All Chapters of Terjerat Pesona Vampir Tampan: Chapter 91 - Chapter 100
106 Chapters
91. Overdose
"Kan tadi aku sudah memberitahumu, Shada. Aku kerja." Demian tersenyum lebar. Ia memutar tubuhnya hingga kursi dengan sandaran tinggi tersebut ikut berputar.Shada menautkan alisnya, masih dengan tatapan tak percaya. Ia merasa kesal karena seperti dipermainkan Demian."Aku serius. Kenapa kau ada di sini? Dimana pemilik Ell Food sekarang?" tegasnya.Demian semakin tergelak. Ia menggelengkan kepala karena Shada begitu lucu."Shada, kau sudah melihatnya sekarang." Ia mengedikkan bahu.Sontak Shada melebarkan kedua matanya. Ia tercekat begitu menyadari sesuatu."Kau… kaukah pemilik asli Ell Food itu?" Shada menyadari jika suaranya serak. Tenggorokannya kering, ia butuh minum sekarang."Tepat sekali. Apa kau akan semakin menyukaiku?" cibir Demian. Bibir tipisnya tetap mempertahankan senyum.Shada mengerjap cepat. Tiba-tiba dunianya seperti terbalik. Shada pusing dan bahkan tidak menyangka jika Demian adalah pemilik yang sesungguhnya. Demian terlalu hebat untuk itu.Ia mendadak ingat jika D
Read more
92. Don't Leave Me
Kedua netra kelam Demian tetap menghunjam ke arah Shada. Ia terpaku di tempat, sementara peserta rapat mulai kebingungan. Salah seorang pria di dekatnya beberapa kali memanggil dirinya. "Pak? Pak Demian? Apa bisa dilanjutkan lagi?" Shada yang mendengar suara Demian terhenti seketika mendongak. Begitu pandangannya bertabrakan dengan Demian, ia menjadi bingung. Kedua matanya melebar dan semakin buncah tatkala menyaksikan leleran bening meluap dari mata pria tersebut. "Demian?" ucapnya terpegun. Pria di dekat Demian lantas berdiri kemudian menepuk bahunya singkat. "Pak?" Demian tergegau. Setelah sadar ia menangis, tangannya segera menyeka kedua mata yang telah basah itu. "Oh, maaf," ujarnya merasa bersalah. "Anda tidak apa-apa, Pak?" "Apakah rapat bisa dilanjutkan?" Satu per satu suara muncul dari kursi yang mengelilinginya. Beberapa saling berbisik karena sikap Demian hari ini sangat aneh. Dari mereka juga ada yang mencuri pandang ke arah Shada, menebak apa yang telah wanita i
Read more
93. Kisah Klasik yang Romantis
Sontak Shada mengurai pelukannya. Ia memegang kedua bahu Demian dengan mengernyit kebingungan."Kau bicara apa, Demian?" Shada mengamati wajah Demian yang sayu. Seketika Shada panik dan mengulurkan salah satu tangannya demi menyentuh dahi pria tersebut."Apa kau sakit?" tanyanya khawatir.Demian memandang Shada dengan tatapan nanar. "Jangan tinggalkan aku, Shada. Kau boleh bersama pria itu jika aku sudah menghilang dari muka bumi.""Apa maksudmu, Demian?" Shada menautkan kedua alisnya."Aku melihatmu bersama manusia," ungkap Demian skeptis.Shada menggeleng tak mengerti. "Sebentar. Apa kau bisa langsung menjelaskannya padaku?""Shada, kau tahu aku bisa melihat masa depanmu kan. Tadi sewaktu rapat aku lihat kau hidup bahagia bersama seorang pria. Siapa itu?" kejar Demian. Bahkan netra warna bronze itu semakin berubah kelabu dan ikut memburu jawaban Shada.Shada mengerjap, lantas menggeleng lagi. Ia sempat memutar otaknya. Namun, nihil. Tidak ada seorang pun manusia yang spesial di hidu
