Lahat ng Kabanata ng Lebih baik janda, daripada menderita!: Kabanata 41 - Kabanata 50
67 Kabanata
41. Ketemu mantan
"Kamu ya, Nina! Makin tua, bukannya berubah. Malah semakin menjadi-jadi saja kelakuan!" omel Mama. "Nggak! Bukan begitu Ma. Bukan seperti yang Kevin bilang ...," "Maksud kamu Kevin bohong, gitu?" potong Mama cepat, Membuat Nina glagapan."Kevin gak bohong, kok, Oma. Sumpah!" sahut Kevin polos dengan menaikkan dua jarinya di hadapan Mama, membentuk angka v."Kevin! Kamu ya, hih!" Nina menatap Kevin geram, membuat bocah itu beringsut kedalam dekapan neneknya. Mama kembali menjelitkan matanya ke arah Nina. Membuat Nina menelan ludah. Nina memang sedikit takut dengan Mama. Rasanya aku ingin tertawa terpingkal-pingkal, melihat ekspresi wajah Nina yang panik, terlihat sangat lucu. "Mama benar-benar gak suka melihat tingkah kamu yang bar-bar begini, Nina. Bisa gak, mulutmu itu di kontrol sedikit di depan anak-anak! Lihat Kevin, jadi bertanya hal yang tidak pantas untuk anak seusianya!" omel Mama lagi. C
Magbasa pa
42. Terbakar cemburu.
"Supplier baru, sayang? Yang lama kemana?" tanyanya. Wajahku merona mendengar kata 'sayang' yang ia ucapkan padaku. Semenjak kami menikah, Mas Arman memang sering menggunakan kata manis itu untuk memanggilku. Hanya saja, aku masih belum terbiasa mendengarnya."Iya, Mas, yang lama sudah aku stop.""Kenapa?"Aku menghela napas. "Kamu ingatkan tentang pembukuan pengeluaran resto yang tiba-tiba membengkak, itu semua karena bahan-bahan yang dikirimkan ke sini oleh supplier lama, dalam keadaan tidak segar. Hingga membuat stok bahan-bahan cepat sekali busuk. Kalau tetap dipertahankan yang ada, aku rugi," jelasku. Mas Arman manggut-manggut tanda mengerti. Tangannya membuka box styrofoam di sebelah kami. Seketika matanya berbinar seperti baru menemukan harta Karun yng berharga. " Tumben ada kepiting, sayang?" "Iya, rencananya aku mau nambah menu baru dengan bahan kepiting. Memangnya kenapa, Mas?" Aku melihat Mas Arman memilih beberapa ekor kepiting laut yang ukuran besar-besar."Mas mau maka
Magbasa pa
43. Mengenang masa lalu.
"Benarkah? Aku tak menyangka jika Mas Arman seperti itu?" ujarku kaget, nyaris syok, membuat Vera terkekeh pelan.Sedangkan suamiku menatap ke arah kami berdua dengan cemberut. Lebih tepatnya, ia malu, karena rahasia yang ia simpan selama ini justru dibongkar secara gamblang oleh mantan istrinya itu.Sekarang kami bertiga duduk di gazebo, Mas Arman tidak jadi pergi ke kantor. Ia justru ikut nimbrung di antara kami berdua. Dari cerita Vera aku mengetahui ternyata pernikahan mereka hanyalah sebuah perjodohan. Antar kedua orang tua. Mereka bercerai secara baik-baik setelah empat bulan menikah, itu pun karena Vera tengah hamil dengan kekasihnya. "Tentu saja, karena memang itu lah kenyataannya! Mbak sih ... yang gak peka," jawab Vera. Ia menyeruput secangkir Milo hangat yang kusajikan untuknya. Hatiku masih belum puas dengan jawaban yang ia berikan."Apa kamu tidak pernah mencintai Mas Arman? Maksudku, kalian pernah dekat dan menikah juga, tidak menutup kemungkian cinta itu bisa hadirkan?
