All Chapters of Aku Mundur Kau Hancur, Bang!: Chapter 41 - Chapter 50
201 Chapters
Bab 41. Rosa Perempuan Yang Kehausan 
Tak ada yang menjawab. Para karyawan yang berjumlah delapan belas orang hanya diam membisu. “Antooooo …!” Perempuan itu kembali berteriak memanggil kepala gudang. Anto segera datang sambil berlari-lari. Para pembeli saling tatap lagi. Suara bisik-bisik rame terdengar. “Ada apa Bu Risda? Seperti orang kemalingan saja! Mana malingnya, biar saya gebukin, mana-mana!” kelakar Anto tetap bercanda. Tak peduli dengan wajah merah padam sang mertua majikan. “Siapa yang memasang spanduk ini? Jawab!” teriak Risda dengan mata mendelik tajam. “Saya, Bu, kenapa?” jawab Anto dengan santainya. “Kau?” sergah Risda dengan suara bergetar. Kedua tangannya terulur hendak mencekik leher sang kepala gudang. “Kau cabut sekarang juga! Cepat!” perintahnya. Air ludahnya muncrat ke mana-mana. “Maaf, Bu, saya tidak bisa!” sahut Anto dengan enteng. “Apa maksudmu tidak bisa! Aku yang berkuasa di toko ini sekarang! Kau cabut atau kau kupecat!” Anto tak bergeming. Sedikitpun dia tak gentar. “Kuhitung mula
Read more
Bab 42.  Elma Minta Dicarikan Kasir Baru  
Alva menepikan motor yang sedang dia kendarai saat ponselnya tak henti berdering. Semoga bukan dari rumah sakit, begitu harapannya. Kondisi ibunya sudah makin membaik, jika urusan ini selesai, dia berencana akan menjenguk sang ibunda lagi. Itupun jika tak ada papanya di sana. Pria itu mengeluarkan ponsel dari saku celana, lalu meneliti si penelepon. “Hey, kau, nya, mony*t! Ganggu saja! Aku lagi naik motor! Bukan nyetir!” teriaknya setelah mengusap layar. “Abang udah sampai mana? Lama kali, pulak! Keburu cek-out mereka, Bang!” “Sepuluh menit lagi aku sampai! Kalian awasi saja terus! Udah! Aku segera datang!” Bisar menutup telepon. Tetapi, belum juga dia kembalikan ke dalam saku celana, benda itu kembali berdering. Itu membuat emosi sang pria temperamental itu seketika meledak. “Hey, bod*t! Tunggu di situ! Cemana aku mau gerak kalau kau telpon terus, hah!” “Pak Alva?” Ups. Alva tersentak kaget. Suara merdu nan lembut itu membuat pacu jantungnya berhenti sesaat. “Maaf, saya m
Read more
Bab 43. Rosa Dan Binsar Bermain Kuda-kudaan
“Maaf, meleset sikit! Kakak kau nelpon pulak tadi!” jawab Alva membuat kening keempat anggotanya berkerut. “Kakak? Si Titian?” celetuk Domo. “Kapan pulak perempuan matre itu jadi kakak kau! Udah ayo, bergerak!” Alva mengibaskan tangan sambil melajukan motor menuju areal parkir penginapan berlantai dua itu. Keempat anggotanya saling tatap. Masing-masing mengangkat bahu sambil membuka kedua telapak tangan masing-masing. “Hem?” gumam keempatnya berbarengan lalu berjalan menyusul sang Bos ke meja resepsionis. Dua orang security yang sedang bertugas di penginapan sederhana itu langsung menghadang langkah mereka. Tampang preman mereka jelas membuat kedua security itu curiga. Dua orang wanita berwajah manis yang duduk di belakang meja resepsionis terlihat panik. “Hey, Bung! Seorang pria bernama Binsar membawa istriku ke sini! Tunjukkan yang mana kamarnya atau kuobrak abrik hotel jelek ini! Cepat!” perintah Alva. “Maaf, tidak ada tamu yang bernama Binsar! Tolong jangan buat keributan
Read more
Bab 44. Alva Merampok Sepasang Pezina
