All Chapters of Ikatan di Atas Kertas: Chapter 31 - Chapter 40
93 Chapters
PART 30
Rezvan berdiri mematut di depan cermin sambil menyisir dan menyugar rambutnya dengan jari-jari tangan. Raut wajahnya terlihat begitu semangat disertai rona bahagia di kedua pipinya. Rezvan mengambil jaketnya lalu ia pakai secepat kilat dengan sangat rapi. Kemudian, ia mengenakan sepatunya dan segera menyambar kunci motor yang ia gantung di tempat menggantung kunci. Matahari yang menampakkan dirinya dan menyorotkan sinar hangat pada Rezvan lalu baru saja keluar dari rumah, seolah ikut berbahagia dengan suasana hati laki-laki itu sekarang. Entah apa yang membuatnya senang, yang jelas pasti ada hubungannya dengan Tanisha. Rezvan segera menyalakan mesin motornya, menaiki, dan kemudian menjalankannya. Suara deru motor yang tak terlalu menggelegar pun mulai menggema melewati setiap rumah di komplek tersebut. Laki-laki yang mengenakan helm full face itu memamerkan senyum ramahnya pada setiap yang ia temui di jalan. Seburuk apa pun masa lalu Rezvan, ia yang dahulu dan sekarang jelas berbe
Read more
PART 31
"Kamu kenapa mukul Andra?! Ada masalah apa, sih, kamu sama dia? Hah?!" teriak Tanisha tepat di depan wajah Rezvan. Kedua tangannya terus mendorong tubuh laki-lakinya serta terus memojokkannya. Orang-orang di sekitar mereka membantu Kalandra kembali berdiri. Ada juga yang hendak meleraikan Tanisha dengan Rezvan. Namun, perempuan itu memberi isyarat agar tak ikut campur dan ia pastikan tak akan ada lagi baku hantam. "Masalah apa lo bilang?! Dia maksa kalo lo harus pulang sama dia!""Terus apa masalahnya? Kamu gak berhak marah cuma karena hal itu." Tanisha berucap dengan penuh penekanan. Kedua matanya tajam menatap lurus pada Rezvan. Gurat kemarahan begitu terlihat di wajahnya. Rezvan pun terdiam. Kalimat yang dilontarkan oleh perempuan di depannya itu seolah telah menamparnya begitu keras. Napasnya yang semula begitu memburu kini perlahan menjadi kembali stabil. Ia baru sadar, ini bukanlah masa lalunya, di mana ia yang memiliki Tanisha sepenuhnya dengan alasan status pacar yang melin
Read more
PART 32
Gadis dengan gamis hijau muda berjalan penuh semangat di sebuah lorong sekolah pesantren. Raut wajahnya menggambarkan kebahagiaan. Di tangannya terdapat sebuah rantang kecil berisi makanan yang ia masak sendiri. April—gadis tersebut—segera menuju ruang guru untuk memberikan rantang makanan itu kepada seseorang yang amat ia kagumi sedari dulu, Aqlan. Ia semakin senang saat mendapati Aqlan yang sudah ada di ruang guru. "Mas Aqlan!" Aqlan yang tengah menyiapkan buku untuk materi mengajar hari ini pun sontak menoleh ke arah suara tersebut. Ia tersenyum kikuk saat menyadari seseorang yang memanggil namanya itu adalah April. Gadis itu berjalan mendekati meja Aqlan lalu meletakkan rantang yang tadi ia bawa ke atasnya. "Mas Aqlan, aku bawain sarapan, nih. Aku sendiri, lho, yang masak. Pasti Mas Aqlan belum makan, kan?""Eee ...." Lagi-lagi Aqlan hanya tersenyum kikuk, tak tahu harus menjawab bagaimana. Ingin sekali ia berkata bahwa dirinya sudah sarapan di rumah. Sarapan masakan istri ter
Read more
PART 33
