All Chapters of Lelaki Dua Wajah: Chapter 31 - Chapter 40
259 Chapters
Bab 31
"Kalian tunggu di sini! Aku akan memeriksa ke belakang!"Clark merasa kasihan pada Jack dan anak buahnya. Seharusnya mereka beristirahat untuk memulihkan tenaga, tapi siapa yang berani melawan titah Tuan De Groot? Membantah sama saja dengan cari mati.Tuan De Groot manusia berhati iblis. Tak punya rasa belas kasihan. Ia hanya peduli pada nama baik dan keuntungan pribadinya saja.Clark mengitari rumah papan milik Tuan Jaffan. Berharap lelaki tua itu sedang berada di halaman belakang.Sepi.Tidak ada siapa-siapa di rumah itu.Clark kembali ke depan. Binar mukanya suram. "Tidak ada orang."Jack dan anak buahnya tertunduk lesu. Desah kecewa mengudara dari bibir keduanya."Mau apa lagi kalian ke sini? Sampai mati pun aku tidak akan menjual lahanku pada Tuan De Groot!"Tiga orang yang nyaris putus asa itu serentak mengangkat kepala begitu mendengar suara tegas Tuan Jaffan.Mereka balik badan. Tersenyum ramah pada Tuan Jaffan.Jack seakan baru saja menemukan oase di tengah gurun pasir. Matan
Read more
Bab 32
Clark meraih sebuah koper yang ia selipkan di sela pot bunga. Ia melangkah maju, menyerahkan koper itu kepada Tuan Jaffan setelah lebih dulu membukanya."Ada juga uang tunai senilai lima ratus ribu dolar untuk Anda, Tuan. Terimalah!"Jack dan anak buahnya meneguk ludah melihat gepokan uang di dalam koper.Tuan De Groot telah berubah. Kali ini dia benar-benar sangat murah hati.Lelaki yang terkenal pelit itu rela membelikan hadiah berharga mahal untuk seorang petani miskin. Selain itu, ia juga memberinya uang tunai.Nilainya bahkan lebih besar dari gaji mereka bekerja pada Tuan De Groot selama dua tahun. Ada apa ini?Bukankah itu agak berlebihan bila hanya untuk menghargai seorang Deon? Mungkin otak Tuan De Groot sedikit bermasalah setelah nyaris menjadi korban begal.Tuan Jaffan bengong. Ia sama terkejutnya dengan anak buah Tuan De Groot. Sepertinya matahari benar-benar terbit dari Barat, dilihat dari titik rumah Tuan De Groot."Aku tidak akan masuk ke dalam jebakan kalian!"Tuan Jaff
Read more
Bab 33
"Kali ini bukan jebakan, Ayah. Aku yakin dia tidak akan berani melakukan hal seperti itu. Dia sangat menyayangi putri tunggalnya.""Apa hubungannya semua hadiah ini dengan putrinya?""Sudahlah, Ayah. Tidak usah terlalu dipikirkan. Nikmati saja!"Karel tak bisa menceritakan kemungkinan ada kaitan antara hadiah yang dikirim Tuan De Groot dengan tugasnya sebagai pengawal pribadi Xela.Tuan Jaffan pun tak ingin memaksakan diri untuk mencari jawab dari ketidakmengertiannya. Biar saja semua berjalan seperti air mengalir.Karel benar. Dia hanya perlu menikmati berkah yang telah ia terima dengan penuh rasa syukur.Barang siapa yang senantiasa bersyukur atas nikmat Allah, maka Allah akan menambah nikmat itu dengan berlipat ganda.Lagi pula, uang tunai dari Tuan De Groot akan sangat membantu dalam mewujudkan rumah impian mendiang istrinya.Selepas makan malam, Tuan Jaffan tidur lebih awal. Begitu pula dengan Karel.Namun, saat tengah malam, ketika keduanya terlelap, telinga sensitif Karel menden
Read more
Bab 34
