All Chapters of Istri Seksi Tetangga Sebelah: Chapter 21 - Chapter 30
133 Chapters
21. Menemani Hani di Rumah Sakit
Tindakan yang dilakukan dokter ternyata bisa menyelamatkan nyawa Hani dan juga bayinya, tetapi sebagai konsekuensi, Hani akan dirawat selama satu minggu di rumah sakit. Gadis muda itu harus bedrest total jika tidak ingin bayinya benar-benar tidak bisa dipertahankan lagi. Hani membuka matanya perlahan. Mengedarkan pandangan untuk memastikan di mana dirinya berada. Ruangan serba putih dengan tirai berwarna coklat susu, serta tangan yang tertancap jarum infus, cukup menjelaskan bahwa ia belum mati. "Alhamdulillah Mbak Hani sudah sadar," ucap Bu Retno tulus. Wanita setengah baya itu tersenyum pada Hani sambil mengusap rambut Hani dengan penuh rasa iba. "Bayi saya, Bu?" tanya Hani lirih. "Alhamdulillah, bayi kamu gak papa, tapi kamu harus bedrest di sini selama satu minggu. Allah masih menyelamatkan kalian dan itu adalah kuasaNya." Hani mengangguk pelan. "Assalamu'alaikum," suara Syamil di belakang tubuh Bu Retno membuat Hani menggeser sedikit kepalanya. Senyuman gadis itu amat leba
Read more
22. Bukan Suami Siaga, tetapi Adik Siaga
Jika ada suami siaga, maka Syamil adalah adik siaga. Itu yang dikatakan oleh Hani saat Syamil memutuskan menginap di rumah sakit menemani diri Hani. Perawat yang akan menjaga Hani belum bisa datang dan belum ada perawat lain yang bisa menggantikan. Jadilah Syamil yang menunggui Hani malam ini. "Mau ke mana, Sya?" tanya Apri, teman kos Syamil yang kamarnya berjarak tiga pintu saja. Apri sedang duduk di depan kamarnya saat Syamil melewati temannya itu. "Kakak sepupu gue yang tinggal di depan noh, lagi dirawat. Jadi gue mau tungguin," jawab Syamil berbohong. Sebenarnya ia tidak ingin bohong, tetapi jika ia mengatakan yang sebenarnya maka akan lebih repot lagi urusannya. "Oh, iya, ramai jadi omongan teman-teman. Katanya kakak sepupu lo kualat karena pakai baju seksi terus, jadinya diperkosa orang." Syamil tidak suka mendengar cara Apri bicara. Isi kalimat itu seolah-olah gembira atas kemalangan yang menimpa Hani. "Itu suaminya kali, jadi gak masalah mau diperkosa atau tidak. Lain kal
Read more
23. Mengerjai Arif
"Syamil, bangun, aku mau pipis," bisik Hani sambil menarik lengan baju kaus Syamil. Pemuda itu tidur sangat lelap dengan pose kepala berada di atas kedua tangan yang bertumpu di ranjang. Karena pemuda itu tidak juga bergerak, maka Hai kembali membangunkan Syamil, kali ini suaranya lebih keras, bersamaan dengan sedikit cubitan di lengan pria itu. "Aduh, kenapa, Mbak?" tanya Syamil kaget. Ia mengucek kedua mata sembaru menutup mulut karena menguap amat lebar."Mau pipis, Sya." "Ya udah pipis aja. Mbak Hani gak boleh turun dari kasur. Lagian itu pakai kateter biar Mbak Hani gak bolak balik turun. Selama seminggu pokoknya gak boleh turun." Syamil kembali meletakkan kepalanya di pinggir kaki Hani. Pemuda itu tentu sangat mengantuk karena sejak pagi belum beristirahat sama sekali. "Oh, jadi aku pipis aja? Kalau mau buang air besar gimana? Buang aja gitu langsung.""Lah, jangan, Mbak! Bisa dilemparin suster dari lantai tiga kalau Mbak buang air di kasur. Kalau mau buang air, Mbak harus d
Read more
24. Ular di dalam Rumah