Seorang pengemudi ojek online dengan seorang penumpang perempuan di depannya tiba di depan gerbang pesantren Al-Muhajirin. Setelah menyerahkan beberapa lembar uang, perempuan itu lantas memasuki gerbang dan disambut hangat oleh penjaga gerbang. Istri dari Aqlan tersebut—Tanisha—menarik napas terlebih dahulu sebelum berjalan lebih jauh ke area pesantren. Ia sudah menebak-nebak kalau para santri di sana pasti akan menunduk hormat padanya. Sesuatu yang paling membuat Tanisha merasa tak nyaman saat mendatangi pesantren milik mertuanya itu. Benar saja, baru saja Tanisha berjalan beberapa langkah, sudah ada 2 orang santriwati yang berlalu di hadapannya sambil membungkukkan badan hormat. Tanisha yang melihat itu hanya tersenyum kikuk seraya menganggukkan kepala pelan. Bukan keinginannya untuk datang ke tempat menuntut ilmu agama ini. Lagi-lagi Tanisha diminta oleh sang Bunda untuk membawakan makan siang pada Aqlan. Kalau bukan karena permintaan oleh malaikat tak bersayapnya, Tanisha pasti
Read more
PART 34
"Tumben banget kamu ke sini, Nisha. Ada apa?" tanya Sardan sembari menjatuhkan tubuhnya ke salah satu single sofa di ruang tamu tersebut. "Nggak papa, kok, Abi. Pengen jenguk aja, sekalian nganterin makan siang buat Bang Aqlan," jawab Tanisha. Sardan mengangguk paham. Ia pun mengajak Tanisha untuk berbincang-bincang perihal perjalanan rumah tangga Tanisha dengan putranya, Aqlan. Sebagai putra pertama, tentu Sardan berharap Aqlan benar-benar dapat menjadi pemimpin yang baik bagi keluarga kecilnya. Ilmu-ilmu mengenai kehidupan rumah tangga yang sudah Sardan sampaikan pada Aqlan diharapkan dapat diamalkan oleh laki-laki itu. Sementara itu, Raidah meminta kepada salah satu santri di sana untuk membuatkan minuman. Sambil menunggu, Raidah pun ikut masuk ke dalam percakapan antara suami dan menantunya itu. "Aqlan gimana? Nggak ngerepotin kamu, kan? Suka bikin kesel gak? Soalnya Aqlan itu orangnya kadang suka ngerjain," tanya Raidah diiringi tawa ringan. "Nggak, kok. Bang Aqlan baik," ja
Read more
PART 35
Beberapa hari ke belakang ini Rezvan dilanda rasa penasaran yang seolah terus-menerus menghantui pikirannya. Semenjak insiden di pasar itu, Rezvan pun menjadi lebih banyak diam dan melamun. Hal itu tentu membuat Fathan heran, apalagi laki-laki itu juga selalu melamun di tengah-tengah kegiatan rapat. Rezvan ingin sekali mencari tahu tentang sesuatu yang ia rasa Kalandra sembunyikan darinya. Perkataan Kalandra sewaktu di pasar seakan-akan terus terngiang di telinganya dan mendorong laki-laki itu untuk mencari tahu sendiri ketimbang menunggu kepastian kapan waktu akan memberi tahunya. "Woy! Ngelamun mulu lo! Lagi waktu kerja ini!" seru Fathan saat memergoki Rezvan tengah melamun padahal seharusnya laki-laki itu turut memantau proses berjalannya shooting. "Terserah gue, lah," sahut Rezvan diiringi tatapan sinis yang ia layangkan. Fathan berdecak kesal. Ia pun memilih untuk mengabaikan Rezvan dan pergi ke area sekitar tempat shooting untuk meng-handle segala urusan di sana. Ia paham, j
Read more
PART 36
Pukul 9 malam, Aqlan dan Tanisha baru kembali dari Al-Muhajirin. Saat memasuki kamar beriringan, tampak keduanya begitu kelelahan. Kedua mata mereka sudah tak sabar untuk diajak pergi menonton sebuah drama di alam mimpi. Sebenarnya Aqlan selesai mengajar bakda Isya, tetapi—seperti kebiasaan laki-laki—ia diajak berbincang-bincang dahulu oleh sang ayah bersama kerabat yang lainnya juga. Tanisha yang tak berani pulang sendiri di malam hari pun terpaksa ikut Aqlan dan menghabiskan waktu bersama sepupu-sepupu perempuan dan bibi-bibi Aqlan. "Ah ... capek banget hari ini," keluh Tanisha sambil merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Aqlan yang sedang mengganti pakaiannya pun tersenyum melihat tingkah sang istri. Setelah acara menggantinya selesai, Aqlan pun segera menghampiri Tanisha lalu mengusap kepala perempuan itu. "Ganti baju dulu sana. Abis itu cuci tangan, cuci kaki sama sikat gigi. Nanti kita tidur bareng," titah Aqlan lembut. Tanisha mendengkus kesal. Ia paling tak suka diganggu ket
