"Tapi, sebelum ke rumah paman Joe, sepertinya kita harus mengganti pakaianmu terlebih dahulu." Usul Karin ketika melihat pakaian yang dikenakan Awan.Awan masih mengenakan pakaian pasien dan ia tidak membawa pakaian lainnya, selain yang ia pakai terakhir kali.Awan tersenyum malu, "Baiklah, sepertinya kita perlu belanja beberapa pakaian dulu." Ucap Awan menyetujui saran Karin.Karin membawa Awan ke salah satu pusat perbelanjaan yang terkenal di kota Bandung, BTC Mall."Apa tidak apa-apa bagimu, jalan berdua denganku di tempat terbuka seperti ini?" Tanya Awan penasaran. Bagaimanapun, Karin merupakan penyanyi kenamaan. Akan menjadi gosip panas, jika sampai ada yang mengenalinya dan memberitakan dengan narasi liar untuk sekedar mencari sensasi. Meski mereka sudah mengenakan hoodie untuk sedikit menyamarkan penampilan mereka saat ini.Karin tersenyum cuek. Jika itu dengan pria lain, mungkin saja! Tapi, ia sekarang sedang berjalan dengan Awan. Lupakan tentang identitas spesial Awan untuk s
"Hmn, ini?" Tanya Awan bingung ketika mengeluarkan kartu kredit tersebut dari dalam dompetnya. Ia penasaran, bagaimana kartu terebut bisa dijadikan sebagai alat belanja. Semenjak hilang ingatan, Awan sepertinya merasa perlu untuk menyesuaikan diri dengan berbagai hal baru."Iya." Angguk Karin.Awan tersenyum malu, "Tapi, bagaimana cara menggunakannya?"Karin hampir saja tersedak ketika mendengar Awan mengajukan pertanyaan polos seperti itu padanya. Namun, sedetik kemudian ia segera sadar jika Awan sedang kehilangan ingatannya. Jadi, wajar saja ia tidak bisa mengingat hal sesederhana ini."Kamu tinggal serahkan kartunya sama kasirnya, lalu masukan pin untuk menyetujui pembayaran tagihannya." Jelas Karin dengan sabar."Pin?" Kerut kening Awan semakin tajam. Ketika Riana memberikan kartu itu padanya, kakak sepupunya itu tidak mengatakan apa-apa, atau mungkin saja ia lupa mengatakannya."Sepertinya aku perlu menghubungi kak Riana. Karena aku tidak mengingatnya sama sekali." Ucap Awan malu
Demi Awan, akhirnya Karin memilih bersabar. Namun, saat ia baru selesai membayar tagihan pakaian Awan yang bernilai lebih dari tiga puluh juta. Seorang pria berpenampilan perlente, lengkap dengan setelan bermerek di seluruh tubuhnya, menyapa Karin dengan gaya yang sok kenal, "Della?""Hai, aku kira siapa. Ternyata ini benar kamu? Wow! Ini seperti kita berjodoh, karena bisa bertemu di sini." Tambahnya dengan percaya diri."Bukankah itu, Axel? Artis FTV yang terkenal itu?" Bisik salah satu pengunjung pada temannya.Andai mereka sedang berada di pasar. Bisa jadi, Axel dan Karin akan dikerumuni oleh para fans yang tidak terhitung jumlahnya. Hanya saja, mereka sedang berada di outlet mewah dan kebanyakan pengunjung berasal dari kelas atas. Sehingga mereka tidak se-ekstrim para fan yang ada di tempat umum. Mereka punya gengsi tersendiri untuk tidak menunjukkan reaksi berlebihan pada idola mereka."Hmn, Axel." Balas Karin singkat dengan ekspresi datar. Lebih terkesan malas menghadapi Axel sa
Axel terperangah mendengar pernyataan lugas Karin dan bahkan sikap Karin yang tanpa ragu menunjukkan kemesraannya, membuat wajah Axel memanas.Namun, segera setelah itu, ia tersenyum sinis melihat ke arah Awan. Tentu saja, karena ia mendengar bisik-bisik para pengunjung wanita di sana. Axel seakan mendapatkan senjata untuk menjatuhkan dan mempermalukan Awan yang sekarang dianggap sebagai saingan cintanya itu."Della, apa bagusnya dia? Cowok seperti dia hanya bisa memanfaatkanmu. Mending kamu bersamaku saja. Aku janji, akan memperlakukanku dengan baik. Aku bahkan dapat membuatmu semakin terkenal. Kamu tahu, pamanku wakil direktur Musica Studio. Dengan menjadi kekasihku, kamu dapat mengorbitkan lebih banyak lagu lagi di masa depan." Tutur Axel melebihkan kemampuannya dan terang-terangan menjatuhkan Awan.Di sisi lain, Awan hampir tertawa mendengar kalimat Axel. Ia tidak menyangka jika pria yang mengejar-ngejar cinta Karin ini akan senaif itu.Ketimbang mengesankan Karin dengan usahanya