“Kurang ajar kau!” Rosa berteriak histeris sambil menunjuk Alva. “Maaf, sekarang silahkan dilanjutkan main kuda-kudaannya! Permisi!” kata Alva lalu berjalan pergi. Baru beberapa langkah dia dia sudah berbalik lagi. Binsar menerjangnya dari belakang. Namun, terjangan itu tidak tepat sasaran. Yogi yang sudah mengantisifasi segala kemungkinan langsung menerjang betis telanjang Binsar. “Auuuw! Bangs*t kau!” Binsar terjatuh membentur dinding sambil mengaduh. “Jangan suka main belakang, Bung! Jujur aku kasihan pada istri Anda. Wanita sebaik dia Anda permainkan dari belakang! Segala tante-tante Anda embat juga! Hehehe …. Padahal istri Anda jauh lebih cantik dan seksi sebenarnya. Kalau saja dia tidak sakit dan makan hati. Saya sudah melihat wajah aslinya. Jujur, sepertinya saya tertarik sama dia. Tapi, saya tidak akan pernah main belakang seperti Anda, hehehehe ….” Alva terkekeh panjang. “Oh, jadi itu tujuanmu sebenarnya? Kau membela Elma karena kau menyukai perempuan kerempeng, pe
Read more
Bab 45. Rencana Baru Sang Mertua Licik
“Bang Arfan tak mungkin mau menceraikan Kakak! Karena aku tahu. dia itu laki-laki idiot tapi begitu tergila-gila pada Kakak!” “Kau yakin?” “Sangat yakin.” “Tapi, terus terang. Sebenarnya justru itu yang aku tunggu.” “Maksud Kakak?” “Sebenarnya, sudah beberapa kali aku minta cerai darinya. Aku bosan hidup miskin, dan yang paling penting, aku tak perbah cinta sama dia. Aku merasa hambar. Apalagi masalah ranjang. Dia itu tak pernah bisa memuaskan aku.” “Hemh, gak pernah puas kok, bisa punya anak dua?” “Kau tidak paham maksudku, Binsar! Apa perlu aku jelaskan secara mendetail? Lebih baik kita praktekkan saja langsung. Ayolah, kita ulangi yang tadi! Daripada stres! Kita lupakan sejenak beban pikiran kita.” Rosa menyibak selimut yang menutup tubuh polosnya, lalu berjalan tampa sungkan ke arah Binsar. Tangannya langsung mengalung di leher sang pria. “Maaf, Kak! Sepertinya aku tidak bisa melanjutkan. Kepalaku sakit!” tolak Binsar. Namun, bukan Rosa namanya bila dia tak berhasil m
Read more
Bab 46. Suami Lugu Rosa
“Alva? Kau?” “Eh, Bang Arfan? Abang dari mana? Kenapa Bu Elma ditinggal sendirian?” Alva langsung bangkit. “Aku tadi di dalam, tapi mendapat telpon dari istriku, jadi aku bawa ke luar. Takut Elma terganggu.” “Oh, Istri Abang nelpon? Ada apa?” Alva mengerutkan kening, sengaja menyelidiki situasi ini. “Rosa kehabiasan uang. Dia minta ditransfer segera. Aku akan bangunkan Elma, takut Rosa kenapa-napa.” “Buat apa bangunkan Bu Elma?’ “Pakai uang Elma dulu, aku tidak punya uang sepeserpun.” Alva tercekat! Pria itu memutar otak, memikirkan cara menghalangi niat pria lugu ini. Tapi, bagaimana caranya? Dia teringat video yang sempat dia rekam tadi di penginapan kawasan Bandar Baru. Saat Rosa main kuda-kudaan dengan Binsar. Haruskah dia buka topeng si istri durjana itu sekarang? Apakah ini saat yang tepat bila video itu dia tunjukkan? Bagaimana kalau Arfan pingsan saat melihatnya? Atau tiba-tiba darah tingginya kumat, Arfan lalu drop, stroke, atau … aaach, Alva tak bisa membayangk
Read more
Bab 47. Arfan Tertipu Istri Durjana
Entah apa jawaban dari sana. Arfan tak mengaktifkan loud speaker ponselnya. Namun, kalimat Arfan berikutnya sungguh membuat Alva kaget tak percaya. “Dua puluh juta? Sinting, kau, Dek! Pulang kau sekarang! Entah buat apa kau uang sebanyak itu! Mau apa kau rupanya, ha!” teriak Arfan makin kencang. Alva tak habis pikir. Pasti si Binsar yang telah mempengaruhi Rosa agar meminta uang sebanyak itu. “Apa? Mau buka usaha? Yang udah gak waras nya, kau Rosa!” senggak Arfan. “Kita itu akan pulang ke kampung lagi bila Elma sudah keluar dari rumah sakit! Buat apa kau buka usaha di dekat rumah Bapak Uda kau itu? Kita balik ke kampung, Dek! Tidak cocok kita tinggal di kota ini! Di kampung kita udah hidup tenang, kan? Biarpun aku capek kerja di kebun dan di sawah, badanku gosong dipanggang sinar matahari, tak apa! Yang penting kita hidup tenang! Kita bahagia!” bujuk Arfan akhirnya merendahkan volume suaranya. “Pulang kau, cepat! sekarang juga harus pulang, pokoknya!Kalau kau tidak pulang, ak
