All Chapters of Aku (Bukan) Jodohnya: Chapter 11 - Chapter 20
138 Chapters
Bab 10B
Namun, percakapan itu terputus ketika Gita berlari melepas genggamannya. "Oma," panggil Gita setelah melihat dan berlari ke arah sang nenek yang tengah duduk berhadapan dengan lelaki masa lalu, Bastian."Hallo, Cucu kesayangan." Naila mencium kening cucu satu-satunya.Dengan langkah berat, Keysha masuk ke dalam rumah dan pandangan mengarah sekilas ke lelaki berkemeja panjang marron yang terbalut sempurna di tubuh. Dasi hitam yang melingkar leher menambah aura kewibawaan.Pria bertubuh tegap itu pun beranjak bangkit dan menghampiri Keysha yang masih betah berdiri di dekat pintu."Hai," sapanya dengan menyebarkan senyuman yang merupakan pemandangan favorit Keysha, dulu. Perempuan itu menatap pria yang kini jaraknya sangat dekat, ada rasa rindu di hati setelah beberapa hari tidak berjumpa. Dia tidak sanggup membalas menyapa, mendadak lidahnya menjadi kaku. Namun, mengapa aroma parfum khas maskulin milik Bastian sungguh memanjakan indra penciuman. Seolah terhipnotis, dia pun enggan mele
Read more
Bab 11A
Mendapatkan penolakan itu, Bastian sedikit malu tetapi untuk menyembunyikan rasa tersebut, pun pintar beralibi."Ups, sorry, tadi aku kira kamu istriku yang sedang mengantar suaminya berangkat kerja." Ada senyum di wajah, tetapi senyuman itu terkesan dibuat-buat. Sementara Keysha melempar tatapan malas menanggapi alasannya."Ya, sudah, aku berangkat dulu."Bastian kembali masuk ke mobil melalui pintu depan mobil. Tak lama kemudian, mobil menghilang dari pandangan Keysha yang sengaja menunggu sampai mobil menjauh.Diam-diam hatinya seperti tersentil setelah mendengar salah satu kalimat Bastian tadi."Aku kira kamu istriku yang sedang mengantar suaminya berangkat kerja." Kalimat itu kembali terniang dalam benaknya. Dia terlihat senyum-senyum sendiri sembari melangkah masuk ke dalam rumah. Oh, No, Keysha, stop thinking about Bastian. Bastian is not yours. ***"Ma, tadi ngapain Bastian datang?" tanyanya setelah duduk di samping Naila sambil memijat tangan yang sudah mulai berkeriput.
Read more
Bab 11B
Setelah membantu Naila di dapur dan Gita masih tertidur pulas di kamar, Keysha sudah mulai mencari lowongan kerja yang berhubungan dengan gelar sarjananya di beberapa sosmed. Dia terlalu fokus mencari info tentang pekerjaan yang cocok untuknya."Setidaknya dengan bekal gelar sarjanaku dan surat itikad baik dari ex-perusahaan di mana tempat aku bekerja dulu, aku masih bisa diterima di perusahaan lain, walau umur dan statusku yang sudah bekeluarga. Ya, mudah-mudah diberi kemudahan dan kelancaran. Amin." Keysha berdoa dalam hati.Sore hari saat Elina pulang dari aktifitasnya, Keysha pun pamit pulang ke rumah. Dia berniat akan sampai di rumah terlebih dahulu sebelum Mas Ikbal.Sesampai di rumah, dia mengurus Gita dan memasak beberapa menu untuk disantap bersama dengan keluarga kecilnya. Beruntung Gita termasuk anak yang penurut dan tidak rewel. Bocah berambut tipis itu suka membaca buku cerita bergambar. Keysha memang mendidiknya dengan tanpa ponsel. Selain menjadi anak yang tidak kreatif
Read more
Bab 12A
