All Chapters of CINTA SEORANG JANDA: Chapter 11 - Chapter 20
39 Chapters
ADA YANG LEBIH MEMBAKAR
Setelah menyerahkan beberapa dokumen untuk mendapatkan surat cerai, kami berteduh di kedai kopi kecil yang ada di pinggir jalan. Bukan sebab aku tak mampu membawa Ratih ke tempat makan lebih mewah, hanya saja wanita ini yang memaksa untuk mampir ke kedai kecil seperti ini. Hari ini cuaca begitu panas. Namun ada hal lain yang lebih membakar. Wanita yang ada di hadapanku ini. Aku memesan segelas kopi. Sementara Ratih.... Tetesan keringat mengalir hingga ke ceruk lehernya. Kulit wajah yang semula putih berubah kemerahan karena terik matahari. Wanita itu mengambil sebotol air mineral dan meneguknya sampai tandas. Bagaimana cara air itu melewati tenggorokannya, bagaimana deru nafasnya naik turun karena rasa lelah di tambah dahaga. Dan bagaimana keringat itu membuat tubuhnya sedikit basah. Itu... Membuatku menelan ludah. Dalam keadaan setengah basah seperti itu. Entah mengapa debar familiar kembali muncul hingga menimbulkan sisi liar dalam pikiran. Seksi"Kamu ngeliatin gitu, kenapa
Read more
Biarkan aku menjagamu
"NAH... ITU DIA! PEREMPUAN GAK TAHU MALU! ITU PASTI SELINGKUHANNYA...!" What the hell... Aku masih berdiri di ambang pintu. Beberapa pria menunjukkan wajah garang. Sementara Ratih terlihat geram. Entah apa yang terjadi. Aku melangkah mendekati mereka. Ingin bertanya, apa sebenarnya yang terjadi. Namun belum sempat aku mengeluarkan suara, sebuah tinju melayang ke pelipis hingga membuatku terdorong kebelakang. Shit! Jelas aku belum siap menerima pukulan secepat ini. "Dasar lacur! Jadi ini kelakuan kamu di belakangku, hah!" teriak seorang pria yang aku ingat sebagai suami Ratih. Ah tidak, mantan suami. Kulihat wajah geram Ratih. Wanita itu maju dan mengangkat wajahnya. "Heh Prasetyo! Urusan kamu sama aku apa, hah! Mau aku ngapain aja dibelakang kamu, juga bukan urusan kamu lagi. Kamu tuh gak tahu malu, atau apa? Bikin rusuh di tempat orang pakek bawak rombongan segala. Malu-maluin." "Jelas, ini menjadi urusanku karena kamu masih istriku! Seharusnya kamu yang malu. Tidur sama laki
Read more
Cucu dulu
Aurin? Ya. Wanita itu Aurin. Wajahnya nampak sumringah saat melihat kedatanganku. Dia berdiri dan segera menghampiri. "Ga? Dari mana aja? Kamu nggak keliatan beberapa hari ini. Aku pikir sakit." "Aku sehat kok. Cuma lagi ada urusan aja," ucapku setelah melepas helm. Aurin nampak tersenyum tipis. Keningku berkerut menatap wajahnya yang nampak kecewa. "Oh.. Pantes. Kemarin aku tungguin gak dateng-dateng. Lain kali kalau ada urusan, kabarin dulu ya. Biar aku nggak nungguin sampe kemaleman." Apa? Astaga... Aku lupa, kalau kemarin ada janji sama Aurin. Jadi gak enak sama nih cewek. Apalagi liat senyuman pahitnya. "Duh... Sorry ya, Rin." Aku berucap dengan hati tak enak. "Iya nggak papa." "Besok aku temenin sampai selesai deh. Seminarnya masih ada kan?" "Masih." "Yaudah. Besok aku jemput." Kulihat gadis itu tersenyum. Tidak sekaku tadi. Yah... Anggap saja sebagai penebus kesalahanku. Aku akan menemaninya seharian besok. ***"Aurin gak di ajak masuk?" Baru saja kaki melangkah m