Read more
Bab 48. Arfan Menyaksikan Video Kuda-kudaan Rosa
Arfan menoleh kepada Alva.”Tolong transfer lima juta lagi! Begitu Elma bangun, dia akan segera mengganti uangmu!" perintahnya tanpa sungkan sedikitpun.Alva meraih ponsel miliknya, menyalakan benda itu, mengutak-atiknya sebentar, lalu …. “Sebelum aku transfer lagi, tolong lihat dulu Video ini, Bang!”Alva memutuskan untuk membongkar kebejatan istri Arfan. Keputusan yang sangat terpaksa. Dia siap dengan segala resikonya. Daripada Arfan memaksa transfer uang lagi. Semoga pria polos tapi bucin ini tidak kena serangan jantung saat melihat kenyataan yang sebenarnya.“Maaf, Bang! Saya tidak bermaksud merendahkan istri Abang!” ucapnya seraya menunjukkan layar ponsel kepada Arfan. Suara desahan dan erangan bersahutan sepasang manusia langsung terdengar dari benda pipih itu.“Apa ini?” gumam Arfan dengan wajah memucat. Matanya tertuju tepat ke layar ponsel. “Ini sipa? Ini … ini Rosa? Sama siapa? Ini aku? Apakah laki-laki ini aku?”Bagai orang tolol Arfan sempat kebingungan. Posisi si pria ya
Read more
Bab 49. Rencana Mengerikan Arfan
Arfan tersenyum tipis. Pria itu lalu menelpon istrinya. “Sayang? Abang sudah bicara dengan Elma. Dia setuju meminjami Abang seratus juta. Kamu mau buka usaha di kampung, kan, Sayang!” “Se se seratus juta?” teriak Rosa tergagap dari ujung sana. “Iya, Sayang! Abang berhasil merayu dia. Tapi, kamu buka usahanya di kampung, ya!” “Ya, udah enggak apa-apa! Di kampung juga boleh. Transfer sekarang, ya, Abang! Adek tunggu, nih!” “Tapi, kata Elma, uangnya gak usah di transfer. Dia mau nyerahinnya langsung sama kamu! Dia juga mau ngasi sedikit nasihat buat kamu, Dek. Biar kamu bertanggung jawab untuk usaha kamu nanti! Kamu tidak tersinggung, kan, Sayang?” “Ya, enggaklah! Gak masalah meski si Elma menasehati aku, sampai berbuih mulutnya pun tak apa-apa. Asal duitnya ada!” “Gak boleh ngomong, gitu, Sayang!” “Eh, iya. Maaf. Lupa kalau Elma itu adek kamu! Jadi gimana, Bang?” “Kamu datang ke rumah sakit, ya! Ambil uangnya, lalu kamu duluan pulang kampung! Aku pulang dua hari lagi, setelah
Read more
Bab 50.  Kerinduan Antara Alva dan Elma
“Jangan lupa bawa uang bayar ongkos taksinya!” perintah Rosa mengingatkan. “Hem!” Arfan memutuskan panggilan, lalu menoleh kepada adiknya. “El, aku pinjam mobil kamu, ya?” pintanya dengan wajah dingin. “Abang mau ke mana? Di luar ada kak Rosa, kan? Kenapa tidak disuruh masuk saja?” tanya Elma penasaran. “Ya, aku ada urusan sebentar dengan Rosa. Sekalian, em, aku pinjam uang kamu dulu seratus ribu, isi bensin. Dan dua ratus ribu buat ongkos taksi Rosa menuju kemari tadi!” “Tadi sudah saya isi full minyak mobilnya, Bang!” Alva menyela. “Hem terima kasih! Kapan kapan pasti aku ganti. Aku utang lima juta seratus ribu sama kamu!” kata Arfan datar. Elma mengeluarkan lima lembar kertas berwarna merah dari dalam amplop coklat. “Pakai saja, Bang!” titahnya menyerahkan uang itu kepada sang kakak. “Terima kasih!” Arfan menepuk pelan pundak Alva, meraih kunci mobil di dekat kepala Elma, lalu berjalan tergesa menyongsong sang istri pengkhianat. Alva sama bingungnya dengan Elma. Sikap
Read more
PREV
1
...
34567
...
21
DMCA.com Protection Status