Read more
94. Jauhi Dia!
Tonny yang berada di tempat lain menoleh ke arah pemuda yang mengenakan jaket kulit hitam berkerah tinggi di sampingnya. Kesepuluh jemari pria itu terlihat sibuk menekan satu per satu keyboard. Pun wajahnya yang tampak serius."Bagaimana? Apa kau mau dibayar tiga kali lipat?" tanya Tonny kepada pria itu. Ponsel yang ada di genggamannya sengaja ia jauhkan dari mulut.Lama menunggu hingga pria tersebut berhenti mengetik dan menatap layar laptop di depannya yang sedang mengunduh beberapa file sekaligus."Berhasil," desisnya kemudian sambil menyeringai. Pria itu mendongak, menatap langsung ke kedua mata Tonny dengan tampang keyakinan dan penuh ambisi."Serahkan semua padaku," jawabnya tegas.Tonny mengangguk samar. Ia merapatkan lagi ponselnya ke telinga seperti sedia kala."Hacker ini sudah menerima permintaan kita, Tuan."Max menyunggingkan senyum kemenangan sesudah mendengar konfirmasi dari Tonny. "Bagus! Kapan aku bisa mendapat informasi itu?"Tanpa ditanya, pemuda di sisi Tonny menja
Read more
95. Menagih Tanggung Jawab
Shada mengernyit heran terhadap kekakuan pada nada bicara Malta. Tangannya lekas mengembalikan gelas tadi ke tempatnya, kemudian mencoba menelisik raut muka Malta yang tampak serius."Are you okay, Mom?" Shada lalu mengedikkan bahu sambil memutar bola mata. "And should I stay away from him? Kenapa aku harus menjauhinya? Apa yang tiba-tiba membuat Mom jadi begini?"Malta memandang rotinya sekilas lantas segera membuangnya ke tempat sampah. Bahkan roti di depannya sudah tak menarik lagi baginya. Setelahnya, Malta justru bergerak panik."Ayo, cepat keluar dari sini!"Dari nada bicaranya, Shada menangkap ada getaran di sana. Shada hanya ternganga atas sikap ibunya tiba-tiba."Oh, come on!" Shada frustasi dan menghentikan gerakan Malta dengan mencengkeram kedua bahunya. "What happened? Kenapa aku harus menjauh dari Demian, Mom? Katakan!"Malta menggigit bibirnya. Ternyata air mata Malta sudah meleleh. Wanita itu sekarang menggelengkan kepala sambil menangkup kedua pipi Shada dengan tangan.
Read more
96. Dimana Kau, Shada?
Taksi yang melaju mulus menyusuri jalan lumayan kecil akhirnya berhenti. Jennifer menghela napas satu kali, lalu membuka pintu taksi dan turun. Setelah kakinya menjejal aspal yang terasa asing, tiba-tiba tubuhnya menegang.Harus ia akui, ia sangat gugup. Berjumpa dengan seseorang yang selama puluhan tahun tidak pernah bertemu memang akan membuat sekujur badanmu kaku.Sejujurnya untuk mencapai tempat ini, hanya dibutuhkan waktu dua puluh menit dari pusat kota. Namun karena tempat tinggal Jennifer sekarang berbeda, ia harus menempuh selama hampir satu jam untuk kemari.Tangan kanan Jennifer meremas secarik kertas yang berisikan sebuah alamat. Tak salah lagi, pasti ini rumahnya. Batin Jennifer.Sebelum masuk ia mengamati suasana hening dari luarnya. Rumah dengan lebar hanya 4,5 meter, namun tinggi. Jennifer bisa menebak bahwa rumah di depannya sekarang memiliki dua lantai. Terlalu besar jika dihuni untuk satu orang saja.Jennifer memberanikan diri untuk melangkah. Meskipun antara kegugup
Read more
97. Sisi Romantis Lift
Shada menguap dan meregangkan badan sewaktu mentari pagi menyambutnya hangat. Ia langsung melihat ke arah jendela di hadapannya yang tirainya telah disingkap oleh entah siapa. Yang jelas ketika bangun, dirinya sudah tak mendapati Malta dan Ruth di sisi tubuhnya.Kedua mata Shada mengerjap sewaktu mengalihkan pandang ke jam weker di meja di dekatnya, lantas melenguh kesekian kali semenjak semalam pindah kemari.Shada terdiam, mengumpulkan nyawa dan minat untuk bangkit dari kasur yang seakan menjeratnya. Di waktu begini seharusnya ia telah tiba di kantor mengenakan setelan blouse rapi serta mengerjakan apapun yang Demian perintahkan. Walaupun Demian, pimpinan sekaligus pacarnya—ia sudah menganggapnya sebagai kekasih, selalu memberi toleransi tugas kepadanya. Contohnya saja jika pria tersebut tahu Shada kelabakan saat mengerjakan suatu pekerjaan, maka Demian dengan sangat rendah hati membantu menyelesaikannya.Mengingat hal tersebut membuat Shada menghela napas kasar sekali lagi. Bagaima
