Semua Bab Menikah dengan Tetangga Jutek: Bab 11 - Bab 20
136 Bab
Bab 8b
Saat aku terbangun, Mas Gilang sudah tidak ada di ranjang. Kupastikan dia sudah pergi ke masjid. Sejak kecil dia memang rajin jamaah di masjid. Aku segera bergegas keluar kamar untuk mandi. Ibu melihatku keluar kamar mandi malah senyum-senyum sendiri. Tapi, aku mencoba untuk tak memedulikannya. Mungkin ibu sedang merasa senang terbebas dari hutang, dan sawah milik kakek yang akan dibagi pun sudah aman. Bergegas aku masuk ke kamar untuk segera menunaikan sholat subuh. Jika sampai Mas Gilang pulang, aku belum sholat, pasti dia akan marah. Aku mengenalnya, dia selalu mengutarakan hal-hal yang tidak disukainya secara spontan. Tak peduli itu membuatku sakit hati. Termasuk masalah sholat ini. Dulu sewaktu kecilpun tak jarang aku ditegurnya jika terlambat sholat. Usai salam, aku belum mendengar suara Mas Gilang dari dalam kamarku. Biasanya, percakapan di luar kamar akan terdengar meskipun samar. Segera mukena kulepas dan kulipat. Namun, mendadak aku menoleh saat terdengar suara ponsel be
Baca selengkapnya
Bab 9a
Badanku terasa sangat capek karena baru tiba di Jakarta Hari Senin pagi. Seperti kebiasaanku sejak kerja di ibukota, setiap pulang dari kota kelahiranku, aku langsung masuk kerja. Aku sudah menyimpan peralatan mandi dan stok baju kerja di loker kantor. Sehingga, aku tak perlu repot pulang ke kosan dulu. Hari ini pun aku melakukan hal yang sama. Ada untungnya juga dengan kesepakatanku dengan Mas Gilang untuk tinggal di kosan masing-masing. Tidak terbayang kalau aku mesti pulang ke kosan Mas Gilang. Aku masih harus ngurusin dia juga. Lagi pula, aku pun belum tahu kosan Mas Gilang di mana. Hidupnya seperti apa. Membayangkan hidup bersamanya saja kadang aku masih tergidik ngeri. Meskipun dalam hati ingin juga. Ngeri karena dia sering marah-marah padaku. Apapun yang kulakukan, sepertinya salah di matanya. Apalagi, aku selalu terlihat bego dimatanya, meski menurutku aku nggak bego-bego amat. Buktinya, di kantor aku bisa kerja dengan baik. Kalaupun aku ingin hidup bersamanya secepatnya
Baca selengkapnya
BAB 9b
Tak lama, motor Mas Gilang sudah berhenti di sebuah kos-kosan. Setelah memarkirnya, Mas Gilang mengajakku naik ke atas melalui tangga. Rupanya ada beberapa kamar di kosan ini. Aku sebenarnya agak canggung masuk ke kos- kosan bersama laki-laki. Bisa jadi ini memang kosan laki-laki. "Kamu santai aja. Di sini banyak pasutri juga, kok," ucapnya, seolah membaca keraguanku saat diajaknya masuk. Mas Gilang sudah paham betul kalau aku pemalu dan segan masuk ke sarang laki-laki. Bagaimanapun hampir 17 tahun kami dibesarkan di kampung yang sama. Sudah saling kenal jelek-jeleknya masing-masing.Kami melewati beberapa kamar sebelum akhirnya berhenti di kamar Mas Gilang. Berbeda dengan kosanku yang tanpa pendingin ruangan dalam kamar. Biasanya, pintu kamar kami biarkan terbuka, kecuali kalau sedang istirahat atau ganti baju saja. Karena kalau pintu kamar ditutup sepanjang hari, akan terasa pengap. Sementara, kosan Mas Gilang sepertinya banyak dihuni dari menengah ke atas. Tak heran jika semua
