Lahat ng Kabanata ng GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA: Kabanata 31 - Kabanata 40
136 Kabanata
Kepergok
"Ma-maksud, Anda, apa?" tanya Evano di titik terakhir keberaniannya."Lihatlah! Yulia ini yang kucari. Yulia istriku yang telah Anda hamili," tutur Raffa tetap santai, menunjukkan foto sang istri di ponselnya."Enggak tau! Anda pasti salah bertanya." Evano mulai gemetaran, membayangkan apa lagi yang akan Raffa lakukan padanya."Ini, lihat lagi. Kali ini tidak mungkin salah, bukan?" Raffa memutar video rekaman CCTV yang sudah ia simpan di ponselnya."Gak mungkin itu saya. Dari mana anda bisa yakin, sementara pria itu memakai helm," elak Evano sambil tertawa. Ia mulai merasa tenang, karena Raffa tak cukup bukti untuk menuduhnya.'Untung saja aku tidak melepas helm,' batin Evano, mengelus dadanya yang tadi sempat ketar-ketir."Lihat lagi!" bentak Raffa, membuat tangkapan layar dan memperbesar hasil tangkapan layarnya yang menyorot jelas wajah Evano ketika hendak mencium Yulia. Pria itu tak sadar, telah membuka kaca helmnya lebar-lebar.'Percuma saja pakai helm, jika wajah diekspos dengan
Magbasa pa
Pembelaan Yulia
"Aku ... aku semalam stres berat, Mas. Kumohon jangan marahi aku lagi. Aku baru saja datang ke sini setelah merenungi semuanya, setelah menyadari semua kesalahanku. Kedatanganku ke sini, sebetulnya untuk meminta pertanggungjawaban atas apa yang Evano perbuat padaku," lirih Yulia, merosot ke atas lantai dan memeluk lutut suaminya."Beda lagi alasanmu. Bagaimana mungkin aku bisa percaya padamu!" Raffa menyingkir dari hadapan Yulia dengan kasar, membuat wanita itu terjatuh.Hatinya yang masih selembut kapas, tentu tidak tega melihat Yulia terjatuh. Raffa kembali dan membantu Yulia untuk bangun. "Maaf.""Lakukanlah apa pun yang ingin Mas Raffa lakukan padaku, sebagai hukuman. Aku ikhlas," ucap Yulia, mengambil kesempatan itu saat Raffa memegangi kedua lengannya."Aku lebih memilih mengadu pada Rabbku dan pasrah atas hukuman apa yang akan kau terima. Sedikitpun tidak akan kuminta balasan atas semua perbuatanmu. Tapi ingat, setiap dosa harus dipertanggung jawabkan dan mendapatkan hukuman en
Magbasa pa
Melawanmu dengan Ejekan
PoV AuthorKetegangan kembali terjadi setelah Raffa meminta keluarga dari istrinya untuk berkumpul di ruang keluarga. Tak hanya itu, Raffa bahkan meminta sang ibu untuk datang juga ke rumahnya.Di saat tengah menunggu, Pak Sujita tampak tak tenang. Lekaki tua itu terus saja melirik ke arah anak sulungnya, sepertinya sangat mengkhawatirkan kondisi sang anak.Beliau sudah banyak bertanya tentang apa yang akan dibicarakan oleh menantunya, namun Raffa berpegang teguh pada pendiriannya. Raffa hanya menjawab, "Nanti akan saya katakan semuanya, setelah Ibu datang."Lelaki tua itu sangat takut dengan keputusan Raffa.Sementara Satya, menatap malas ke arah kakaknya yang tidak berhenti menangis, seolah dirinya adalah korban. Nurul duduk di samping sang kakak, terus menerus mengusap bahu kakaknya dengan sabar.Lalu apa yang Raffa lakukan? Ia hanya duduk santai di kursi teras, sambil menyeruput kopi hitam yang ia buat sendiri. Sebetulnya Nurul sudah menawarkan membuatkannya, namun Raffa enggan me
Magbasa pa
Perkara Mobil