Read more
98. Dasar Pembunuh!
Demian melangkah mendekat. Dengan tatapan nanar, ia memandang Shada melalui kaca jendela dengan sedih."Shada, aku mau bicara," ucapnya.Meskipun keduanya sama-sama tak bisa mendengar dengan jelas akibat terhalang oleh kaca jendela yang membuatnya kedap suara, tetapi baik Shada maupun Demian dapat mengerti melalui membaca gerak mulut mereka masing-masing.Shada menggeleng kuat-kuat. Ia meyakinkan diri sendiri bahwa ia tak mau bertemu dengan si pembunuh neneknya. Shada masih kecewa dengan sikap Demian yang tidak terus terang kepadanya. Apalagi, pikirannya mengatakan bahwa Demian selama ini mendekatinya hanya karena rasa bersalah yang dipikul oleh pria itu.Padahal teh chamomile buatan Ruth telah sukses membuatnya lebih rileks. Namun, suara serta kemunculan Demian kembali membuat sekujur tubuhnya kaku dan membeku."Shada, please… kumohon. Sepertinya ada yang salah. Kenapa kau pergi dariku?" paparnya memelas.Shada hanya membisu, menggeleng dan menatap tajam ke arah Demian. Setelahnya wa
Read more
99. Ruth Menarik Dendam
Shada mendongak, lalu berusaha menahan sikap ibunya tersebut. "Aku rasa apa yang dikatakan Demian pasti ada benarnya.""Mari kita dengarkan penjelasan Demian sampai akhir," imbuhnya sambil terisak.Malta sedikit mendengus kesal. Perkataannya dipotong seenaknya oleh anaknya sendiri. Shada dan Malta kemudian menatap Demian lagi. Memberi kesempatan pada pria itu untuk melanjutkan ceritanya.Sejenak Demian menyelisik mimik wajah dua wanita di hadapannya. Ia sedang mencari tahu apakah Shada dan Malta bisa percaya padanya."Aku dan nenek sempat mengalami perdebatan panjang. Aku menolak, sementara nenek bersikukuh dan selalu membujukku. Apalagi waktu itu aku adalah vampir baru, jadi butuh niat serta keyakinan yang kuat untuk menolaknya. Meskipun secara batin dan mental sangat menyiksa."Demian menggeleng, lantas meraup oksigen sebanyak-banyaknya dari sekitar. Kedua matanya sudah panas akibat air mata yang mendesak keluar lagi."Kemudian, tiba-tiba hatiku merasa iba melihat kesakitan yang ter
Read more
100. Jangan Mendekat!
Max berjalan cepat menuju kantin. Lebih tepatnya ia sedang mencari seseorang di sana. Barusan ia mendatangi Leo di ruangan pria tersebut, namun hasilnya nihil. Max tak mendapati Leo.Setelah beberapa karyawan memberitahu jika Leo pergi bersama Ruth, amarah Max tersulut begitu saja. Ia yang tadinya fokus mencari Leo jadi terganggu setelah mendengar nama Ruth masuk ke dalam gendang telinganya. Kenyataan bahwa Ruth menghalangi rencananya dengan mengambil CCTV, apalagi wanita itu bukan manusia. Melainkan sosok monster seperti Demian yang paling ia benci.Sesudah kedua mata birunya berhasil menangkap orang yang ia cari, maka Max bertekad kuat melangkah menghampiri mereka.Lalu tiba-tiba netranya terganggu dengan adegan Ruth yang mencium sebelah pipi Leo. Langkah Max sempat terhenti karena terkejut.Apa mereka memiliki hubungan khusus? Batinnya bertanya-tanya.Max semakin mengeratkan kepalan tangan di sisi tubuhnya. Selama ini kinerja Leo baik dan ia sangat menyukai pekerjaan pegawainya itu
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status