All Chapters of DILEMA DUA HATI : Chapter 41 - Chapter 50
195 Chapters
Lamaran
Gu menimang seorang anak laki-laki yang baru saja dilahirkan. Ia beri selimut kemudian serahkan pada ibunya. Hari itu begitu sibuk. Ada beberapa pasien melahirkan normal juga operasi. Sampai-sampai ibu satu anak itu terlambat makan. Sebelum pergi ke kantin, ia sempatkan melewati ruangan di mana bayi-bayi diletakkan. Mereka semua tertidur lelap dengan wajah lucu dan menggemaskan. “Duh, kenapa aku ingin punya anak lagi, ya? Padahal saat melahirkan dulu rasanya aku hampir mati,” ucap Gu sambil mengusap perutnya. Seorang teman kebetulan lewat dan mendengar ucapannya. “Ya, menikah lagi saja. Sudah habis, kan, masa iddahmu? Pilihlah mana yang kau suka. Jadi istri dokter, pedagang, atau tentara juga boleh. Aku yakinlah tak akan ada yang menolakmu. Wajahmu itu aku saja ingin memilikinya. Warisan dari siapa sampai cantik begini?” tanya rekan sejawatnya. “Oh, aku meniru ayahku. Dia raut wajahnya tampan. Dan rambut ibuku yang keriting. Ya, sudahlah, ayo kita makan. Aku lapar sekali.” Gu mengg
Read more
Harus Bagaimana
Ali mengemas baju di kamar. Kemudian pintu rumah ayah angkatnya diketuk. Alana dan Dokter Yusuf sedang di dapur menyiapkan perjamuan. Sedangkan Firdaus sedang merapikan diri karena akan ada tamu spesial yang sebentar lagi datang. Lalu Ali pun keluar dan membuka pintu rumah itu dan ketika sudah dibuka … dua pasang mata keabuan dan biru saling menatap lagi. Beberapa bulan tak saling bertemu muka membuat keduanya sama-sama membeku di depan pintu. Namun, Maira bersikap lain. Ia malah minta digendong oleh Ali seperti biasanya, sebab keduanya sudah sangat akrab. Gu bingung harus bagaimana. Dipisahkan paksa nanti kentara sekali kalau itu anak dari benih Ali, lagi pula ia tak mau ada keributan di rumah seniornya. Didiamkan saja mereka benar-benar terlihat seperti ayah dan anak kandung. “Kau yang bernama Gulaisha Amira.” Alana datang menghampiri calon menantunya. Gadis itu mengangguk saja, lalu ia dipersilahkan masuk dan duduk di kursi. Jamuan lekas dihidangkan oleh Alana walau gadis itu sud
Read more
Mengancam
Gu tak menjawab pesan dari Ali. Ia membuka balasan dari Fir, lelaki itu bilang ia memiliki rumah sendiri dulu pernah ditinggali saat masih bersama istri pertamanya. Mereka berdua bisa tinggal di sana nanti setelah menikah dengan catatan Maira dirawat oleh Alana ketika Gu pergi bekerja. Gadis itu melebar mata birunya, selamat ia dari satu masalah. [Aku beri kau waktu lima menit untuk menjawabnya, jika tidak jangan salahkan aku mencari tahu dengan caraku sendiri.] Pesan masuk dari Ivan ketika Gu tidak juga menjawab. Tak kehabisan akal gadis berambut keriting itu lanjut membalas pesan Fir. Sebenarnya salah cara mereka berdua, diam-diam tukar pesan. Namun, tak ada cara lain, bagi Gu asal Maira tetap bersamanya. [Apakah hukuman bagi pelaku pemerkosaan bertahun-tahun lalu masih bisa ditetapkan di sini? Dan apakah tidak pandang bulu, sekalipun misalnya dia orang yang terlihat baik di depan kalian?] Pesan yang dikirim untuk Fir dari Gu. [Ya, tentu saja. Walaupun itu andaikata anak lelakiku
Read more
Selamat Tinggal Masa Lalu