Pagi-pagi sekali, raung sirene memecah sunyi. Cahaya merah dari lampu sirene berdisko, menembus kabut pagi.Sebagian petani bangun lebih awal gara-gara mendengar bunyi yang memekakkan telinga itu.Desa Terrariant yang biasanya hening di kala rerumputan menggeliat bangun, mendadak heboh. Suara nguing-nguing meraung di sepanjang jalan, lalu berhenti di halaman rumah Tuan Jaffan."Ada apa lagi?""Kenapa selalu timbul masalah di rumah itu?""Rumah itu dikutuk! Tidak ada hal baik yang terjadi di rumah itu semenjak istri Tuan Jaffan meninggal."Desas-desus tak sedap menebar secepat kilat dari mulut ke mulut di antara orang-orang yang datang berkerumun, menonton adegan polisi menangkap para pencuri yang menyatroni kediaman Tuan Jaffan.Enam aparat kepolisian menyeret tiga orang lelaki bersebo dengan kedua tangan diborgol.Setelah menutup pintu mobil, salah satu dari polisi itu mendekati Karel."Terima Kasih, Tuan! Anda telah berjasa membantu tugas polisi. Kami harap Anda tidak keberatan meme
Read more
Bab 35
Wajah Clark memucat. Ia berkata dalam hati, 'Aku harus mencari cara agar terlepas dari masalah ini.'"Sudah jelas, kan?" tanya Tuan De Groot disertai tatapan yang menyorot tajam.Clark menyembunyikan kegugupannya. Ia manggut-manggut. Paham apa yang harus ia lakukan."B-baik, Tuan. Saya undur diri.""Hem!"Di saat bersamaan, di kediaman Tuan Jaffan, Karel sedang berkemas, siap untuk meninggalkan rumah ayahnya."Kau tidak ingin menginap lebih lama?"Tuan Jaffan berdiri di pintu, bersandar lesu pada bingkainya yang rapuh. Sebagian dari bingkai kayu itu bahkan telah dimakan rayap.Ia memperhatikan Karel melipat pakaian di atas kasur, kemudian menyusunnya ke dalam ransel. Ada rasa sesak yang menyeruak ke dalam dadanya."Besok aku harus menghadiri acara penting di Rumah Sakit, Ayah. Aku juga belum melapor. Tidak mungkin aku bolos pada hari pertama masuk kerja.""Katamu kau hanya akan dipanggil untuk menangani kasus serius. Itu artinya kau tidak harus berkantor di Rumah Sakit, bukan?""Betul
Read more
Bab 36
Apa? Komplotan pencuri?Karel dan Kevin sama-sama mengerutkan kening. Tak percaya ada orang asing yang begitu berani menuduh mereka sebagai komplotan pencuri.Polisi yang terlihat dua tahun lebih tua dari Kevin dan Karel tercenung sejenak saat melihat wajah Kevin.Ia merasa tidak asing dengan wajah tampan itu. Selama beberapa detik ia berpikir keras, mengingat sosok yang tegak diam di depannya itu, tetapi tak ada kilas ingatan yang muncul di kepalanya."Pak! Ayo! Tangkap mereka!" Wanita bawel itu mendesak sang polisi untuk meringkus Karel dan Kevin."Anda siapa, Nona?" tanya Kevin. Nada suaranya terdengar tidak ramah. "Tiba-tiba masuk ke pekarangan rumah orang, lalu seenaknya memerintah polisi untuk menangkap kami. Apa rumah ini milik Anda?"Tak menyangka Kevin akan menyerang balik dirinya, wanita itu murka."Hei, Bung! Anda tidak punya hak untuk mengetahui siapa pemilik rumah ini. Aku atau bukan, apa untungnya bagi Anda?"Wanita itu menelanjangi Kevin dengan tatapan garang. "Cih, pena
Read more
Bab 37
Sungguh wanita yang sangat keras kepala!Polisi muda itu baru saja akan membuka mulut ketika Kevin menyela, "Sudahlah, Pak. Percuma saja menjelaskan kepada orang yang berkepala batu. Kami lelah dan butuh istirahat.""Oh, silakan, Tuan!" Polisi itu merasa sungkan. Ia menyerahkan kembali kartu milik Kevin. "Maaf telah mengganggu kenyamanan Anda.""Tidak apa! Anda hanya menjalankan tugas."Karel dan Kevin berbalik, mulai mengayun langkah menuju rumah.Wanita itu berlari mengejar, lalu mengadang langkah mereka dengan merentangkan kedua tangan."Berhenti! Selama masih ada aku di sini, kalian tidak akan bisa masuk ke rumah itu!"Karel menghela napas panjang dan dalam. Ia terlalu lelah bila harus berhadapan lagi dengan orang seperti wanita itu.Cukup sudah ia bermain-main dengan anak buah Tuan De Groot. Sekarang ia butuh istirahat sebelum mempersiapkan rencana untuk hari esok."Menyingkirlah, Nona! Aku ingin istirahat di rumah sendiri. Kenapa kau terus menghalangi dan membuat keributan?" Kare
