All Chapters of Menikah dengan Tetangga Jutek: Chapter 21 - Chapter 30
136 Chapters
Bab 13a
Gilang berdiri mematung di depan kosan Sakina. Baru saja Sakina menelponnya, bahwa besok dia harus pulang ke Yogya, karena orang tuanya akan menjodohkannya dengan anak kawannya. Tak dapat dipungkiri, kabar ini membuat Gilang shock. Dua hari lalu, dia baru saja mengucapkan selamat ke Sakina yang promosi naik jabatan di kantornya. Prestasi yang luar biasa karena dia baru dua tahun bekerja di perusahaan itu. Dan kini, Sakina mengabarkan bahwa dia akan dilamar. Berita yang amat mendadak ini membuat Sakina kaget. Juga Gilang. Sakina belum bisa menebak, dengan siapa dia akan dijodohkan. Tapi, tentu saja ini bukan main-main lagi. Kalau kemarin-kemaren Sakina masih putus sambung dengan pacar-pacarnya dan tidak ditarget kapan menikah, kini orang tuanya mulai mengambil peran. Artinya, ini sangat serius. Lalu, apa hubungannya dengan Gilang? Sakina adalah teman Gilang sejak di bangku SMA. Mereka satu angkatan. Sama-sama aktif di OSIS. Sakina yang cantik dan pintar, tentu saja menjadi inca
Read more
Bab 13b
Lidah Gilang terasa kelu. Ada penyesalan mengapa dia tak kunjung mengungkapkan perasaannya ke Sakina. Tapi juga bercampur rasa malu, pantaskah dia mengatakannya bahwa hatinya hancur. Bukannya itu hanya akan menjadi lelucon buat Sakina. Gilang hanya bisa mengangguk lemah. Lalu dia mengecek jam di ponselnya.“Sudah jam sepuluh. Aku pulang,” pamit Gilang. “Jangan lupa yang, Lang. Besok kamu pesan tiket juga pulang ke Yogya. Sabtu kamu ke rumahku, ya!” kata Sakina sambil melambaikan tangan saat Gilang mulai melajukan motornya. Gilang tidak langsung pulang. Dia mampir ke sebuah café yang sering dia kunjungi bersama Sakina. Disesapnya kopi hitam sampai tandas. Pikirannya melayang-layang kemana-mana. Berandai-andai, tapi semuanya ditepiskan begitu saja. Dia memang bodoh. Mengharapkan cinta Sakina yang tak pernah menganggap cintanya. Sakina hanya menganggapnya sebagai teman. Tidak lebih!Ingin rasanya menyalahkan kehadiran Sekar. Tapi? Apakah Sekar salah? Tentu tidak. Ada atau tidak ada
Read more
Bab 14a
“Sekar! Aku ingin bicara,” ujar Mas Gilang usai pulang dari tempat Mba Sakina. Sepertinya sangat serius. Aku yang tadi sedang ngobrol dengan Mbak Ratih, kakaknya Mas Gilang, segera beranjak mengikutinya masuk ke kamarnya. Aku duduk di sisi ranjang, sedang dia duduk di kursi belajarnya menghadap ke arahku. Wajahnya terlihat tak baik-baik saja. Ada sendu, gelisah dan was-was bercampur menjadi satu. “Ada apa?” tanyaku saat kulihat dia seperti ragu ingin mengucapkan sesuatu. “Ternyata, pria yang melamar Sakina adalah Fajar,” ujar Mas Gilang sambil mengacak rambutnya dengan kasar. Terlihat seperti orang frustasi. Aku tersentak kaget. Antara percaya tidak percaya. Bukankah Mas Fajar sudah memiliki pacar. Lalu, mengapa dia justru menikah dengan Sakina. Oh iya, aku ingat, Bude Nurul, orang tua Mas Fajar tidak menyetujui pacar Mas Fajar. Tapi, akupun tak tahu alasannya. Daniar pun cantik. Sesuai selera Mas Fajar. Tapi, mungkin ada pertimbangan lain.Mendengar nama Mas Fajar, mengingatkan
Read more
Bab 14 b
