menpercayai penjelasan Gilang. "Mas, minta maaf ya, atas kejadian di ruangan tadi, tadinya Mas mau sarapan di kantin, tapi nggak enak sama niat baik Dea yang bawain bekal ke ruangan tadi. ""Iya Mas
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status