Read more
Dimana nurani
"Muka kau kenapa merah gitu, Tih? Abis berantem?" tanya Mbak Nadia saat meliatku. Setelah seharian bekerja dengan gaji 50ribu rupiah. Aku menjemput Raka di rumah ibuku. "Iya. Abis berantem sama anjink," ucapku asal. "Anjink? Maksudmu Prasetyo?" Lah kok dia tahu? Aku mengangguk pelan. "Sialan! Mau aku bantu pecahkan kepala dia itu, Tih? Biar tahu rasa!" "Kepala siapa yang mau kalian pecahkan?" Kami berdua terkejut. Ibu mendengar ucapan Mbak Nadia. Aku langsung menatapnya mengisyaratkan bahwa dia tidak boleh bercerita apapun pada ibu. "Kepala anjink, bu.. " saut Mbak Nadia dengan santai. Aku menghela nafas lega. "Nggak ada kerjaan kalian, mau mecahkan kepala anjink." "Raka mana, bu?" "Ada. Abis mandi langsung tidur dia. Tega kamu ninggalin anak seharian. Nggak kasihan sama Raka," sungut ibuku. "Ratih kerja, bu.. " "Buat apa? Gaji suami kamu kurang? Ya, seharusnya kerja dirumah aja minta modalin bikin usaha kelontong. Biar anakmu tetap keurus." Aku diam saja. Entah harus me
Read more
Wanita malang
Arga POVDibalik sikapnya yang dingin, ada hati yang rapuh. Aku mengerti. Dibalik sikapnya yang terkadang kasar, ada kelemahan yang dia sembunyikan. Atau mungkin faktor kerasnya kehidupan yang membuat moodnya berantakan. Ratih.Perempuan yang dua tahun lebih tua dariku. Terpaksa menerima jalan hidup yang tidak seberuntung wanita lain di luar sana. Aku melihat bagaimana dia menyayangi anaknya. Aku melihat sendiri bagaimana dia berusaha kuat dihadapan anaknya hanya agar anaknya tidak bersedih melihatnya di aniaya. Yang menjadi pertanyaanku... Kenapa suaminya tega menyakiti. Kenapa tega memilih wanita lain dan menyia-nyiakan wanita yang pernah bersimbah darah untuk melahirkan anaknya? Bukankah itu tidak adil? Saat aku menariknya masuk kedalam dekapan. Dapat kurasakan tubuhnya berguncang karena isak tangisnya. Dia tidak menolak, mungkin karena hatinya sudah terlalu sesak. Kubiarkan dia menumpahkan semuanya. Meski debar di dada mungkin bisa di rasakannya. Wanita yang malang. Aku m
Read more
Kenapa rasanya sakit?
"Sumpah! Aku nggak ngapa-ngapin," ucapku saat Ratih menjauhkan diri. Debar di dada masih terasa saat Ratih menindih tubuhku tadi. Wanita itu menyipitkan mata, masih menatapku curiga. "Terus ngapain kamu tiba-tiba ada disini?" "Numpang tidur. Semalem suara geledek kayak berasa mau kiamat, Tih. Aku takut." "Hah?" Ratih terperangah mendengar penjelasanku. Sejurus kemudian wanita itu menarik bajuku dan menyeretku keluar. "Pulang sana!" "Eh.. Kok gitu?" ucapku sedikit terhuyung. "Aku mau kerja. Mending kamu pulang.Suara geledek aja kamu takut, Sok-sok an mau ngelindungi aku dan anakku?" Brak, Ratih menutup pintu dengan kasar. Aku hanya mengusap dada pelan. Merasa di remehkan sekarang. "Belum bisa bayar, Mas?" Aku menoleh pada sumber suara, kemudian terkejut melihat seorang wanita dengan balutan tanktop dan hotpants. Dadanya nyaris menyembul keluar. "Astaga.... " "Kok astaga?" katanya heran. "Pakek baju yang bener, Mbak. Kaget saya." "Ini udah bener, kok. Masak iya, mau ngelo
Read more
Siapa yang murahan sebenarnya?