"Aku tunggu kamu pulang lama banget, Mas. Nafsu aku jadi hilang." Grace cemberut sambil melipat kedua tangannya di dada. Tubuhnya yang polos hanya berbalut selimut saja. Sebenarnya ia sudah bersiap untuk bercinta dengan suaminya, tetapi karena suaminya terlambat pulang, ia jadi ketiduran dan kesal. Ditambah lagi perutnya yang semakin buncit memasuki usia kehamilan enam bulan, sehingga keinginan disentuhnya semakin tinggi dan bila belum terpenuhi, maka wanita itu akan uring-uringan. "Sayang, tadi aku kan udah bilang, udah kirim foto juga soal ban mobil yang kempes. Masa udah seakurat itu informasinya kamu masih marah sih. Jangan marah dong, Sayang." Arif membelai wajah Grace, tetapi wanita itu mencoba menghindar. "Aku mandi dulu ya. Bau oli, bau keringet. Nanti kita tempur ya." Arif pun masuk ke kamar mandi, memberikan waktu pada Grace untuk menguasai kesalnya. Jika terus-terusan membujuk, wanita itu akan semakin kesal dan semakin merajuk. Lebih baik diabaikan saja sampai merajukny
Read more
25. Bagian dari Karma
Tujuh hari sudah Hani dirawat di rumah sakit. Kondisinya sudah semakin membaik dan lebih segar. Dokter kandungan sudah mengecek kondisi bayi di dalam perut gadis itu dan mengatakan bahwa Hani sudah boleh pulang, tetapi tidak boleh mengerjakan pekerjaan berat. Syamil yang menjemput Hani karena gadis itu tidak punya sanak-saudara lagi. Bu Retno pun tidak bisa menjemput karena wanita itu sedang kurang sehat. "Makasih Syamil udah jemput aku," kata Hani pada pemuda yang sudah duduk di depan bersama sopir taksi online. "Sama-sama, Mbak. Semoga gak terjadi lagi hal buruk ya. Jaga kesehatan dan juga bayinya, Mbak. Kalau kayaknya gak bisa tukar galon, panggil aja saya." Syamil tersenyum penuh arti. Ia mencoba berdamai dengan takdir. Termasuk bertemu Hani dan mendapatkan tugas dari abang iparnya. Semua adalah takdir yang saat ini ia jalani, banyak sedikit pasti memberinya pelajaran hidup. Salah satunya bersikap sabar saat bersama ibu hamil. Toh, suatu bs aat nanti, ia juga akan menjadi ayah
Read more
26. Pasrah
Setelah dibawa ke ruangan perawatan, Grace pun mulai menangis pilu. Jari manis tangannya sudah tidak ada. Jari kanannya menjadi hanya empat saja. Tentulah sebagai wanita modern dan pemuja kesempurnaan, hal itu membuat Grace tidak terima.Arif masih terus menenangkan istrinya dengan pelukan, tetapi tangis Grace masih saja pecah. Mamanya yang keturunan bule Amerika sudah ada di kamar perawatan putrinya. Wanita setengah baya itu hanya bisa menatap anak tengahnya itu dengan iba. "Sudahlah, Grace, semua sudah terjadi dan memang harus dipotong. Kalau tidak, nanti malah menjalar ke jari yang lain. Belum lagi tangan kamu itu masih bengkak. Ya ampun, bagaimana bisa ada ular di dalam rumah?" "Mommy, tapi jari Grace jadi gak ada. Pokoknya Grace mau pesen jari manis palsu. Grace gak mau kalau gak ada jari manis. Nanti Grace diledekin temen kampus." Arif menghela napas sembari menoleh pada ibu mertuanya. "Oke, nanti akan kita urus jari palsu sesuai maunya kamu ya." Arif mengalah. Ia harus membu
Read more
27. Perkara Beha
Syamil sampai di kosan pukul lima lebih tiga puluh lima menit. Masih ada waktu untuk mandi dan bersih-bersih sebelum adzan magrib. Saat akan ke kamar mandi, Syamil menoleh ke arah rumah Hani. Pintu rumah wanita itu tutup. Berarti Hani menuruti sarannya. Kemarin ia mengatakan bahwa sebaiknya perempuan itu sudah berada di dalam rumah menjelang magrib. Tidak baik duduk di depan rumah, apalagi memakai pakaian pendek. Setan pada antri mau menggoda dan hari ini, Hani menuruti sarannya. Syamil tersenyum, lalu berjalan masuk ke kamar mandi. Ia awalnya tidak tahu bagaimana cara memberitahu Hani untuk berpakaian lebih baik, tetapi sebuah tayangan di media sosial menerangkan hati dan pikirannya udah dapat membantu Hani dalam keadaan yang lebih baik lagi. Jika memang belum bisa menutup aurat, paling tidak, Hani tidak memakai pakaian terlalu pendek lagi, meskipun ia sendirian di rumah. Selesai mandi, azan magrib pun berkumandang. Syamil bergegas berpakaian. Baju koko, sarung motif batik, dan jug
