All Chapters of Bukan Istri, Hanya Wanita Kesayangan Pak Boss: Chapter 21 - Chapter 30
54 Chapters
Part 21
Sepi mulai menyapa, hawa dingin membuat Arya semakin mengeratkan dekapannya pada Risa. Dalam keremangan kamar itu, seulas senyum terlukis di wajah cantik Risa. Tampaknya ia sangat bahagia, perasaan kecewa, marah, dan cemburu yang beberapa hari ini dirasakannya seakan menguap begitu saja dengan perlakuan hangat Arya saat ini. "Apa malam ini kamu tetap di sini, Mas?" "Ya, aku telah mengatur rencana sehingga tak akan ada yang curiga. Mereka hanya mengira jika kita sedang melakukan perjalanan bisnis," ucapnya sambil menghidu aroma tubuh Risa yang selalu membuatnya gila. Hati Risa semakin berbunga-bunga, ia memutar tubuh sehingga mereka berhadapan. Arya membuka mata, pandangan keduanya beradu. Semula, tidak ada pembicaraan di antara mereka. Hanya saling memandang, menyelami perasaan yang semakin hari semakin dalam dan sulit untuk kembali. Atau, lebih tepatnya mereka memilih untuk terus tenggelam dalam lautan asmara terlarang yang sudah mereka jalani alih-alih mengakhirinya. Cinta sunggu
Read more
Part 22
Honeymoon terlarang yang berbalut kebohongan atas nama pekerjaan itu pun harus mereka akhiri sehari lebih cepat dari rencana semula. Alasannya hanya satu, karena Risa sudah tak sabar ingin segera mendepak keberadaan Dika. Ia terlalu gerah dengan lelaki itu yang selalu saja mengusik kesenangan dirinya. "Sayang, lebih cepat lebih baik. Dia tuh udah kaya bom waktu loh. Kita gak tahu kan sampai kapan dia terus tutup mulut? Terus, kalau tiba-tiba dia bongkar semua rahasia kita ke publik kamu sendiri yang susah, Sayang." Bosan terus mendengar rengekan Risa, mau tak mau Arya pun menuruti keinginan kekasihnya itu. Mereka bergegas meninggalkan villa, dan saat tiba di kediaman Nazwa, mereka kembali berdalih jika perjalanan bisnisnya berjalan lancar dan bisa kembali lebih cepat dari jadwal yang seharusnya. "Aku merindukanmu, Sayang," ucap Nazwa manja saat Arya langsung memeluk tubuh ringkih Istrinya. "Aku juga, Sayang. Beruntung semuanya berjalan lancar jadi aku bisa kembali lebih awal." Ary
Read more
Part 23
"Wah cantik sekali pasti, Dokter Dika bahagia memiliki asisten sepertimu," puji Risa sambil menatap ke arah Ilma dengan tatapan berbinar. Refleks Dika menoleh ke arah Arya, "Maaf, Pak. Tapi saya tidak membutuhkan seorang asisten."Namun, Arya tak peduli dengan penolakan itu. Bahkan, dia langsung meminta Ilma untuk bergabung di acara makan malam mereka. Dika mendengkus kesal, ingin sekali dia segera pergi dari tempat itu. Namun, baru saja beranjak, gerakannya kembali tertahan. "Makanlah dulu sebelum meninggalkan acara ini," ucap Risa sambil menahan lengan Dika. "Ya, Risa benar, Kak. Makanlah terlebih dahulu, atau jika takut terlalu malam menginap saja di sini," ujar Nazwa tiba-tiba membuat Dika tak dapat lagi berkata-kata selain menuruti ucapan Nazwa. ***Malam kian merangkak naik, dan pesta pun belum tampak tanda-tanda akan segera berakhir. Wajah Dika merenggut, terlebih saat menatap kemesraan Nazwa dan Arya lipatan di keningnya pun kian bertambah. Dia cemburu, hanya saja dia tak
Read more
Part 24
