Semua Bab CEO Lumpuh Mengejar Cinta Sang Perawat : Bab 21 - Bab 30

Zaphira muncul di depan pintu kamar bertepatan suara mesin monitor jantung berbunyi keras, buru-buru meletakkan baki berisi makan siang pasien di atas meja dan segera mendekati. Oh, apa yang terjadi? Pikirnya begitu panik dan khawatir atas keselamatan putra sulung Tuan Imran yang baru hari ini diperbolehkan pulang melanjutkan perawatan di rumah. Masker oksigen segera dipasang di hidung Rashya dan menyetel tekanan udara sesuai kebutuhan, kemudian memeriksa selang infus yang masih mengalir lancar. "Apa-apaan kalian bertengkar lagi membuat pasien jadi begini?" Zaphira terkejut dan tidak bisa menahan kesalnya. Keadaan CEO yang dia rawat tiba-tiba memburuk dalam beberapa menit saja setelah ditinggalkan ke dapur. Untung saja Dokter Darsono telah memberikan pelajaran penting sebelum pasien dibawa pulang ke rumah, sehingga ia bisa bertindak cepat dan tepat.Tanpa sadar Zaphira menunjuk ke arah putra bungsu Tuan Imran, yang menyebabkan masalah darurat terjadi. "Pergilah! Kau sama sekali tidak

"Hey 'Ra-aa, kau ada di mana-aa?" Panggilan Rashya begitu keras menggema menembus ke seluruh penjuru ruang di lantai atas dan bawah. Dipandangnya jarum jam dinding bergerak perlahan, satu dua menit berlalu begitu membosankan. Gadis sialan yang belum kembali. Oh, ia mulai gelisah resah gundah gulana terbiasa ditemani setiap waktu, tetapi kini merasakan sungguh kesepian yang luar biasa. "Ayolah Zaphira, jangan kamu tinggalkan aku sendiri!" Batinnya berbisik sedih. Tepat sepuluh menit berlalu, Rashya sudah lelah menunggu berdiam diri tiada kawan bicara. Matanya mulai terpejam kemudian dikagetkan kehadiran gadis perawat yang datang membawa semangkok salad beraneka sayur dan buah. "Kamu darimana saja?" bentaknya kuat, memandang ke Zaphira yang tiba-tiba saja datang mengejutkan. Gadis itu meledek, menunjukkan mangkuk menawarkan sepotong ke mulutnya. Rashya menelan saliva saat di dalam benaknya membayangkan hidangan yang lezat tersaji di meja makan. "Kau pasti mencuri makanan itu dari dapu

Sial-! Marcella sungguh mati kutu ketahuan secara diam-diam berselingkuh dengan teman karib Rashya dan kakaknya, Arya. "Dengarkan aku dulu, sayang, kami cuma bersahabat baik saja seperti kau dan Nizar. Ayolah, jangan banyak berpikir aneh-aneh tak baik untuk kesembuhanmu!" elaknya bersikap manis agar tak ketahuan belangnya lagi. Rashya terus mendesaknya, menuduh tanpa bersalah, "Jangan bohongi aku terus, Cella! Tubuhku lumpuh tapi mataku tidak buta, kalian sering bercinta setiap malam di apartemen mewah milikmu selama aku terbaring koma, bukan?" Bola mata Marcella membelalak bertanya-tanya entah dari mana kekasihnya mengetahui sering berselingkuh bersama Nizar, sebelum akhirnya ia memilih calon adik ipar untuk kepentingan dan kepuasan dirinya. "Lebih baik aku pulang saja, tuduhanmu ngawur! Kau diracuni pikiranmu sendiri, padahal kau selalu berdua perawat pribadimu, tinggal di dalam satu rumah lebih bebas bermesraan di luar sepengetahuanku!" balasnya sengit. Gadis kaya raya itu

Perjalanan menuju pulau Dewata kurang dari dua jam. Persiapan matang sudah disiapkan sejak tiga hari lalu. Rashya tidak perlu berbaring terus. Sebuah kursi roda elektrik dan tombol canggih membantunya bergerak leluasa. Sebuah kendaraan bagi pasien disabilitas didesain khusus untuk menaikkan dan menurunkan penumpang dengan mudah. Perawat pribadi, Zaphira, terus mengikuti mendampingi Rashya dalam liburan pertama mereka. "Mas, kita naik apa ke Bali, kok tidak melalui terminal penumpang yang biasa?" Celingukan ke kaca jendela dengan rasa penasaran. Sejak keluar dari kediamannya, CEO Rashya terheran mengamati kegugupan aneh gadis itu hingga tiba di bandara. "Memang kau belum pernah jalan-jalan naik pesawat terbang selama ini?" Zaphira menggelengkan kepala. Dalam pikiran yang sederhana, dia hanya ingin terbang melihat dunia luar berbeda. "Belum pernah sama sekali. Tiketnya cukup mahal, aku tak sanggup membeli, apalagi jika mau liburan ke luar negeri." Duh, dasar gadis norak! R

Debur ombak laut pelan menuju pesisir pantai tempat Zaphira duduk melamun seorang diri. Hatinya sedikit tenang, pasien ditinggalkan bersama keluarga di villa, sementara dia sedang menikmati suasana pulau Bali yang menakjubkan untuk pertama kali bekerja sekaligus beribur di dalam hidupnya. "Hai 'Ra, boleh aku temani kau duduk di sini?" Tiba-tiba, suara Arzu mengusik dan mendekati diam-diam gadis itu lagi. Sikapnya pantang menyerah dengan segala cara ditempuh untuk mendapatkannya. Zaphira mendongak terasa dirinya keberatan, tapi pria brengsek itu selalu memaksa. "Sebaiknya kau jangan berlama-lama di sini, Marcella pasti tidak senang jika tahu berdekatan lagi denganku!" cegahnya, tak mau mendapat masalah berurusan lagi dengan putri Tuan Adi Hadiningrat yang angkuh dan sombong. Adik Rahsya mengulum senyum menganggap mudah semua persoalan keluarganya. "Santai aja 'Ra, dia 'kan tunangan Rashya, mana mungkin aku begitu berani merebutnya," tukasnya berkelit, lalu memilih duduk di sampi