Semua Bab Ikatan di Atas Kertas: Bab 21 - Bab 30
93 Bab
PART 20
Senin pagi, seisi rumah mulai sibuk dengan urusannya masing-masing. Ada yang sibuk menyiapkan peralatan sekolah, sibuk menyetrika pakaian, sibuk memasak, bahkan ada yang sekadar sibuk menyiram tanaman di depan rumah. Senin, hari yang katanya paling dibenci oleh semua orang. Hari di mana semua kesibukan dimulai. Hari di mana rasa lelah akan menerpa. Namun, tidak bagi Tanisha. Entah itu hari Senin, Selasa, maupun seterusnya terasa sama saja, tak ada bedanya. Sama-sama membosankan. Pagi ini, perempuan itu hanya duduk-duduk santai di ruang keluarga sambil menonton televisi. Kegiatan beres-beres rumah dan memasaknya sudah selesai sedari tadi. Yang belum hanyalah mencuci piring dan mencuci baju. Terlihat Aqlan yang mengenakan baju koko berwarna ungu, dan celana relaxed-legged, serta peci hitam yang menjadi penutup kepala andalannya saat hendak pergi mengajar. Satu tangannya nampak tengah menggandeng sebuah tas. "Bang Aqlan, sarapan dulu," ucap Tanisha saat baru menyadari kehadiran Aqla
Baca selengkapnya
PART 21
Tanisha berjalan memasuki gerbang pesantren sambil menghentak-hentakkan kakinya. Wajahnya ditekuk, nampak sedang menahan kesal. Di tangannya, terdapat sebuah rantang berisi makanan untuk Aqlan. Bukan murni keinginan Tanisha untuk mengantarkan makan siang ke pesantren Al-Muhajirin. Jaraknya yang lumayan jauh, dan panasnya terik matahari di siang hari tentu membuatnya merasa sangat malas untuk pergi keluar rumah. Namun, permintaan dari Sa'diyah membuat Tanisha tak kuasa untuk menolak. Sebelum berangkat ke tempat ini, Tanisha sempat bertemu dengan Sa'diyah. Lebih tepatnya, Sa'diyah datang berkunjung ke rumah Aqlan. Sang Bunda bercerita banyak hal mengenai kehidupan rumah tangannya dengan ayah Tanisha sewaktu masih muda. Akhirnya, malah berujung harus mengantarkan makan siang untuk Aqlan dengan dalih agar menjadi istri yang baik. Seperti biasa, Tanisha disambut begitu baik oleh santri-santri Al-Muhajirin. Bahkan, beberapa di antara mereka ada yang menunduk hormat saat berlalu di depann
Baca selengkapnya
PART 22
"Acha!" Aqlan menarik lengan Tanisha hingga membuat tubuh perempuan itu menjadi menghadap Aqlan. "Maafin Abang, ya? Kita pulang bareng aja, yuk!" tawarnya. Tanisha melepaskan cekalan Aqlan di lengannya. Kemudian, ia melipat kedua lengannya di depan dada. Tatapannya yang nampak sinis menatap lurus ke wajah laki-laki itu. "Janji gak ngeselin lagi?" Aqlan tak sanggup menatap wajah menggemaskan istrinya itu. Kedua tangannya terangkat untuk mencubit pipi perempuan itu. "Bang Aqlan! Baru juga dibilangin!" gerutu Tanisha sambil melepaskan cubitan Aqlan di kedua pipinya. Semua kelakuan kedua pasangan itu tak luput dari perhatian para santriwan dan santriwati yang berlalu di hadapan keduanya. Mereka nampak kagum dengan sikap romantis yang diberikan Aqlan terhadap Tanisha. Beberapa di antara mereka bahkan sampai ada yang menggigit jari seolah gemas melihat kelakuan pengantin baru yang menurut mereka terlihat uwu itu. Andai mereka semua tahu, hubungan sesungguhnya antara Aqlan dan Tanisha t
Baca selengkapnya
PART 23