Risa tersenyum bahagia melihat Dika yang tak sadarkan diri. Ia menoleh kearah Ilma lalu mengedipkan sebelah matanya. "Kemarilah, aku butuh bantuan," ucap Arya melalui sambungan telepon. Tubuh kekar Dika pun dibawa ke kamar yang berada di paviliun. Tubuhnya direbahkan setelah pakaian yang melekat di tubuh Dika ditanggalkan terlebih dahulu. "Tugas kamu hanya tetap bersama dia, dan saat dia telah sadar berikan air ini."Ilma hanya mengangguk sambil meraih air mineral pemberian Arya. Setelah itu mereka membiarkan Ilma dan Dika hanya berduaan. Langkah Risa terasa begitu ringan saat ia meninggalkan paviliun. Angannya pun melayang membayangkan hari esok yang lebih baik. "Aku jadi tak sabar menanti dia diusir dari rumah ini," ujar Risa saat ia bertemu Arya di sudut taman tergelap. "Apa kamu, bahagia?" Dalam satu gerakan Arya menarik tubuh ramping Risa ke dalam dekapannya. "Aku akan bahagia jika rencana ini berjalan sempurna, Sayang," ungkap Risa manja, ia pun menengadahkan kepala mena
Read more
Part 25
Ilma terisak di sudut kamar sambil memeluk tubuhnya yang polos. Dika bergeming sambil berusaha mengingat apa yang terjadi malam tadi. Namun, baru saja dia hendak beranjak dari ranjang sosok Arya menerobos masuk ke kamar. Tatapan mereka beradu, dan detik itu juga Dika sadar jika dirinya tengah masuk ke dalam perangkap Arya. "Astaga, apa yang kalian lakukan?!""To-tolong saya, Pak Arya," isak Ilma, air matanya terus berlinang. Mendengar keributan, Risa bergegas menghampiri paviliun. Matanya membelalak kala mendapati Ilma yang telanjang tengah meringkuk di sudut kamar. Tanpa menunggu perintah ia berlari menghampiri Ilma lalu menyelimuti tubuh polos itu. Risa menatap iba ke arah Ilma, lalu menatap tajam ke arah Dika, "Haruskah kamu melakukan ini kepada, dia?" Risa bertanya dengan nada dan tatapan sinis. Sadar tengah berada dalam perangkap, Dika mencoba untuk lebih mengontrol emosi. Dia meraih celana serta baju yang berserakan di lantai, lalu kembali mengenakannya. "Apakah tidak cuku
Read more
Part 26
"Kalian sangat menjijikan! Terlebih, Anda!" umpatnya kasar, sambil memutar tubuh menatap ke arah Arya. Lelaki bertubuh tegap, dan berparas tampan tersebut menggerakkan giginya kuat. Tatapan ke duanya tampak begitu mengintimidasi. Namun, akhirnya Dika memilih untuk memutuskan pandangan terlebih dahulu kemudian berjalan meraih ponsel yang berada di atas nakas. "Tidak ada satu orang pun yang boleh keluar dari paviliun ini!" tegas Arya, ketika Dika hendak pergi dari kamar itu. Jantung Risa tiba-tiba berdebar lebih kencang mendengar suara bariton Arya. Dan ketika ia mencuri pandang ke arah kekasihnya itu, wajahnya pun merona. "Dia semakin gagah dan tampan jika sedang marah seperti ini," batin Risa, sambil terus menatap ke arah Arya dengan penuh kekaguman. Sadar tengah diperhatikan diam-diam, Arya pun menoleh. Dia berdeham guna mengusir perasaan canggung karena terus diperhatikan Risa. "Risa!"Risa terperanjat, hampir saja ia salah menyebut Arya dengan nama kesayangan. Beruntung logik
Read more
Part 27
"Sebenarnya, apa yang terjadi terhadap, Ilma?" tanya Nazwa dengan raut wajah sendu. Risa masih bergeming, ia menatap tanpa berkedip ke arah Ilma. "Aku pun bingung harus memulai cerita dari mana." Risa menatap Nazwa, dan kini air matanya berlinang, selang beberapa isakan itu pun menjelma menjadi tangisan. "Aku kira, Mas Dika hanya mencintaiku. Tapi, rupanya dia berperilaku buruk terhadap wanita lain." Risa mulai bercerita, dan isakannya terdengar sangat menyakitkan bagi siapa saja yang mendengar. "Lalu, sekarang aku harus bagaimana, Nazwa? Pertama kali jatuh cinta, tapi aku langsung menerima kenyataan menyakitkan ini."Nazwa terdiam, ia menatap lekat wajah sendu sang sahabat. Ia merentangkan kedua tangan sebagai isyarat agar Risa mendekat ke arahnya. Tangisan Risa pun meledak dalam dekapannya. "Apa aku memang tidak ditakdirkan untuk, bahagia?""Hei, omong kosong apa yang kamu ucapkan?" Nazwa mengurai dekapannya, hatinya begitu tercabik melihat sahabat yang selalu ada bersama dir