Magbasa pa
44. Nina berulah.
Aku menatap bulan purnama dari atas balkon kamar sambil tersenyum mengingat kejadian itu. Memoriku masih mengingat kejadian masa lalu, kejadian betapa polosnya diriku. Sebuah pelukan hangat dari belakang, membuat aku tersadar dari lamunan. "Apa yang kamu lihat, sayang?" tanya Mas Arman sambil menumpukan dagu di bahuku."Bulan purnama," jawabku singkat. Mas Arman semakin mengeratkan pelukannya."Apa yang menarik dari bulan purnama, itu?" ucap Mas Arman yang membuatku terkekeh."Bentuknya yang indah," jawabku mantap. "Karena memang dari dulu aku sangat menyukai bulan purnama. Ia selalu indah walau di tengah kegelapan," "Tapi kamu lebih indah dari bulan purnama," ujar Mas Arman membuatku kembali terkekeh. Aku memutar tubuhku menghadapnya. Aku mengalungkan kedua tanganku ke lehernya."Jangan pasang wajah yang datar saat sedang merayu, Mas!" Kulihat dahi suamiku berkerut."Aku serius sayang!" ujar Mas Arman menyakinkan."Tapi aku masih penasaran, sayang." ujar Mas Arman lagi. Menarik t
Magbasa pa
45. Si biang masalah.
Hari ini aku begitu bahagia, karena saking bahagianya, hingga semua yang aku kerjakan menjadi sempurna. Senyum tak pernah lepas dari bibir ini. Hingga beberapa orang karyawan di resto sampai menggodaku."Cie ... Mbak Indah, seperti orang yang lagi kasmaran saja. Dari tadi senyum-senyum sendiri" ujar Bianca padaku, saat aku sedang menulis laporan keuangan resto di ruang kerjaku. Tentu saja membuatku menjadi malu. Apa lagi yang kutulis saat itu bukanlah laporan keuangan, melainkan ukiran namaku dan Mas Arman, dengan lambang hati dan bunga.Inilah yang dinamakan orang, indahnya berpacaran setelah menikah. Memang sungguh indah. Seindah nama yang tersemat di diri ini.Aku duduk di sebelah kasir menemani Dita, sekalian memantau resto yang sedang ramai, karena memang sedang jam makan siang. Sedangkan Mas Arman tidak datang makan siang di resto hari ini. Sebab, sedang menemani Mama untuk check up di rumah sakit. Gula darah Mama akhir-akhir ini naik."Ayo silahkan! Kalian boleh pesan makanan
Magbasa pa
46. Kelakuan Nina.
Plak!Dengan cepat tangan Nina melayang ke pipi Bianca. Cukup membuatku terkejut bukan main. Melihat apa yang ada di hadapanku saat ini. Pasalnya resto masih ramai, hingga membuat kami menjadi tontonan banyak orang.Bianca memegang pipinya yang memerah, Matanya berkaca-kaca, dengan tatapan nyalang. Ia begitu marah pada Nina. Sedangkan Nina memandang Bianca dengan tatapan menghina.Aku tidak menyangka, Nina akan melakukan itu di depan orang banyak. Aku kembali melihat ke arah Bianca yang menggigit bibir bawahnya dengan erat, seperti sedang menahan gejolak amarah. Memang keterlaluan sekali, Nina!"Apa lihat-lihat! Memang kamu pantas ditampar! Mulutmu itu begitu lancang, dasar pelayan tak tahu diri!" hardik Nina dengan berkacak pinggang. Membuatku semakin jengkel melihatnya.Belum sempat aku membuka mulut untuk menegur Nina. Ternyata, tangan Bianca sudah dengan cepat membalas perlakuan Nina padanya."Arrkhhh ... lepasin! Dasar pelayan tidak tahu diri!" Nina menjerit saat kedua tangan put
Magbasa pa
47. Pertengkaran suami-istri.
pov. Nina"Memalukan! Tingkah laku kamu ini, sungguh bikin aku malu! Dasar istri tak tahu bersyukur! Mau di taruh mana mukaku, Nina!" maki Mas Rio padaku. Sepanjang jalan, di dalam mobil, Mas Rio tak henti-hentinya memaki dan mengumpatku. Sungguh kasar sekali sikapnya padaku kali ini.Aku tahu dirinya sedang marah padaku, tetapi tak bisakah ia menurunkan nada bicaranya itu? Seperti Mas Arman yang tetap lembut saat sedang kesal pada Indah. Lagi-lagi Indah, kenapa aku selalu teringat dsn membandingkan diriku dengannya. Lagian apa hebatnya janda anak satu itu? "Kamu dengar ucapanku tidak, Nina?" sentak Mas Rio kembali. Suaranya kembali naik satu oktaf hingga membuatku terkejut. Kuping ini terasa langsung kebas mendengarnya. "Kok, kamu hanya memarahi aku, Mas? Seharusnya kamu marahin pelayan itu! Dia yang sudah berlaku kurang ajar padaku!" ujarku membela diri. Aku tak terima jika hanya aku yang disalahkan di sini. "Jika kamu langsung bayar, maka pelayan itu tidak akan berkata seperti i