Aqlan keluar dari kamar mandi menuju kamarnya dengan rambut yang basah serta handuk yang melilit di pinggangnya. Saat baru memasuki kamar, laki-laki itu mendapati Tanisha yang tengah sibuk mengetik di atas ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜บ๐˜ฃ๐˜ฐ๐˜ข๐˜ณ๐˜ฅ. Namun, wajahnya agak pucat, kedua matanya pun nampak lelah seolah telah begadang semalaman. Aqlan mengambil bajunya dari dalam lemari sambil terus memandangi Tanisha. Perasaannya begitu khawatir melihat keadaan istrinya yang seperti tidak baik-baik saja. Setelah mengenakan kaosnya yang berwarna abu-abu, serta celana panjang berwarna hitam, Aqlan pun memutuskan untuk menghampiri perempuan itu. "Acha." Aqlan mengambil satu kursi lalu duduk di sebelah Tanisha. Cahaya matahari yang masuk dan menyorot wajah Tanisha membuat wajah pucatnya semakin terlihat jelas. Lingkaran hitam di bawah matanya pun seolah menandakan bahwa istrinya itu tak tidur semalam. "Acha, kamu sakit? Semalem kamu begadang, ya?" tanya Aqlan sambil menyentuh kening perempuan itu. Tanisha menggele
Baca selengkapnya
PART 24
Aqlan membuka pintu rumah dengan perlahan untuk menghindari suara bising yang mungkin ditimbulkan. Kaki-kaki jenjangnya ia langkahkan masuk ke dalam rumah tanpa suara. Kedua matanya menelisik seisi ruang tamu yang nampak gelap. Ia berpikir, mungkin Tanisha sudah tidur sedari tadi. Hari ini Aqlan pulang lebih lambat karena ia mendapat tanggung jawab untuk mengajar santri di malam hari. Akibatnya, mungkin Aqlan akan jarang menghabiskan waktu dengan Tanisha. Dengan hati-hati, Aqlan menaiki anak tangga menuju kamarnya. Ia sempat merasa heran mendapati lampu kamarnya masih menyala. Aqlan pun memberanikan diri untuk mengecek kamar yang ditempati Tanisha itu. "Acha?"Aqlan mengitarkan pandangannya ke sekitar kamar. Pandangannya terhenti pada seorang perempuan yang tengah duduk di meja kerja dengan sebuah lampu meja yang menyorot ke ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜บ๐˜ฃ๐˜ฐ๐˜ข๐˜ณ๐˜ฅ yang tengah ia gunakan. "๐˜”๐˜ข๐˜ด๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ด๐˜ช๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜ฏ๐˜ถ๐˜ญ๐˜ช๐˜ด ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข๐˜ต๐˜ข," batin Aqlan seraya tersenyum tipis. Ia pun berjalan masuk untuk
Baca selengkapnya
PART 25
Sedari tadi, Rezvan terus mondar-mandir di dalam kamarnya sambil memegang ponsel. Ia ingin sekali menghubungi Tanisha, tetapi rasa gugupnya membuat laki-laki itu begitu sulit untuk membuka pola kunci ponselnya saja. Perasaannya kalang kabut, resah, gelisah, takut, yang bercampur aduk menjadi satu. Rezvan sendiri merasa heran dengan dirinya yang sebelumnya tidak pernah seperti ini. Laki-laki itu memutuskan untuk duduk di sofa untuk menenangkan pikirannya. Kakinya ia ketuk-ketukkan ke bawah lantai. Tatapan matanya yang mengarah ke satu arah seolah menggambarkan kebingungan yang tengah ia rasakan. Rezvan mengusap wajahnya gusar, ia masih gugup untuk menghubungi perempuan itu. "Ah! Pokoknya rencana ini harus berhasil!" tegasnya lalu dengan cepat membuka ponselnya. Rezvan men-๐˜ด๐˜ค๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ญ๐˜ญ daftar kontak untuk mencari kontak Tanisha yang ia dapatkan beberapa waktu lalu. Setelah kontak yang ia cari ditemukan, Rezvan lantas mulai mengetikkan sesuatu di kolom pesannya. Baris pertama baru i
Baca selengkapnya
PART 26
"Lan!"Aqlan yang tengah berjalan lantas membalikkan seluruh tubuhnya saat mendengar seseorang memanggil namanya. Dengan dahi dikerutkan, laki-laki itu menganggukkan kepalanya. "Masih ada jadwal ngajar?" tanya Kalandraโ€”laki-laki yang tadi memanggil Aqlan. Satu tangannya ia gunakan untuk merangkul bahu Aqlan. Aqlan membenarkan posisi buku-buku yang tengah ia bawa. Seulas senyum ia tampilkan untuk menanggapi pertanyaan Kalandra. "Iya, nih. Akhir-akhir ini gue emang banyak gantiin guru yang pada lagi cuti sama sibuk kuliah," jawabnya. Maklumlah, sebagai putra dari pemilik pesantren Al-Muhajirin, Aqlan menjadi sasaran pengganti tanggung jawab mengajar. Namun, dengan senang hati ia pun menerima semua tanggung jawab itu."Oh, ya udah. Ntar kalo semuanya udah beres, kita ngobrol-ngobrol santai di ruang guru, ya!" ajak Kalandra antusias. Aqlan kembali mengukirkan senyum ramahnya. "Iya, sip. InsyaAllah."Sepeninggal Kalandra, Aqlan pun segera mempercepat langkah kakinya menuju kelas yang a