Read more
28. Persiapan Pernikahan Abah Haji
"Ya Allah, Sya, kenapa sakit lagi? Kamu makannya gak bener ya?""Bener atuh, Mi, makan nasi, bukan makan beling.""Ish, maksud Ummi, kamu makannya suka telat gak?""Nggak suka telat, Mi, tapi kadang telat." Bu Umi menghela napas. Ia merasa Syamil mengalami gangguan pada otaknya atau ruhnya, sehingga perlu dirukiyah. Belum pernah anaknya selamban ini dalam mencerna kalimat. "Jadi gimana? Apa kamu punya obat?""Punya, Mi. Ini barusan minum obat.""Ya sudah, besok, abah mau memenuhi undangan Maulid Nabi yang diadakan di Pesantren Hidayah yang di Bandung. Ummi bilang, suruh tengokin kamu.""Iya, Mi, makasih Ummi-ku sayang. Sudah dulu ya, Mi. Assalamu'alaikum.""Wa'alaykumussalam."Bu Umi menutup panggilannya. Ibu mana yang tidak khawatir bila mendengar anaknya yang merantau sedang sakit dan tidak ada siapa-siapa yang mengurusnya. Ia ingin sekali bisa mengunjungi kosan Syamil, tetapi kakinya belum bisa diajak pergi jauh. Baru sampai keluar untuk ke masjid pesantren dan itu pun benar-bena
Read more
29. Hani Bertemu Abah Haji
Hani duduk bersila di depan orang tua Syamil. Untunglah saat ini ia memakai celana panjang dan mukena, meskipun di balik mukena biru gelap itu ia hanya memakai tank top hitam tanpa bra, tetapi tidak terlihat dari luar. Hani menundukkan pandangan. Tidak berani menatap wajah ayah Syamil yang begitu teduh dan berwibawa. Pantaslah Syamil tampan seperti Arab, ternyata ayah Syamil pun tampan. Memakai gamis dan juga sorban di kepalanya. Hani menjadi merasa rendah diri. "Jadi, nama kamu, Hani?" tanya abah."Iya, Syeikh, nama saya Hani." Syamil terbahak di atas ranjang. Sungguh aneh ayahnya dipanggil Syeikh oleh Hani. Tahu dari mana wanita itu dengan panggilan syeikh? Abah pun menggembungkan pipinya menahan tawa. Seumur-umur punya pesantren, baru kali ini ia dipanggil Syeikh. "Jangan panggil, Syeikh! Panggil saja, pak atau om," kata abah sambil tersenyum. "Baik, Pak." Hani mengangguk. "Sudah berapa lama berhubungan dengan anak saya? Kayaknya kamu udah tua ya? Maksud saya, dari wajah, kamu
Read more
30. Syamil Pindah
"Oh, jadi Abah suruh pindah?" "Iya, Bang. Abah sekarang lagi pergi Maulid di Pesantren Hidayah. Pulang dari sana nanti, abah yang carikan dekat kampus. Mm... Bang Didin gak papa?" "Ya gak papa, Sya. Perintah orang tua yang harus dijalani. Lagian pasti dekat ini sama Hani. Saya titip sesekali kamu jenguk Hani ya. Apalagi udah gede pasti perutnya. Palingan dia atau tiga bulan lagi lahiran kan?""Iya, Bang, kemarin kata dokter udah enam bulan lewat satu minggu.""Ya sudah gak papa, Sya. Kamu tenang aja. Jatah wifi gak akan saya hilangkan, he he.... ""Makasih, Bang, udah dulu ya. Saya masih lemes banget ini.""Iya, oke, cepat sembuh ya, Sya."Didin menutup panggilan dari Syamil. Ia memikirkan bagaimana nanti Hani kalau mau melahirkan dan tidak ada yang dekat dengannya. Gadis itu pun sudah ditalak oleh suaminya, meskipun sedang hamil. Didin merasa hatinya kembali panas. Baru istri dari Arif yang mendapat karma, sedangkan pelaku utama belum. Suami-istri yang membuat Hani terjebak sehingg
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status