Baca selengkapnya
BAB 10a
Aku segera pura-pura sibuk membentangkan baju kotorku agar keringat yang menempel di sana mengering terkena AC, saat terdengar gemericik air di kamar mandi sudah terhenti. Baju ini masih akan kupakai saat pulang nanti. Aku tak suka memakai baju bekas keringat. Tapi, bagaimana lagi, Mas Gilang mengajakku kemari tanpa berkabar dulu. Padahal, di kantor aku masih punya stok baju bersih.Saat pintu kamar mandi dibuka, refleks aku melihat ke arah sana. Mas Gilang keluar kamar mandi hanya menggunakan handuk yang terlilit di pinggang.Deg, aku baru kali ini melihatnya begitu di siang bolong. Aku langsung memalingkan pandanganku saat tak sengaja kulihat dia tersenyum mengejek padaku.Aishhh, dalam kondisi seperti ini dia masih saja begitu.Meski tetanggaan, aku nggak pernah melihatnya dalam kondisi seperti itu. Dia termasuk rapi dalam menutup aurat meskipun laki-laki. Bahkan, kalau pun main dengan tetanggaku yang lain, misal main air di kali, tetap saja dia masih pakai kaos lengkap.Huff, piki
Baca selengkapnya
Bab 10b
Hari ini tidak ada pesan dari Mas Gilang masuk ke ponselku. Aku pun tak menuntut banyak dia mengirimkan pesan. Mungkin karena aku sudah mengenalnya dari kecil, menjadi istrinya tidak membuatku berubah rasa terlalu berlebihan. Apalagi, kami belum tinggal serumah. Sore ini, Renita, teman satu devisiku, mengajak jalan-jalan. Tentu saja aku senang. Dia memang satu-satunya sahabatku di kantor ini karena sama-sama anak kos. Jadi, sejak kami sama-sama mulai kerja, kami sering jalan sepulang kerja untuk membunuh waktu.Tapi, tiba-tiba aku sedikit ragu, mesti ijinkah? Sekarang statusku sudah berubah. Meskipun Renita belum tahu status baruku. Seperti kesepakatan, aku hanya lapor dengan HRD dan atasanku saja. Lagi pula aku dan Mas Gilang juga tak tinggal serumah.Segera kuputuskan ijin saja dulu ke Mas Gilang. Bagaimanapun dia suamiku. Takut tiba-tiba dia mencariku. Apalagi, dia itu mirip jelangkung. Kadang-kadang tahu-tahu sudah berdiri di belakang kantor, area yang selalu kulewati saat pulang
Baca selengkapnya
Bab 11a
“Kenapa Sekar?” tanya Renita saat langkahku terhenti. Pandanganku masih tertuju pada laki-laki yang berdiri di sebelah perempuan dengan setelan baju kerja yang sedang memilih-milih sepatu. Beberapa kali perempuan itu mencoba sepatu itu di kakinya. Lalu ia menoleh ke lelaki yang berdiri di sebelahnya, seolah ingin meminta pendapat. Dan lelaki itu menanggapinya dengan senyum lembut. Sesekali pria terlihat memberikan pendapatnya. Aku menjadi kesal melihatnya. Tapi, mataku tetap terus mengamatinya, hingga tepukan halus menyentakku. “Siapa, Sekar?” tanya Renita lagi. Aku baru tersadar jika pertanyaan pertama Renita tadi belum kujawab. “Apakah kamu mengenalnya?” sambungnya sambil ikut melihat kemana aku menatap. Aku menggeleng lemah. Lalu kualihkan pandangan ke tempat lain karena tak ingin membuat Renita penasaran.“Mungkin hanya mirip,” gumanku pelan, berharap Renita mendengarnya. Lalu tangan Renita kutarik menjauh, mencari posisi yang terlindung, tidak terlihat oleh kedua orang itu.