Read more
Part 28
"Sekarang menyerahlah, pergi dan jangan pernah usik hidupku." Risa merengkuh tubuh Dika kemudian berbisik sambil mengelus lembut kepala lelaki tersebut. Tubuh lelaki itu bergetar, ke dua tangannya mengepal kuat, amarah yang belum padam pun semakin tersulut dengan ucapan Risa. "Akan kubuktikan semua kebusukan kalian!" Ancam Dika sembari mendorong tubuh Risa kasar hingga tubuh wanita itu terjatuh setelah sebelumnya membentur sebuah meja yang terdapat vas bunga. Prang! vas bunga itu pun terjatuh lalu menimpa kepala Risa. Darah segar pun mengalir bersamaan dengan hilangnya kesadaran Risa. Nazwa histeris, ia berteriak, memaki, bahkan berusaha untuk bangkit dari kursi rodanya demi menolong Risa. Beruntung, Arya sigap menahan tubuh Nazwa agar tak terjatuh. Dika bergeming menatap pemandangan di depan matanya, saat Arya dengan sigap memeluk dan menenangkan Nazwa di situ hatinya kembali bekeping-keping. "Selamatkan, Risa. Aku mohon selamatkan sahabatku!" pekik Nazwa sambil terus memohon k
Read more
Part 29
Sekelebat bayangan Risa yang terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit kembali mengobarkan amarah Arya kepada Dika. Dia mengayunkan pukulan tepat di wajah tampan Dika, dan saat itu juga Dika tersungkur karena tak siap menerima serangan tiba-tiba. Darah mengucur dari sudut bibir Dika, "Seharusnya saya yang menghajarmu!" ujar Dika sambil menyeka darah lalu kembali bangkit berhadapan dengan Arya. "Kamu telah menyebabkan, Risa terluka!" Arya mencengkram kuat kerah kemeja Dika, tapi tak ada balasan darinya. Lelaki tampan itu hanya terbahak melihat tingkah Arya yang terlihat konyol di matanya. "Kamu terlihat sangat konyol, Tuan Arya!" Dika tersenyum sinis. "Berhenti tersenyum bajingan!" Bugh! Satu pukulan kembali Arya layangkan ke wajah Dika. Namun, bukannya membalas dia justru pasrah menerima setiap pukulan demi pukulan yang dilayangkan Arya. Napas Arya mulai tersenggal, dan dia pun menghentikan pukulannya terhadap Dika. Dia terduduk sambil sesekali mengatur napas. "Jika terjadi
Read more
Part 30
Waktu telah menunjukkan pukul dua belas malam. Arya masih saja terjaga, bayangan wajah Risa yang tengah terluka terus menari-nari dalam benaknya. Sore tadi, selepas kepergiannya dari rumah Dika dia hendak langsung ke rumah sakit. Namun, saat berada dalam perjalanan, perawat yang selalu menemani Nazwa menghubunginya. Wanita itu berkata jika Nazwa mulai cemas dan beberapa kali meracau tak karuan, mendengar hal itu Arya berputar arah dan memilih untuk kembali ke rumah. "Apa kamu baik-baik saja?" batin Arya cemas. Hatinya begitu menggebu untuk segera menghampiri Risa dan menemani wanita tersayangnya itu, tapi apalah daya dia pun tak mungkin meninggalkan Nazwa dalam keadaan yang seperti saat ini. ***"Sayang, hari ini aku ingin menemui, Risa. Apakah kamu mau menemaniku?" tanya Nazwa antusias saat ke-duanya tengah menikmati hidangan sarapan. Arya hampir tersedak mendengar pertanyaan Nazwa. Buru-buru dia meraih segelas air lalu meminumnya hingga tandas. "Apa kamu serius?"Nazwa mengang
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status