Memperhatikan sikapnya yang pasrah, Ikbal pun ikut merebahkan tubuh, mendekat lalu melingkari tangan ke perut Keysha yang kini terbaring membelakanginya."Ngambek, ya?"Keysha menggeliat geli mendengar bisikan dan dibalas dengan gelengan. Ikbal tahu, jika Keysha merasa sesuatu yang tidak mengenakan di hati, dia lebih memilih menghindar dan diam tanpa memberitahu perasaan sesungguhnya."Kalau aku bilang boleh, kamu masih ngambek nggak?"bisiknya lagi.Mendengar kata boleh, seketika membuat mata Keysha berbinar dan tersenyum lebar. Dia mengubah posisi tubuh dan berbalik menghadap suaminya. "Beneran boleh?" Dia memastikan apa yang didengar tadi bukanlah mimpi."Aku nggak bilang boleh. Aku cuma bilang kalau." Ikbal menekan kata kalau."Ih, nge-prank, ya?" Wajah tekuknya dimunculkan lagi sambil mencubit perut Ikbal.Ikbal meringis kesakitan sambil sesekali terkekeh. "Cium dulu dong, nanti aku bolehin." Ikbal mengerlingkan mata dan mengulum senyuman genit.Keysha menangkap tingkah 'nakal' s
Read more
Bab 12B
Iris mata Keysha bergerak melirik Bastian, tidak memberi tanggapan apa pun lalu kembali menatap ponsel yang ada dalam genggaman. Hatinya bimbang, tidak mungkin menyatakan hal jujur, maksud dia bekerja karena ingin membayar utangnya. Bahkan, dia tidak tahu apa yang akan dipikirkan Bastian tentangnya. Apa dia malah akan menjengkal Ikbal karena menganggapnya tifak sanggup memberi nafkah kepada keluarga."Ma, Kak Keysha masih ...." Terdengar suara di bibir pintu samar-samar lalu suara itu hilang ketika si pemiliknya melihat Keysha dan Bastian di ruang tamu."Eh, ada Mas Bastian." Elina tersenyum segan."Hai, Lin." Bastian menyapanya."Eh, Kak, bentar, ya, jangan pulang dulu, ini aku mau nge-print di depan." "Ih, besok aja. Ini udah sore." Keysha berdiri dan menghampirinya."Enggak bisa, Kak. Besok dosen pembimbingku mau periksa bahan ini. Bentar aja, kok." "Kenapa tadi nggak sekalian, ini udah jam pulangnya Mas Ikbal. Aku belum masak." Suaranya sengaja dipelankan supaya tak terdengar Ba
Read more
Bab 13A
"Ada apa, Key? Kayaknya ada kabar gembira?" Naila membaca ekspresi riang di rona wajah Keysha."Iya, Ma. Akhirnya ada panggilan interview. Besok." Senyuman terbit di bibir sedari tadi sejak terima kabar dari Linda."Ibu Lita bisa, kan ngasuh Gita?" Keysha mengingatkan Naila."Kemaren dia bilang iya, daripada di rumah nggak ngapa-ngapain." Ibu Lita adalah tetangga berusia 30-an tahun, tetapi belum mempunyai anak. Suaminya meninggal karena kecelakaan. Di rumah, dia tinggal berdua bersama adiknya yang kini jadi buruh cuci komplek sebelah."Ya, sudah, nanti Mama tolong hubungi dia, mastiin lagi, dia mau atau tidak. Aku mau hubungi Mas Ikbal dulu, kasih tahu kabar ini." Baru saja ia hendak mengirim pesan, ada pesan masuk dari Linda. Isinya dia diundang besok pagi jam sembilan untuk mengikuti interview disertai dengan share lokasi. Lalu, Keysha menekan tombol lokasi tersebut."Eh, ini bukannya kantor Mas Ikbal ya?" Keysha membatin, mengernyitkan dahi.***"Key, besok pas diinterview, kamu
Read more
Bab 13B
"Pak Ikbal, " sapa lelaki berkemeja hitam yang berjalan ke arahnya."Iya, Pak." Refleks Ikbal membalikkan badan dan membalas senyuman lelaki tersebut. Lelaki itu adalah general manager perusahaan."Laporan kemaren yang sudah ditandatangani, boleh dilanjutkan kerjasamanya dengan klien di Bandung karena sudah disetujui atasan." Sang GM menyampaikan maksudnya."Baik, Pak. Nanti segera saya follow up kembali dan lanjutkan proyeknya." ***Butuh satu jam, Keysha menjalankan interview di ruang Linda."Interview kita sampai di sini dulu. Karena Ibu melamar menjadi sekretaris direktur utama di perusahaan kami, jadi Ibu akan kami alihkan ke pak direktur langsung untuk diwawancara lebih lanjut ya, Bu." "Iya, Bu. Kapan saya akan di-interview?" Tangan Keysha terasa dingin, selain karena suhu ruangan itu memang sejuk, juga rasa gugup yang masih menyelimuti hatinya."Sebentar, Bu. Saya coba menghubungi Pak Dirut dulu, kapan beliau bisa melakukan interview kepada Ibu."Linda mengambil gagang telep