Kupeluk guling sambil berbaring miring menghadap tembok di kamar rumah orangtuaku. Tak kupedulikan tatapan Bapak dan Ibu saat aku berlari masuk ke kamar. Mungkin mereka sudah paham jika aku sedang berantem dengan Mas Gilang. Toh, sejak dulu aku memang sering berantem dengannya. Karena dia memang sejak dulu suka membullyku. Tak lama, sayup kudengar percakapan di luar kamar. Hingga kemudian pintu kamarku diketuk.“Sekar...” Suara Mas Gilang terdengar saat pintu kamarku terbuka. Aku bergeming. Malas meladeninya. Dia memang egois sejak dulu. Pendapatnya selalu benar. Tapi, kini aku sebagai istrinya. Aku punya hak untuk menolak pendapatnya yang salah. Tak lagi seperti dulu hanya diam dan mengalah. “Sekar, aku minta maaf,” ujarnya sambil duduk di sisi ranjang. Posisiku memang membelakanginya. Aku malas untuk sekedar menatapnya. Perih rasanya mendengar pengakuannya tadi. Bahwa dia sebenarnya lebih memilih menikah dengan Mbak Sakina dan menikah denganku adalah sebuah kesalahannya. Lalu
Read more
Bab 14c
Gilang melajukan motornya meninggalkan Sekar yang masih dipenuhi emosi menuju sebuah rumah makan tak jauh dari kediaman Sakina. Rumah makan yang didesain seperti cafe yang sangat cocok untuk nongkrong anak muda sekarang memang menjamur di kota kelahiran Gilang. Sesaat setelah acara lamaran usai, Sakina mengirim pesan pada Gilang jika ia ingin bertemu karena saat lamaran, Sakina tak melihat Gilang.[Aku mau cerita, Lang. Aku tunggu, ya!]Meski Gilang tahu, harapannya sudah berakhir, namun, meninggalkan Sakina secara tiba-tiba, adalah suatu yang tak mungkin. Status yang selama ini dalam hubungan mereka adalah teman. Tak mungkin pertemanan berakhir hanya karena lamaran. Dan kini Gilang menyadari, apakah ada yang salah dalam pertemanannya?Setelah memarkir motornya, Gilang segera memilih bangku di pojok. Agak terhalang oleh pengunjung lain, tapi leluasa melihat siapa yang datang dari luar. Sesuai janji, tak lama pandangannya tertuju pada mobil yang dikenalnya memasuki halaman parkir. G
Read more
Bab 15 a
“Ndhuk, kamu kalau sama suamimu mbok ya yang sabar. Nanti kualat lho ngomong sama suami kenceng-kenceng.” Ibu masuk kamar saat Mas Gilang sudah pergi. Wanita paruh baya ini berusaha mengingatkanku. Mungkin beliau malu karena merasa gagal mendidikku. Harusnya aku bisa lebih hormat pada suami. Aku bergeming. Malas menanggapi kata-kata Ibu. Bukan karena tidak hormat padanya. Justru karena aku tahu karena aku salah. Tapi, aku hanya ingin Mas Gilang itu memahami, kalau sebenarnya dia itu tak pernah dianggap oleh Sakina. Wanita itu hanya memanfaatkan Mas Gilang saja. “Nanti kalau suamimu pulang, minta o maaf, ya, Ndhuk,” nasehat ibu sambil mengusap lenganku. Sementara aku masih berbaring menghadap tembok dan memeluk guling.“Nggih, Buk,” jawabku serak. Masih tersisa kesal pada Mas Gilang yang justru rela pergi untuk menemui wanita itu. Wanita yang jelas-jelas sudah akan meninggalkannya. Bahkan, Mas Gilang sendiri juga sudah menikah. Lalu apa lagi yang akan dia cari. Bukannya semuanya suda
Read more
Bab 15 b
Usai makan makan malam di rumah mertua, kami berbincang santai di ruang keluarga. Aku sudah selesai membereskan perkakas makan malam karena tadi tidak membantu memasak. Mas Gilang belum pulang. Setelah lamaran Sakina, dia hanya pulang sebentar sambil marah-marah padaku, lalu balik lagi entah kemana. Malas juga bertanya padanya. “Ngurusin Masmu itu memang harus sabar. Anaknya semaunya sendiri. Tapi dia sebenarnya baik,” ujar mama mertua sambil mengusap bahuku. “Lagian, kalo Mas Gilang dari dulu nggak mau nikah sama Sekar, kenapa dipaksa sih, Ma?” Akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya. Aku ingin tahu, sebenarnya apa yang melatarbelakangi dia mendadak mau menggantikan Fajar.“Siapa yang terpaksa. Wong Gilang yang mau.” Mata mama mertua malah mengerling ke papa mertuaku. Keduanya lalu tertawa bersama. Aku hanya menatap keduanya bergantian, tak mengerti.Dia yang mau? Nggak salah? Bukannya dia berulang kali mengutarakan padaku, bahwa dia sebenarnya tak pernah menginginkan menik