"Tuh, kan sedih. Dari muka kamu aja keliatan kalau suka sama brondong itu." Mbak Nadia terkikik setelah mengucapkan kata yang menurutku konyol. Aku menatapnya kesal. "Apa sih Mbak. Ratih nggak ada suka sama tuh anak. Masih labil dia. Paling cuma penasaran aja sama Ratih." "Terserah deh. Ego kamu emang gak bisa di turunin sedikit," ucap Mbak Nadia. Di sela perdebatan kami. Terdengar suara keributan dari luar. Kegaduhan yang ternyata berasal dari geduran pintu kontrakan yang aku tempati. Samar-samar, suara teriakan seorang wanita dari luar. Memanggil namaku sekaligus mengumpati. "Keluar kamu Ratih! Dasar sialan! Gak tahu diri!" Aku dan Mbak Nadia saling menatap bingung. Siapa kiranya orang lancang yang telah berani meneriaki namaku. "Siapa Tih?" "Nggak tahu. Ratih juga penasaran," ucapku segera berdiri dan membuka pintu. Saat pintu terbuka, suara teriakan itu semakin jelas terdengar dan belum sempat aku mengingat wajahnya.. Plak, satu tamparan mengenai wajahku. Seketika aku
Read more
MEMINTA BANTUAN
ARGA POVSudah hampir seharian aku menemani Aurin sejak kemarin. Seperti janji kami sebelumnya. Namun sialnya pikiranku tak luput dari Ratih. Wanita yang baru satu hari tidak kutemui. Rasanya rindu sekali. "Ga." "Hm?" Aku menoleh. Kusadari sejak tadi tak menanggapi ocehan Aurin. Sibuk mengemudi dengan pikiran melayang. Kami menuju jalan pulang. Maksudku mengantar Aurin pulang. "Kamu ada rencana nikah, kapan?" "Enggak tahu. Belum kepikiran sampe sana," ucapku tanpa menoleh ke arahnya. Mobil berbelok ke arah kanan kemudian berhenti sebab kami telah sampai. Aku menunggu gadis itu turun, namun sepertinya masih ada yang ingin dia sampaikan. "Makasih udah nemenin aku hari ini. Dan untuk pertanyaan tadi... Kalau kamu berubah pikiran, Ada orang yang selalu nungguin kamu kapanpun kamu siap." Aku mengerti. Sebab itulah aku hanya tersenyum tipis menanggapinya. Sejurus kemudian tanpa aku duga, Aurin menciumku. Tepat di bibir dengan lembut. Aku tidak menolak, namun tidak juga membalasn
Read more
RASA TAKUT
Terdengar helaan nafas dari Bang Lukman. Kini dia menatapku teduh. Ah, pasti ada kotbah baru lagi. Aku membuang wajah, malas. "Mau statusnya berubah seperti apapun, tidak akan menjamin dia untuk tidak menjadi gunjingan orang lain, Ga. Yang namanya hidup gak akan bebas dari penilaian manusia," ucap Bang Lukman sembari menyentuh bahuku. "Reaksimu dalam menyikapi masalah wanita itu bisa saja memancing hal positif, pun dengan hal negatif. Kau bisa membuat masalahnya semakin berat, meski niatmu sebenarnya ingin menyelesaikan masalah wanita itu." Aku menoleh. "Salah satu contohnya. Kau bisa saja menjadi penyebab wanita itu menjadi gunjingan karena terlalu dekat denganya. Mantan suaminya bisa saja mengambil keuntungan dari hal itu, dan mereka bisa berhasil merebut hak asuh atas anaknya." "Terus... Arga harus gimana, Bang?" Bang Lukman hanya tersenyum tipis. Namun aku tahu, dia siap membantuku. Dengan caranya sendiri. ***RATIH POVHari berlalu begitu saja. Pekerjaanku semakin hari sem
Read more
Yang Terjaga
Arga Pov Setelah menyaksikan dari kejauhan perdebatan Ratih dan mantan suaminya. Kami berdua duduk di kursi panjang di bawah pohon yang ada di pinggir jalan. Terlihat jelas olehku tubuh Ratih baik-baik saja, Namun tidak dengan hatinya. Wajahnya begitu masam. Ada kekhawatiran dari raut wajahnya. Dan aku... Ikut merasakannya. "Lebih baik kamu pulang. Aku ingin sendiri," ucapnya. Aku menghela nafas saat menatapnya dengan teduh. Ratih tetap tak mau membalas tatapanku. Dia hanya menunduk dengan segudang pikiran. "Kenapa kamu selalu ngusir aku, Tih?" Aku bertanya dengan perasaan sesak. Sejauh ini, hanya Ratih yang mengusik perasaanku. Itulah sebabnya saat dia ingin aku pergi, aku merasa tak di inginkan. Dan itu menyakitkan. "Karena mulai detik ini aku nggak akan percaya lagi sama kebaikan yang ditunjukkan seseorang padaku. Bukan masalah pikiran negatif. Hanya saja aku percaya bahwa setiap orang memiliki topeng versi mereka sendiri. Kapan saatnya topeng itu di pakai dan di lepas la
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status