Sudah satu empat puluh hari berlalu. Rashya masih terbaring kaku, deru nafasnya teratur dibantu selang oksigen. Detak jantung dan tekanan darah tertera di layar mesin tergambar normal. Zaphira melihat dari balik kaca membuatnya kian lara tak ingin lagi tinggal di ruang itu bersamanya, meski adik pasien memaksa beristirahat menemani di dalam. "Ra, kita makan malam dulu yuk! Kamu pasti kelaparan dari tadi setelah pulang kerja, terus kuliah," ajak Arzu, memecah keheningan di antara mereka. Dia tahu gadis itu kesal jika mencampuri urusan pria bernama Adzriel tadi, lalu menjaga jarak seperti orang bermusuhan. "Tidak, terima kasih! Kau lihat saja, Adzriel membawa makanan dan buah, semua itu lebih dari cukup bagiku," elaknya, mengambil tempat duduk lagi beristirahat dan tidur cepat seperti biasanya. Pengalihan Zaphira dari upaya Arzu mendekati dirinya yang terus mendesak, mau menerima tawaran apapun meski tak dibutuhkan sama sekali. "Kenapa 'sih kamu enggan banget bersamaku, mal
Last Updated : 2025-09-11 Read more