Read more
Bab 14A
Aku, Bastian Prabaswara dijuluki si jenius oleh semua orang yang mengenalku. Gelar sarjana kudapatkan hanya dalam kurun waktu tiga tahun dengan hasil cum laude. Namun sayang, otak encer tidak sebanding dengan kehidupan ekonomi di keluargaku. Aku seorang putra dari ibu seorang pedagang nasi bungkus di pinggir jalan, daerah kampus di mana aku kuliah dulu.Perbedaan status membuatku harus dijengkal oleh orangtua wanita yang aku cintai, terutama Arya Adiwijaya, papa Keysha. Hubungan kami pun ditentang karena status ekonomi.Selain dapat beasiswa di bangku kuliah S1, aku bahkan dapat tawaran beasiswa untuk melanjutkan S2 di Hitotsubashi University Bussiness School di Jepang. Awalnya, aku menolak tawaran beasiswa tersebut, tetapi keadaan yang memaksaku untuk mengambilnya waktu itu.Dua tahun aku mendapatkan gelar MBA di negara sakura, lalu di sanalah aku bekerja dan bertemu dengan Sir.Hiro, salah satu pembisnis di Jepang. Aku diajak bekerja sama menyalurkan barang elektronik seperti oven,
Read more
Bab 14B
Bodoh, kenapa aku bisa berpikir dia akan menungguku? Pamit aja, aku enggak. Namun, ini bukan sepenuhnya kesalahanku. Kalau saja kondisi itu tidak terpaksa, aku tidak akan meninggalkan Jakarta.Namun tidak apa, lihat saja, semesta pun seolah memihak kepadaku. Jika tidak dapat info dari Ayu, setidaknya aku bisa mendekati keluarganya. Iya, masih ada Bu Naila dan Elina. Aku jadi tahu alamat rumah setelah aku membantu membawa mamanya ke rumah sakit kala dia pingsan. Namun jujur, bantuan itu ikhlas tanpa pamrih. Bahkan uang perawatan rumah sakit yang sudah aku keluarkan, itu semuanya ikhlas tanpa harus dikembalikan. Aku disambut hangat Bu Naila dan Elina kala aku mengunjunginya. Hidup lebih sederhana dengan rumah yang mereka huni sekarang. Aku masih belum mengetahui keadaan mereka beberapa tahun belakang. Namun, aku sudah tahu kalau papanya sudah meninggal karena sakit.Sampai sore itu, kala aku mengunjungi Bu Naila di rumah sekadar ingin tahu keadaannya, sengaja kubawakan mie ramen untuk
Read more
Bab 15A
Keysha berusaha membuang muka, tidak ingin melakukan kontak mata terlalu lama dengannya. Dia masih takut memandang wajah yang akan membuat ingatan tentang kenangan masa lalu hadir di pikirannya. Lebih baik menghindar daripada semua akan berakhir runyam.Bastian meraih tangannya tanpa sungkan dan membawa menuju ke sofa empuk ruangan. Entah mengapa, wanita tersebut tidak menolak mengikuti langkahnya. Berhadapan dengan Bastian, tidak kuasa menampik seolah terbius atau terhipnotis."Mulai hari ini, kamu bisa bekerja di sini bersamaku." Bastian mengutarakan niatnya."Aku nggak bilang akan terima pekerjaan ini." Keysha menyahut lalu berdiri hendak keluar dari ruangan. Baru beberapa langkah, kakinya tertahan karena pria berjambang tipis itu mencengkal pergelangan tangannya."Key, kenapa? Bukannya kamu butuh pekerjaan?" Dia tidak terima penolakan karena tak mau usaha membawa Keysha masuk ke kandangnya pun sirna. Niat ingin bersama agar dapat memperbaiki yang telah terjadi."Iya, tapi bukan d
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status