Gu pulang kerja, ia sedikit heran melihat Maira bermain dengan boneka baru. Sudah ada tiga boneka yang diberikan oleh orang yang tak ia ketahui sama sekali. Sebagai korban pelecehan kelas berat dulu, tentu sebisa mungkin Gu akan menghindari hal yang sama terjadi pata putrinya. Bisa saja diiming-imingi boneka lalu dibawa ke tempat sepi dan dilecehkan. Siapa yang tahu? Karenanya jika lelaki sudah dikuasai nafsu makan akal yang konon ada sembilan itu mati semuanya. Ia adalah saksi hidup yang sangat nyata. Gadis bermata biru itu akhirnya mendatangi Maida, sebab jawaban yang diberikan oleh Maira tidak jelas menunjukkan siapa orangnya. “Aku hanya ingin bertanya, Bu. Siapa yang bermain dengan Maira ketika aku pergi bekerja. Apa dia aku kenal, kenapa baik sekali membelikan putriku boneka. Aku saja tidak kepikiran sama sekali karena sibuk,” tanya Gu pada Maida saat menyiapkan makan malam di dapur. Malam itu Gu memutuskan untuk mulai belajar memasak, bekal pernikahan nanti bersama Firdaus tent
Read more
45. Setelah Menikah
“Ya Allah, aku serahkan semuanya kepadamu. Masa laluku jangan sampai menjadi bayang-bayang yang senantiasa mengganggu, Ya Allah. Biarkan hamba hidup bahagia dan merasakan manisnya pernikahan dengan lelaki yang hamba pilih. Hamba percaya akan balasan yang adil. Dia yang merenggut kesucianku dulu aku percayakan takdirnya di tanganmu. Jauhkanlan hamba darinya dan jangan biarkan dia bersama Maira terus-menerus. Aaamiiin.” Gu memanjaatkan doa ketika ia di dalam kamar. Di luar sana orang-orang sedang mendoakan keberkahan dari pernikahan pertama Gu dan yang kedua untuk Fir. “Apa benar langkah yang aku ambil ini, ya? Pernikahan ini dijalankan di atas kebohongan. Aku tak jujur sepenuhnya. Aku bukanlah janda tapi gadis juga tidak,” gumam Gu sendirian. Ada setitik air mata yang ia tahan agar tak jatuh dan membasahi kain penutup mukanya. Di samping itu ia juga memikirkan Maira. Sekarang gadis kecil yang ia lahirkan tidak ada di sisinya. Untuk mencari juga tidak mungkin, sebab di luar sedang rama
Read more
46. Foto yang Sama
Untuk mempercepat program memiliki anak, Gu memang meminta agar Fir mengambil cuti sebentar. Tidak perlu jauh-jauh, berlibur di sekitar wilayah Negeri Syam pun jadi. Bisa ke tepi pantai, sungai, kecuali padang pasir, Gu malas ada di sana. Fir pun mengikuti permintaan istrinya. Benar kata dokter itu, ia butuh merilekskan diri sejenak dari pekerjaan. Sesekali memikirkan keluarga tidak apa-apa. Namun, Maira tidak diajak Alana juga suaminya meminta agar cucu tiri mereka ditinggalkan saja di rumah, agar kedua orang tuanya bisa fokus memberikannya adik nanti. Dua orang itu berangkat menyusuri tempat-tempat indah untuk saling lebih mengenal satu sama lain. Walau demikian, Gu tak pernah mau jujur dengan masa lalunya. Ia takut Firdaus marah ketika tahu lelaki itu ternyata Ali. Lalu Ali akan mengambil Maira karena tahu Maira putrinya. “Sudah. Aku sudah meninggalkan masa laluku. Sekarang aku harus fokus dengan masa depanku. Ada laki-laki yang menjanjikan kebahagiaan untukku. Hanya dia yang har
Read more
47. Doa
“Sayang, bangun. Aku harus pergi sekarang juga.” Fir mengguncang tubuh Gu yang begitu nyenyak terlelap. Sontak wanita itu membuka mata dan melihat suaminya sedang mencari baju untuk bertugas. Mata biru wanita tersebut melirik jam di dinding, masih pukul dua pagi dan sudah harus pergi. Ada apakah gerangan? “Ini bukan pagi buta juga bukan tengah malam. Apa harus pergi sekarang. Bisakah mangkir saja. Mimpiku tak bagus tadi.” Gu menahan tangan Fir yang meraih kaus berwarna gelap di lemari. Lelaki itu menepis tangan istrinya perlahan. Jika sudah dipanggil tentu harus datang, bisa jadi ada tugas mendesak hingga Ali harus mengganggunya. Lelaki berambut ikal itu sekuat tenaga menepis prasangka buruk antara Gu dan Ali. Bahwa ia mengenali keduanya sangat baik dan tak mungkin melakukan dusta yang sangat besar. “Maaf, Sayang. Kali ini tidak bisa, kau harus mengalah untuk kuduakan.” Lelaki itu tak mau memandang raut wajah Gu yang terlihat cemas. Mungkin saja ada firasat buruk yang dialami Gu. “