"Kamu tega benar bicara seperti itu pada cowok tadi!" Ujar Awan tidak menyangka jika Karin ternyata bisa bersikap galak juga. Ia masih ingat ekspresi suram Axel sebelum mereka pergi meninggalkannya tadi."Salahnya sendiri karena menjadi pria yang tidak tahu malu. Sudah ditolak berkali-kali, masih saja nekat mengejar-ngejarku. Kalau aku tidak bisa bersikap tegas padanya hari ini, dia tidak akan pernah mengenal yang namanya kata menyerah." Karin tampak kesal ketika mengucapkan itu. Ia melirik Awan sejenak, lalu segera menambahkan, "Dan... aku tidak suka ia merendahkan kamu."Ada makna khusus ketika Karin mengucapkan kata-kata ini. Awan bukannya tidak sadar dengan makna dibalik kalimat terakhir Karin. Hanya saja, ia tidak ingin menanggapinya lebih jauh, karena tidak ingin membuka hubungan apapun saat ini. Selain karena hubungan ambigu antara dirinya, Annisa dan juga Amanda. Awan sepertinya juga harus serius untuk mencari tahu, hubungan seperti apa yang terjadi antara dirinya dengan Ange
...'Ciitt.'Karin dengan cepat membanting stir mobilnya ke kiri, karena dari arah belakangnya ada sebuah mobil SUV hitam ugal-ugalan dan memepet kendaraannya.Karin tampak kesal, "Apa orang ini tidak tau etika berkendara? Berkendara kok seenaknya sendiri!"Mereka hampir saja celaka, beruntung Karin dengan sigap menginjak pedal rem dan membanting stir. Sehingga mobilnya tidak sampai masuk ke dalam parit.Melihat mobil yang tadi memepet kendaraannya berhenti beberapa meter di depannya, Karin yang sudah terlanjur marah, bermaksud turun dan berniat memarahi pengemudi mobil yang hampir saja mencelakakan mereka itu.Namun, sebelum Karin hendak turun, Awan mencekal tangannya untuk menghentikannya. Awan merasa curiga dengan kendaraan di depannya."Karing, tunggu!""Awan, ada apa? Biarkan aku ke sana dan memarahi pegemudinya. Kalau tidak, dia mungkin saja bisa mencelakai orang lain nantinya."Awan tidak menjawab langsung pertanyaan Karin. Sebaliknya, ia memperhatikan dengan seksama kendaraan
Saat Awan keluar, ia mendapati wajah-wajah sangar yang seolah siap untuk menelannya hidup-hidup."Ternyata kamu, pria yang telah membuat kesal tuan muda Axel." Ujar pria yang berdiri paling depan dengan nada dingin begitu memperhatikan Awan mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki.Mereka melihat Awan seolah sudah berhasil membunuhnya. Mungkin karena badan Awan sekilas terlihat biasa, mereka berpikir akan sangat mudah untuk menghabisinya. Selanjutnya, pria tersebut sempat melihat ke dalam mobil. Meski hanya sekilas, ia sudah bisa memastikan jika wanita yang diperintahkan untuk mereka culik, ada di dalam sana."Jadi, kalian disuruh Axel? Ku peringatkan pada kalian. Sebaiknya, kalian tidak melangkah lebih jauh dari ini, kalau kalian tahu apa yang terbaik bagi kalian." Kata Awan setenang mungkin, mengingatkan.Para preman ini tergelak, "Bos, dia coba mengancam kita? Hahaha.""Woi, bocah. Siapa yang coba lu takuti, hah?""Mungkin dia berlagak berani, biar bisa terlihat keren sama cewekny
Saat melihat, banyaknya kendaraan yang datang. Keringat dingin tiba-tiba membasahi punggung si bos preman. Ia memiliki dugaan, jika yang datang adalah orang-orang klan Atmaja itu sendiri. Ia merasa tidak pernah mencari gara-gara dengan klan besar ini. Ia masih sayang nyawanya, menyinggung klan Atmaja, sama saja dengan menggali kuburannya sendiri. Satu alasan yang terlihat masuk akal, orang-orang ini datang karena panggilan dari salah seorang targetnya."Bu-bukan, bos." Jawab Soni gemetar.Mendengar itu, Axel yang masih berada dalam mobil berubah panik. Ia tidak tahu, alasan jelas kenapa orang-orang ini datang ke sana. Namun, jelas itu bukan hal yang baik baginya. Jadi, sebelum semuanya berakhir buruk baginya, Axel bergegas menyalakan mobilnya dan bermaksud melarikan diri dari sana. Namun, belum sempat ia menjalankan niatnya. Satu mobil datang denga sangat cepat dari samping dan menabrak mobilnya dengan kuat.'Brak.'Bunyi benturan terdengar cukup keras. Sampai akhirnya, mobil yang d