Baca selengkapnya
Bab 11b
Sakina. Sakina. Aku terus bergumam dalam hati. Jadi, wanita ini yang bernama SKN. Jadi, SKN itu namanya Sakina? Jadi chattingan dia yang selalu membuatmu sumringah? Jadi, panggilan telpon dari dia yang selalu membuatmu bahagia?“Sekar! Jadi, nggak?” Tiba-tiba terdengar suara Renita dari rak di sebelah. Dia sedang sibuk mencari diskonan model lainnya. Gegas kutinggalkan kedua orang itu. Bodo amat sama Sakina. Aku tak mengingatnya sama sekali. Mungkin memang memoriku sudah terlampau kacau. Hatiku kesal luar biasa pada lelaki bernama Gilang!Setelah mendapatkan sepatu yang kuincar, aku dan Renita meninggalkan mall itu. Meski hatiku kebat-kebit tak karuan, ingin mencakar Mas Gilang yang malah pura-pura tak mengenalku, tapi masih dapat kutahan, karena aku sedang bersama Renita. Kami memilih menyusuri warung tenda di sekitar mall untuk mengisi perut terlebih dahulu, sebelum pulang ke kosan masing-masing. Masih kusembunyikan rasa campur aduk. Perutku harus terisi. Aku harus sehat. Karena m
Baca selengkapnya
Bab 11c
Kupejamkan mata ini. Benarkah mas Gilang menyimpan hatinya untuknya? Lalu, buat apa dia menikah denganku. Dadaku bergemuruh. Ada rasa cemburu, bercampur kesal. Tapi, aku tak bisa menyalahkan siapa-siapa. Bukannya memang Mas Gilang mengatakan padaku jika dia memang mau menikah bukan denganku. Bukannya pernikahan denganku pun lantaran desakan ibuku dan mamanya.Aku menghela nafas. Kepalaku terasa pening. Apalagi, diam-diam, sejak beberapa hari terakhir, perasaanku padanya mulai berubah. Ternyata, baru kali ini rasanya sakit dicampakkan, meski sebenarnya aku sudah tahu, kalau Mas Gilang sudah punya rencana lain, sebelum memutuskan menikah denganku. Kenapa, dia harus menyelesaikan masalahku, jika pada akhirnya menambah masalah baru padaku? Tanganku masih bergerilya di layar ponsel, entah informasi apalagi yang ingin kucari, sementara hal yang paling menyakitkan telah kutemukan. Namun, tiba-tiba sebuah notifikasi pesan masuk.[Aku di bawah]Aku menghela nafas, saat menyadari pesan itu b
Baca selengkapnya
Bab 12a
Sesampai di kosannya, Mas Gilang menggandeng tanganku. Sesuatu yang belum pernah dilakukannya. Kami berjalan menuju sebuah ruangan yang ada di lantai bawah. Sebelum mengetuk pintu yang bertuliskan “ruang pengelola”, Mas Gilang mengeluarkan sesuatu dari map plastik. Selembar kertas fotokopian. “Permisi, Pak!” sapa Mas Gilang saat pintu dibuka usai diketuk. Tampak seseorang dengan seragam warna biru navy keluar dari balik pintu. “Ya, Mas Gilang. Ada yang bisa dibantu?” tanya petugas itu setelah mempersilahkan kami masuk. Dalam ruangan itu terdapat satu buah meja kerja, dan satu set sofa. Lalu ada pintu, mungkin kamar atau toilet. Entahlah. Mas Gilang tersenyum ramah padanya, lalu ia menyuruhku duduk di sofa. Sementara, dia duduk di depan meja kerja si bapak petugas tadi.Entah apa yang dibicarakannya, aku tak dapat mendengarnya dengan jelas. Sepertinya dia sedang melapor karena aku akan menginap. Karena kulihat dia mengisi sebuah buku tamu dan memberikan lembar kertas fotokopian yan
Baca selengkapnya
Bab 12b
Kusandarkan kembali badanku ke kepala ranjang. Kubiarkan kakiku slonjor di kasur Mas Gilang yang tidak begitu lebar. Hanya berukuran 140x200 meter. Cukuplah untuk berdua. “Kamu sudah nggak sabar?” Tiba-tiba suara Mas Gilang yang baru keluar dari kamar mandi dengan kerlingan menggoda menyentakkan lamunanku. Lelaki itu masih sama seperti kemarin. Keluar hanya dengan handuknya saja. Dasar bar-bar! Apa begini orang kalau hidup sendiri. Seenaknya saja tidak langsung memakai baju dari kamar mandi? Aku langsung memalingkan pandanganku darinya. Meskipun tak dipungkiri kalau aku menyukainya. Menyukai pemandangan indah itu tepatnya. Tidak! Aku masih marah padanya. Aku tidak mau lemah. Bisikku dalam hati. Untungnya, dia segera memakai baju rumahnya. Celana training dan kaos oblong bahan katun yang tipis. Lumayan nyaman sepertinya. Mas Gilangtersenyum cerah dan berjalan mendekatiku. Berbeda dengan hari biasanya yang selalu dingin dan jutek. Apakah ada angin yang membuatnya berubah?Meskipun
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status