Baca selengkapnya
PART 27
Hari ini Tanisha hendak menemui Rezvan di kafe tempat mereka bertemu beberapa waktu lalu. Ia ingin sekali mengomeli laki-laki itu karena sudah berani merendahkan dan mengata-ngatai dirinya yang Rezvan anggap lemah dan penakut. Sedari tadi pun Tanisha tak henti-hentinya mengoceh tak jelas. Berkali-kali nama Rezvan ia sebut dalam ocehannya. Dari beres-beres rumah hingga memasak, perasaan perempuan itu seolah geram sekali. Begitu pun sekarang. Perempuan itu kini sedang bersiap-siap sambil terus-menerus mengumpat. Perasaannya benar-benar sedang tak baik-baik saja. Entah apa yang akan terjadi jika ada seseorang yang berani membuat mood perempuan itu semakin memburuk. Tanisha berangkat tanpa meminta izin pada Aqlan. Ia pun merasa hal itu tidak diperlukan, mengingat Aqlan semdiri kini sedang mengajar dan tak akan kembali ke rumah hingga malam tiba. Tanisha pergi dengan menggunakan ojek online. Tanisha sendiri tak habis pikir dengan kelakuan mengada-ada Rezvan. Apa maksud laki-laki itu pu
Baca selengkapnya
PART 28
"Mas Aqlan, nggak kangen?" Pertanyaan itu lolos dari mulut seorang gadis yang diprediksi seusia dengan Tanisha. Gadis yang mengenakan gamis ungu itu menampilkan senyum manisnya pada Aqlan. Aqlan mengalihkan pandangannya pada Kalandra. Lirikan matanya seolah tengah meminta penjelasan pada laki-laki itu. Kalandra hanya mengangkat bahu sambil mengangkat kedua tangannyaโ€”tak mau ikut campur dengan urusan Aqlan yang ini. "Kamu ... kapan pulang?" tanya Aqlan ragu-ragu. Perasaannya tiba-tiba dipenuhi dengan rasa gugup hingga keringat dingin bercucuran di dahinya. Gadis itu kembali menyunggingkan senyumnya. Buku-buku yang berada di tangannya ia simpan ke atas meja yang terdapat ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ฆ ๐˜ต๐˜ข๐˜จ yang bertuliskan nama gadis tersebut. ๐˜ˆ๐˜ฑ๐˜ณ๐˜ช๐˜ญ๐˜ช๐˜ข ๐˜Ž๐˜ข๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข ๐˜๐˜ข๐˜ณ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ขSetelah selesai merapikan buku-buku di mejanya, gadis itu lantas menghampiri Aqlan yang sedang duduk di ruang istirahat. Ia ikut duduk di salah satu ๐˜ด๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ๐˜ญ๐˜ฆ ๐˜ด๐˜ฐ๐˜ง๐˜ข dekat Aqlan. "Baru tau, ya, aku ngajar di sini ju
Baca selengkapnya
PART 29
Keesokan harinya, Tanisha pergi menemui Kalandra di sebuah tempat yang biasa orang-orang pakai untuk refreshing di hari libur. Tentunya dengan janji terlebih dahulu. Tujuannya bertemu Kalandra karena ingin menanyakan perihal Aqlan yang terlihat tak baik-baik saja dari kemarin. Kini Tanisha dan Kalandra sedang berada di sebuah gazebo yang terletak di tengah-tengah danau. Di sekitar gazebo yang mereka tempati pun ada gazebo-gazebo lain yang turut berdiri kokoh di atas danau. Tempat ini memang sengaja dirancang seperti ini agar para pengunjung tak jenuh dan dapat merasakan suasana yang lebih berbeda. "Sebaiknya lo gak usah tau dulu, Cha," ujar Kalandra saat Tanisha bertanya apa yang terjadi pada Aqlan ketika di tempat mengajarnya, Al-Muhajirin. Matanya yang selalu terlihat waspada itu kini fokus menatap jernihnya air danau yang diisi oleh berbagai jenis ikan yang menarik. "Kenapa? Emang seserius itu, ya, masalahnya? Soal apa, sih?" tanya Tanisha makin penasaran. Perempuan itu bahkan s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status