Yulia menggeleng lemah, memajukan bibirnya dengan tatapan yang tak teralihkan dari Raffa. "Jahat, kamu, Mas!""Aku? Apa yang sudah kuperbuat, hingga kamu mengatakan aku jahat? Jahat, ya, aku memberikanmu banyak uang? Jahat, ya, aku menjamin semua kebutuhan keluargamu? Jahat, ya, aku memberimu mobil mahal keluaran terbaru? Dan jahat, kah, aku memberimu kebebasan untuk beraktivitas di luar?" tanya Raffa mulai terdengar tegas.Yulia terdiam. Ia sadar apa yang telah diperbuatnya adalah suatu kesalahan yang berakibat fatal, apalagi dirinya sampai hamil oleh lelaki itu.Tapi kedatangannya sore tadi ke apartement Evano memang untuk menuntut tanggung jawabnya."Dan mulai sekarang, aku tidak akan lagi bertanggung jawab atas hidupmu dan keluargamu!" sambung Raffa, membuat Yulia semakin tak percaya. Dunianya seakan runtuh menimpa diri. Ia ternganga beberapa saat, berharap kalimat itu hanya sebuah ilusi."Ma-maksud, ka-kamu, apa, Mas?" tanyanya, dengan dada naik turun menahan sisa napas yang sep
Magbasa pa
Bersikeras Ingin Merebut Mobil itu
PoV RaffaSembilan tahun aku menikahi Yulia. Empat tahun pertama, aku masih menjabat sebagai manager tingkat menengah, dua tahun menjabat sebagai senior manager dan tiga tahun terakhir aku diangkat menjadi direktur personalia.Sejak pertama kali menikah, kuberikan semua uang gaji yang kuterima, namun Yulia tidak mau menerimanya. Katanya, dia tidak mau pusing mengelola keuangan. Pada akhirnya, aku yang me-manag semua keuangan termasuk jatah bulanan keluarganya.Yulia kuberi jatah belanja untuk makan kami sehari-hari, jatah kebutuhannya dan apa pun yang dia ingin beli pasti kuberikan uangnya. Karena merasa risih menyimpan uang sisa belanja, aku mengajaknya membuka rekening bank, namun dia tidak mau. Akhirnya aku membuatkan rekening atas nama diriku sendiri. Yulia hanya memegang kartu ATMnya saja.Setiap bulannya, Yulia akan melapor, berapa uang belanja yang tersisa dalam rekening. Aku memintanya menyimpannya saja untuk tabungan, siapa tahu suatu saat bisa kubelikan rumah untuk keluarga
Magbasa pa
Kepemilikan Mobil itu
"Bapak benci perilakumu, Yulia!" balas Pak Sujita menyentak.Sudahlah, sepertinya sudah cukup bermain-main. Aku tidak ingin ada lagi tangan yang melayang ke wajahnya jika aku terlalu lama di sini."Mas! Mobilku," rengeknya lagi, ketika aku membuka pintu mobil."Tunggu!" pintaku. Geram rasanya diperlakukan seperti maling. Gegas kuambil berkas di dalam mobil dan menunjukkannya. Aku beruntung, tidak terlalu lama mengurus berkas ini."Lihat, siapa nama pemilik mobil ini sekarang!" Kutunjuk nama yang tertera pada STNK dan BPKB mobil ini yang sudah kualihkan menjadi atas namaku."Mengapa bisa begini, Mas? Surat-surat mobil ini atas namaku," tanya Yulia dengan dahi berkerut. Tentu saja nada bicaranya naik beberapa oktaf."Tadinya begitu. Tapi sejak kemarin, aku sudah membalik nama kepemilikkannya menjadi atas namaku." Kukatakan itu dengan senyuman tipis.Yulia terdiam, seolah berpikir bagaimana caranya bisa seperti ini. Tentu saja aku bisa melakukan itu, karena sudah memintanya menandatangan
Magbasa pa
Sesuatu yang Terjadi Pada Yulia
PoV AuthorSenja mulai bergelayut menutupi awan cerah dengan warna kelabunya. Raffa terus fokus mengendarai mobil sedan teranyar yang setahun lalu ia hadiahkan untuk Yulia. Meski ada rasa bersalah telah merebut kembali sesuatu yang ia berikan, namun Raffa merasa Yulia pantas mendapatkan itu semua.Ia berbincang ringan dengan ibunya yang duduk kursi samping kemudi. Namun tiba-tiba, ponsel dalam saku celananya berdering. Raffa segera merogoh ke dalam saku, mengeluarkan ponsel itu dan meminta sang ibu untuk menerima panggilan yang masuk, tanpa melihat nama di layar ponselnya yang menyala.Lelaki itu menajamkan pendengarannya ketika sang ibu sudah menjawab salam dari si penelepon.Panggilan itu dari telepon rumah Raffa. Pelakunya adalah Satya."Hallo.""Assalamu'alaikum, Bu.""Wa'alaikumussalam.""Maaf, Bu. Mas Raffa ada? Atau, kalian masih di jalan?" tanya Satya."Di jalan, ada apa?" tanya Bu Ajeng sedikit malas."Mbak Yulia kecelakaan dan sekarang sedang dibawa ke rumah sakit. Satya aka