Read more
48. Air Mata
“Apa kita lakukan pertukaran tawanan?” tanya Fir pada Ali. Ia tak mau asal bergerak. Bagaimanapun juga Ali jauh lebih paham daripada dirinya. “Kita usahakan menyelamatkan dokter di sana dulu. Kalau tidak baru kita ambil langkah pertukaran. Aku akan masuk ke dalam sana apa pun caranya. Kau tunggu saja di sini. Sampaikan salamku pada Maira kalau terjadi sesuatu padaku.” Ali berlari begitu saja setelah menitipkan pesan pada Firdaus. Memang demikian, hanya satu orang yang masuk agar bisa bergerak lebih mudah. “Tenang saja. Dia anakku, tentu aku akan menjaganya.” Firdaus berkata sendirian, dari tempatnya berjaga ia terus mengarahkan senapannya menanti saudara angkatnya kembali membawa tawanan. “Apa tak konyol dia masuk sendirian. Biasanya dia pasti mengajakku. Ah, tak bisa dibiarkan aku harus mengawalnya.” Fir mengaiaikan pesan Ali barusan, ia pun berlari lebih kencang menyusul Ali yang belum terlalu jauh. Sebuah gedung yang runtuh sebagian menjadi sasaran mereka. Firdaus melakukan konta
Read more
49. Kabar Petang
Fir telah sadar, ia melihat istrinya tertidur pulas. Tak tahu lelaki itu sudah berapa lama ia tertidur. Luka tikaman yang sangat dalam itu membuat ia sulit bergerak ke mana-mana, terasa perih, kulit yang dijahit seperti tarik menarik satu dengan yang lain. Beruntung Gu lekas bangun dan tanggap. Ia terus berada di sana dan berusaha memahami apa yang diminta suaminya. Hingga waktu Shubuh tiba dan Gu pamit untuk membersihkan diri sejenak. Ketika kembali ada Ali yang menunggu di luar ruangan. Di antaranya keduanya, hanya masih ada perasaan bersalah dari Ali. Gu sendiri tidak memikirkan peristiwa lima tahun silam itu lagi, meski tak menjadi jaminan wanita bermata biru itu memaafkan lelaki di hadapannya atau tidak. Yang terpenting sekarang adalah kebersamaannya dengan Firdaus yang begitu ingin ia jalani sampai maut memisahkan. Setelah beberapa saat saling diam akhirnya lelaki bermata keabuan itu membuka mulutnya juga. “Boleh aku melihat saudara angkatku sebentar?” tanya Ali dan Gu hanya m
Read more
50. Pesan yang Membingungkan
Bagian 50 Pesan yang Membingungkan Gu bagaikan orang yang tak ingin hidup lagi. Sakit ditinggal mati oleh keluarganya, ternyata jauh lebih sakit saat ditinggalkan suami. Pantas saja Sarah memutuskan tak mau menikah lagi, meski bisa. Sebab kini Gu paham apa arti cinta baginya. Lelaki pertama yang bisa membuatnya menyerah pada kata pernikahan. Hidup bahagia selama enam bulan, dengan tetap harap-harap cemas agar dikaruniai anak. Nyatanya dua bulan setelah Fir pergi pun tak ada kenangan sama sekali. Gu tetap lancar dikunjungi tamu bulanan. Padahal ia berharap ada satu saja anak dari Firdaus agar senantiasa mengingat lelaki itu di sisa usianya. Rumah Firdaus masih tetap ditinggali oleh Gu. Sebab tak mungkin baginya balik ke asrama lagi. Tempat itu juga yang paling aman. Tak mungkin tinggal di rumah Alana dan Dokter Yusuf, karena Ali masih ada di sana. Gu tetap pergi bekerja agar pikirannya tak terus memikirkan tentang mendiang suaminya. Maira yang genap berusia 4 tahun pun tetap dititip
Read more
PREV
1
...
34567
...
20
DMCA.com Protection Status