Magbasa pa
48. Rasa iri di hati Nina.
Aku melangkah dengan gontai, menahan sesak di dada. Hatiku begitu sakit, Mas Rio dengan tega meninggalkanku di jalanan begitu saja. Benar-benar lelaki kejam!Semua ini terjadi, berawal dari pertemuanku dengan teman-temanku siang itu.Sebagai genk sosialita. Kami biasa mengadakan arisan setiap minggunya. Saat sedang mengadakan arisan, temanku Sinta yang sok kaya itu. Baru saja mengatakan jika suaminya baru saja membuka pabrik baru, dengan gaya sombongnya membuatku muak."Hay, jenk ... tahu gak sih, aku baru saja di belikan pabrik baru sama suamiku. Katanya sebagai kado ulang tahunku. So sweet banget gak, sih, suamiku itu," ujar Sinta dengan begitu bangganya memamerkan apa yang ia dapat saat itu. Baru kemaren ia memamerkan hadiah gelang emas yang memenuhi setengah lengannya padaku, sekarang pabrik. Memangnya sekaya apa sih ... suaminya itu?"Wah ... hebat suami kamu, ya, Sin. Selain tajir, juga romantis. Jadi iri dech, sama kamu!" puji Ambar. Aku heran wanita satu ini apa tidak masuk
Magbasa pa
49. Rencana licik Nina.
Sudah hampir tiga jam aku berkeliling mencari sebuah alamat yang dengan susah payah aku dapatkan. Kepala ini sudah mulai nyut-nyutan merasakan panasnya terik matahari yang begitu membara di atas kepala. "Apa ini tempatnya?" tanyaku pada diri sendiri seakan tak percaya. Sambil menepikan mobilku. Aku mengedarkan pandangan mataku, menelisik satu-persatu rumah yang ada di lingkungan ini. Begitu kumuh dan sempit dan bau.Aku heran kenapa ada orang yang tahan tinggal di lingkungan yang lebih cocok disebut kandang hewan ketimbang rumah. Kulit halusku terasa gatal. Tanganku pun tak henti-hentinya mengibas-ngibas di depan muka untuk menghalau bau tak sedap yang masuk ke dalam penciumanku. Celakanya aku tak membawa tissue atau sapu tangan saat tiba di tempat ini tadi. Setelah bertanya pada bapak-bapak di ujung gang aku akhirnya tiba di depan sebuah kontrakan yang sangat kecil. Mobil aku tinggal di ujung gang sana. Karena gang ini begitu sempit. Bahkan satu mobil satu tidak dapat melewatinya.
Magbasa pa
50. Keinginan Dito.
Pov. Indah"Mas, hari ini habis dari resto, aku mau mampir dulu ke butik, ya? Aku mau memesan beberapa gaun untuk Naira. Karena sebentar lagi kan, ia ulang tahun," ucapku manis. Tanganku sibuk menari di atas jas Mas Arman, menyimpul dasi di lehernya agar menjadi rapi. Sejak menikah, pria tampan di hadapanku ini seolah kehilangan kemampuannya dalam memasang benda satu ini."Terserah kamu, sayang. Yang penting, nanti siang kamu harus ada di resto, kita makan bareng,""Aku kan perginya sore, Mas. Oh ... ya, kamu mau dimasakkan apa nanti siang?" Setelah memasang dasi Mas Arman dengan rapi, aku beranjak. Mengambil tasku yang ada di atas nakas."Mas mau cah kangkung, sama cumi saos tiram, dan gurame bakar!" jawabnya cepat. Aku tersenyum."Siap bos!" Aku menaikkan satu tanganku ke atas pelipis, bergaya seolah memberi hormat pada komandan militer. Mas Arman terkekeh dan merangkul tanganku, mengajakku keluar. Hari ini kami berangkat kerja tidak menggunakan satu mobil seperti biasa. Karena aku
Magbasa pa
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status