Magbasa pa
Kondisi Yulia
PoV Author"Bapak tunggu di luar saja," tukas perawat itu dengan ramah.Ya, wanita tersebut adalah Yulia. Sang ayah dan kedua adiknya sangat khawatir dengan kondisi Yulia yang sejak terjadinya kecelakaan tak sadarkan diri.Ketiganya tak berhenti merafalkan do'a, memohon pertolongan kepada sang pemilik hidup.Yulia mengalami kecelakaan di depan jalan komplek setelah tak lama Raffa melajukan mobilnya. Wanita itu mencoba mengejar, namun kakinya terperosok ke dalam lubang yang berada di tengah jalan. Lubang yang tercipta akibat tergerus oleh roda-roda kendaraan dan derasnya air hujan belakangan ini. Jalanan di depan komplek tersebut memang belum diperbaiki.Yulia jatuh tersungkur ke atas aspal dan tanpa ia sadari, sebuah motor dari arah berlawanan tengah melaju kencang dan tak sengaja menabraknya.Tak hanya Yulia yang celaka. Pengendara motor tersebut pun mengalami luka di beberapa bagian tubuh akibat membelokkan paksa roda duanya hingga ia terpental ke tepi jalan.Hingga sampai di rumah
Magbasa pa
Penyesalan satya Sebagai Anak Laki-laki
"Kenapa, Dok? Bayi saya baik-baik saja, 'kan?" sambar Yulia, tanpa menunggu dokter selesai bicara."Ibu tenang dulu, ya. Dengarkan dulu pertanyaan saya," tukas dokter yang kini sudah dapat menemukan detak jantung janin dalam kandungan Yulia."Tapi kenapa Dokter minta maaf. Saya takut bayi saya kenapa-kenapa, Dok!" sentak Yulia, sudah kadung terkejut dan panik."Maaf, Ibu, Bapak, seperti apa posisi jatuhnya tadi? Itu yang ingin saya tanyakan. Saya sudah berusaha sopan sama Ibu." Dokter wanita berusia di atas empat puluh tahun itu sedikit tersinggung dengan bentakan Yulia."Iya maaf, Dok. Posisi jatuhnya nyaris menelungkup. Tapi sepertinya tidak sampai menindih perut," jelas Satya, mencoba memecah ketegangan. Dokter itu mengangguk-angguk seraya tetap fokus pada monitor. "Ini janin Ibu Yulia. Semua masih baik-baik saja. Ini suara detak jantungnya.""Syukurlah," ucap Satya dan Yulia, mulai menitikkan air mata haru. Wanita itu melihat pergerakan bayi di dalam kandungannya, serta mendengar
Magbasa pa
Siasat Yulia
Lelaki berusia dua puluh tujuh tahun itu terus menatap kosong ke arah jalanan. Ia merasa tak berguna sebagai laki-laki muda di keluarganya. Untuk makan saja, ia tak punya. Satya sedikit menyesal karena selama ini terlalu manja mengandalkan uang kiriman kakak iparnya.Satya yang sudah sedewasa itu, tak sekalipun memanfaatkan waktu luangnya untuk mencoba bekerja. Ia hanya menikmati pendidikan yang diraihnya dengan uang Raffa.Ia bahkan beberapa kali mengulang skripsi karena tidak begitu serius. Teman-teman seangkatannya sudah mulai sukses dalam berkarir, sementara ia masih betah di semester akhir S2-nya."Beli, Pak.""Beli apa, Bang?""Roti yang ini harganya berapa?" tanya Satya, mengacungkan sebungkus roti ke udara."Tiga ribuan, Bang.""Air minumnya?""Tiga ribu lima ratus."Satya pun akhirnya mengambil tiga bungkus roti dan sebotol air mineral ukuran sedang, lalu membayarnya.Kini hanya tersisa uang dua ribu lima ratus di tangannya. Satya berjalan gontai, tak tahu apa yang harus mere
Magbasa pa
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status