Read more
PART 37
Pagi-pagi sekali, kedua pasangan suami istri itu—Aqlan dan Tanisha—sudah sibuk bersiap untuk kembali berurusan dengan kegiatannya masing-masing. Namun, kali ini ada yang berbeda dari pasangan tersebut. Sedari Subuh dari tak ada satu pun dari keduanya yang mengajak bicara. Hening. Suasana pun begitu canggung. Aqlan yang biasanya pada pagi hariselalu membuntuti Tanisha ke mana pun perempuan itu pergi, kini justru agak menghindar dari istrinya tersebut. Sikap manjanya yang tak jarang menimbulkan rasa kesal di hati Tanisha kini tak ia tunjukkan. Begitu pun dengan Tanisha. Perempuan yang biasanya mencerocos di pagi hari ini karena sibuk mengurus rumah sekaligus sang suami yang harus segera pergi bekerja, kini pun ia tak mengeluarkan banyak omelan. Sesekali Tanisha menegur secara singkat jika Aqlan tak melakukan sesuatu dengan benar. Peristiwa semalam benar-benar telah membuat hubungan mereka berdua renggang dari yang semula sudah renggang. "Dek, hari ini Abang pulang malem lagi. Kamu m
Read more
PART 38
"Ada apa ini?"Tanisha dan April nampak terkejut dengan kemunculan Aqlan yang tiba-tiba. Keduanya lantas saling diam seraya menundukkan kepala. Kalandra yang berada tepat di belakang Aqlan pun melipat kedua tangannya di depannya. Sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman yang terkesan jail. "Hayo ... giliran udah ada Gus Aqlan, berantemnya jadi udahan," sindir diakhiri kekehan yang terdengar jahat. Aqlan hanya menggelengkan kepalanya mendengar ucapan KalandraDengan kepala yang masih tertunduk, Tanisha melayangkan tatapan tajam pada Kalandra. Bukannya takut, laki-laki itu justru makin gencar menertawakan keduanya. "Bentar lagi azan berkumandang. Mending kalian siap-siap dulu, deh, buat ke masjid," titah Aqlan. Sebenarnya ia juga merasa kaget mendapati sang istri yang lagi-lagi datang kemari. Sejujurnya pun, hatinya begitu senang. Akan tetapi, karena ada April, ia pun terpaksa untuk bersikap biasa saja. "Oke, deh, Mas Aqlan!" April mengacungkan jempolnya lalu segera pergi m
Read more
PART 39
"Bang Aqlan, aku mau nanya, dong," ujar Tanisha setibanya di ruang guru. Saat ia memasuki ruangan tersebut, terlihat Aqlan yang tengah duduk di kursinya sambil melahap makanan yang dibawa Tanisha. Aqlan mengunyah makanannya terlebih dahulu lalu menelannya perlahan. "Boleh. Mau nanya apa?" Tanisha terlihat seperti ragu-ragu untuk mengungkapkan sesuatu yang agak mengganggunya beberapa hari terakhir ini. Ia memandangi meja yang diketuk-ketuk dengan jari-jarinya. Aqlan yang menyadari keanehan Tanisha lantas mengangkat sebelah alisnya. Kegiatan makannya ia hentikan sejenak. Timbul pertanyaan di benaknya mengenai apa yang mungkin tengah dipikirkan istrinya itu. "Kenapa? Kok, diem? Nggak jadi nanya?" tanya laki-laki itu. Kalandra yang menyaksikan keduanya pun tak bisa berbuat apa-apa. Sebenarnya, ia pun tahu apa yang hendak ditanyakan oleh Tanisha pada Aqlan. Namun, Kalandra lebih memilih untuk diam dan tak mencampuri urusan rumah tangga keduanya. "Gini, em ... Bang Aqlan bohong, kah,
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status