Read more
Bab 38
"Aku akan tinggal di sini malam ini, tapi aku pulang dulu. Aku mau mandi dan ganti baju.""Sebaiknya kau bawa kunci cadangan!" saran Karel, sebelum Kevin mengayun langkah untuk berlalu dari ruangan itu.Kevin terlihat berpikir sejenak, kemudian memisahkan satu kunci dari atas meja dan mengantonginya."Mau kubawakan makan malam?" tawarnya."Tidak usah.""Oh, oke."Sepeninggal Kevin, Karel turun ke ruang bawah tanah, di mana laboratorium pribadinya berada.Menyusuri lorong serba putih, Karel akhirnya berhenti di hadapan sebuah lukisan sesosok pria muda—Karel J. yang asli.Karel menarik telinga kiri dalam lukisan itu. Seketika terdengar desing halus dari pintu rahasia yang berputar.Sebuah terowongan terbentang di depan mata Karel. Dinding lorong itu juga dipenuhi dengan lukisan potret Karel di kedua sisi.Sisi kiri dihiasi dengan wajah Karel J. yang merupakan putra kandung Profesor Jansen. Pada dinding lorong sebelah kanan, berjajar potret dirinya saat masih berstatus sebagai mahasiswa
Read more
Bab 39
Sebuah pukulan keras menghantam meja bagian depan toko. Buah melon yang berada di atas meja itu jatuh berserakan. Menggelinding menuju halaman.Lelaki paruh baya itu berlari meninggalkan Karel."Apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian merusak barang daganganku?" tanya lelaki itu dengan kemarahan yang tertahan."Heh, Allen! Kau sudah tahu alasannya, tapi masih bertanya kenapa, hah?!" Lelaki bertato sepasang capit pada lengan kanannya membentak. "Aah, kau pasti sudah pikun. Sejak sebulan yang lalu kami telah menyampaikan niat tuan kami. Apa keputusanmu hari ini?""Ini satu-satunya toko yang kumiliki dan mata pencarianku. Aku tidak akan pernah menjualnya kepada tuanmu!"Cuih!Lelaki bertato capit itu meludah marah."Tua bangka tak tahu diri! Masih untung kami berbicara baik-baik padamu. Kau memang tak bisa dikasih hati. Baiklah! Tampaknya kau lebih suka cara kekerasan!"Lelaki itu mengode dua orang anak buahnya. Keduanya segera bergerak. Menghancurkan sayur dan buah dagangan Allen."Berhe
Read more
Bab 40
"Keluar dari toko ini! Ayo bertarung satu lawan satu!" tantang anak buah si tato capit.Karel memuji keberanian lelaki itu dalam hati."Kau jual, aku beli!"Karel menyusul lelaki itu keluar, tetapi Allen mencekal lengannya."Hentikan, Nak! Melawan kekerasan dengan cara yang sama hanya akan membuatmu celaka. Biarkan dia pergi!"Karel berpikir sejenak. Allen benar. Ia tidak harus menanggapi tantangan anak buah si tato capit.Bisa jadi itu hanya sebuah akal bulus untuk menjauhkannya dari Allen.Mempertimbangkan kemungkinan si tato capit mencabut pisau dan menyerang Allen, Karel memilih mundur. Berjongkok di hadapan si tato capit."Siapa pun tuanmu, toko ini tidak akan pernah menjadi miliknya! Paham?!"Cuih!Si tato capit meludahi Karel."Aku belum kalah! Aku akan mengingat dengan baik penghinaanmu ini dan melaporkannya pada Capit Baja. Mereka tidak akan melepaskanmu!""Kau bawahan Capit Baja?" Karel ingin memastikan bahwa ia tidak salah dengar."Iya. Kenapa? Apa kau merasa takut? Bertulu
Read more
PREV
123456
...
26
DMCA.com Protection Status