Read more
Bab 16a
“Mas! Mas, bangun!” Sekar mengguncang bahu lelaki yang ada di sebelahnya. Samar terlihat dari balik jendela, langit sudah tidak gelap. Sepertinya keduanya terlewat azan subuh. “Mas, sudah siang,” bisik Sekar sambil mendudukkan tubuhnya di ranjang. Rambutnya yang tergerai segera diikat. “Astagfirullohaladziimmmmm....” pekik Gilang sambil bangkit dari tidurnya. Lelaki itu langsung turun dari ranjangnya.“Kamu kenapa baru bangunin sih?” ujarnya kesal sambil menyalakan lampu kamar. Pria yang memakai kaos oblong dan celana training itu segera membuka lemari bajunya, mencari baju ganti. Tak sampai lima menit, dia sudah keluar kamar. Sekar hanya dapat menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Duh, salah lagi. Kenapa sampai tidak mendengar alarm dari hpnya? Padahal, hampir setiap hari Sekar sudah mengatur hpnya agar alarm berbunyi sebelum waktu subuh. Selama ini tak pernah ada masalah. Kenapa justru malah tidur bersama pria paling menyebalkan sekaligus suaminya malah telat bangun. Duh! Kred
Read more
Bab 16b
“Habis ini, kita jangan sering-sering pulang,” ujar Sekar saat dia sudah duduk di sebelah Gilang, dalam kereta yang membawanya kembali ke Jakarta. Bisa bangkrut keuangan jika terlalu sering pulang. Meskipun kepulangan saat ini tiketnya dibayar oleh Gilang. Tapi, kalau dipikir-pikir, tiket buat dua orang pulang pergi, sama dengan bayar kosan Sekar sebulan masih sisa. Gilang hanya diam saja. Jika biasanya dia asik dengan hpnya saat di kereta, kali ini dia sudah tak tertarik dengan hapenya. Pesan yang selama ini ditunggunya, panggilan yang selama ini dinantinya, kini sudah tak ada lagi. Memang, Sakina masih mengirim pesan padanya, ataupun menelponnya sejak lamaran itu. Tapi, kini Gilang sadar, dia hanya sebatas teman curhat. Toh, Sakina sudah benar-benar menerima lamaran pria lain. Bukan lagi sekedar pacar atau gebetan. Tak ada lagi yang diharapkan dari seorang Sakina. Bahkan, Sakina tampak bahagia. Buktinya, dia sengaja mengunggah kebahagian itu di akun sosmednya. “Kamu nggak penas
Read more
Bab 16 c
“Selama ini ‘kan aku laundry dan makan malam jajan di luar. Kamu boleh tinggal di tempatku, tapi nyuci dan gosok baju, kamu yang tanggung jawab. Makan malam, kamu harus masak. Sepakat?” Sekar berfikir sejenak. Nyuci bajunya sendiri saja sering dikumpulin seminggu baru di cuci. Menggosok baju juga cuma weekend. Tapi bisalah diatur. Gilang orangnya tidak suka menunda pekerjaan. Jadi, pasti bisa disiasati.Tapi, memasak? Itu pekerjaan paling sulit! Dia memang sering bantu ibu dan mamanya Gilang di dapur. Tapi, bukan dia yang masak. Sekar hanya membantu memotong sayuran, mengupas bawang dan menyiapkan bumbu-bumbu lainnya. Paling banter ya nyicip aja. Kalau masak dari nol, tidak pernah. Masak iya harus bilang ke Gilang kalau dia sesunggunya ngga bisa masak. Bisa dibully.Jadi, selama ini hanya akting di dapur? Duh! Benak Sekar berperang sendiri. “Gimana, setuju nggak?” tanya Gilang. “Boleh, deh. Nanti aku bilang ke ibu kos kalau bulan depan nggak diperpanjang,” ujar Sekar kemudian.Masi
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status