All Chapters of SUAMI UNTUK TUAN PUTRI: Chapter 31 - Chapter 40
106 Chapters
Bab 31
Di outlet saat itu Zora sedang berjaga dengan Agus. Agus yang mendengar semua percakapan antar mantan sahabat itu tidak bisa berhenti bergeleng kepala. "Orang-orang kaya itu kenapa bisa ngeri banget." Bisiknya pada diri sendiri. Gak lama Zora masuk dengan wajah lesu."Semangat Zora.." hiburnya pada kawan malangnya. Gadis ini tentu gadis yang cantik dan berwawasan, walaupun dia tidak memiliki apa-apa tapi Zora memancarkan aura bahwa ia wanita terhormat dan bukan orang sembarangan. Bahkan saat mereka belum tau kenyataan Zora yang sebenarnya."Iya Mas Agus. Aku gak apa-apa kok." Jawab Zora berusaha tersenyum dengan ikhlas."Keren kamu Zora, mereka pasti bakal nyesel suatu hari udah ngelakuin ini sama kamu."Zora tersenyum tak percaya. "Kenapa harus nyesel? Kayanya mereka puas tuh mas.""Dunia ini berputar, saat kamu kembali ke posisimu apa mereka gak akan panik mohon - mohon jadi temenmu lagi?"Zora mengangguk. "Itu gak akan terjadi biarpun mereka nangis darah.""Kok bisa ya mereka ngela
Read more
Bab 32
Hari ini Julian sudah mempersiapkan semua rencananya dengan baik. Memesan bucket bunga, bucket coklat dan sebuah blackforest dengan lilin lilin panjang juga angka 25 tahun.Ia datang lebih awal dari jam pulang Zora, memberinya suprise kecil yang terus membuat Zora tersenyum."Happy birthday to youuu.. happy birthday to youu.." Nyanyi Julian dengan wajah di tutup kedua bucket untuknya.Naya dan Okta merasa sangat iri, pria ini manis sekali memang gak salah kenapa Zora cinta mati begini. Mereka pun bernyanyi bersama memberi selamat untuk Zora."Happy Birthday sayang.." Ucap Julian mengerahkan Bucket pada Zora yang menangis haru bahagia. Zora merasa Tuhan amat baik, menggantikan semua yang buruk dengan yang baik."Makasih banyak." Terimanya dengan suka cita."Wait.. kuenya ketinggalan hehe." Karna dua bucket itu memenuhi tangannya, terpaksa kue harus di tinggal trakhir. Julian memasang lilin dan kembali bernyanyi. "Tiup lilinnya.. tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga, sekarang, jug
Read more
Bab 33
"Mau makan dimana?" Lirik Julian pada Zora yang masih dengan perasaan berbunga-bunga. Ulang tahun kali ini ia merasa bersyukur, tahun lalu saat dia memutuskan untuk pergi dari rumah hatinya sangat hancur, walau Devina, Agustina dan Dania hadir untuk menghiburnya. Tapi sedih itu terlalu besar untuk keputusan yang ia lakukan. Kali ini bahkan Zora juga kehilangan tiga sahabat yang pernah ia amat syukuri kehadirannya. Kenapa Tuhan begitu baik, selalu menyiapkan orang-orang baik untuk menemaninya menjalani semua ini. Walau ada banyak kesedihan, tetap ada rasa yang bisa di syukuri. Sejak keluar dari kediamannya, sejak keluar dari rumah Dania, ia sadar. Dia bukan lagi Zora si putri Forte. Dia hanya manusia biasa. Entah bagaimana membuatnya mampu melihat bahwa semua orang setara saat ini. "Emm mau sate ayam aja yang biasa kita makan." Jawab Zora yang sudah mulai kelaparan."Cuma sate? Aku udah mau traktir steak atau apapun loh."Zora menggeleng. "A
Read more
Bab 34
"Betul, tapi orang miskin itu ada, gak punya tempat tinggal, gak punya makanan, gak punya kehidupan. Mereka tumbuh aja jadi hama-hama di masyarakat. Yah sebenernya kompleks sih gak semua orang miskin juga hama." Papar Julian."Itu pemikiran yang jahat sih.""Itu kenyataan sayang, orang-orang yang putus asa karna dia gak punya skil, yang bikin dia otodidak berpikir sempit dan punya skil nyuri, nyopet. Semua yang instan. Kita pun belum tentu bisa bantu mereka.""Apa susahnya? Kan bisa kasih uang?""Oke kasih uang, tapi uang pasti habis dan dia bakal minta lagi, orang kaya gitu malah lebih susah ditanganin. Kalo di suruh kerja gak mau, bilangnya gak bisa, karna otaknya terbiasa untuk bersikap instan." Jelas Julian."Kalo di kalangan orang kaya ada orang sombong, di kalangan orang miskin ada mereka yang malas dan gak tau malu gitu ya? Tapi kan orang baik pasti ada lah.""Tapi dunia gak berjalan semudah itu!" Jelas Julian sambil
Read more
Bab 35
Hari ini Zora mendapatkan hari yang menyenangkan dan baru saja bertemu Julian. Tapi kenapa senyum Affandra muncul terus aggrr..Selesai membersihkan diri dan siap untuk tidur ia melihat kotak kado di atas kasurnya. Seperti kotak yang familiar. Ia membuka bungkus kado dan ada sebuah iPhone terbaru di dalamnya. "Waaah.." mengingat ponselnya sudah jadul, iPhone X yang sudah menemaninya 2 tahun ini. Ada beberapa retakan akibat jatuh dan softcase yang sudah usang.Saat membukanya ia juga menemukan beberapa case lucu dengan warna-warna yang ia suka. Saat itu ia benar-benar kagum, Affandra memperhatikannya dengan baik, seperti seorang cenayang. Membuatnya bergidik lagi. "Aduuh harus jaga jarak deh dari orang ini." Ada perasaan takut berpaling dari hatinya. Walau rasanya itu gak mungkin.Malam ini bukannya tidur cepet, malah gak bisa tidur sama sekali. Zora terus membolak balik badannya gak karuan. Matanya ngantuk banget, tapi kenapa Affandra terus muncu
Read more
Bab 36
Sepanjang perjalanan Zora lebih banyak diam, sesekali melirik Affandra yang hari ini memang tampan seperti biasanya. Semakin dilihat. Hatinya semakin tidak mengerti.Pria ini baik hati, memperlakukannya dengan sangat baik, dan hampir seperti dirinya yang ngeyel dan keras kepala.Affandra terasa benar-benar tidak asing. Apa hanya karna hubungan masa kecil mereka? Yang jelas, Zora tidak bisa membencinya. Tapi ini harusnya bukan cinta.Affandra meliriknya yang terus diam. "Diem terus sih.""Yah orang gak ada yang di omongin.""Biasanya bawel, cerita ini itu.""Masa sih? Enggak ah." Jawab Zora singkat."Suka ga hadiahnya?"Zora mengangguk dan meliriknya, "Makasih ya Affandra." Tak luput senyumnya tanda terma kasih."Ini udah hampir sebulan loh kita jalan begini. Tapi aku gak punya nomer ponselmu.""Masa sih?" Zora tidak sadar. Benar juga sih, Affandra selalu tiba-tiba aja datang di saat yang tepat.
Read more
Bab 37
Zora menarik setting kursi membuatnya dalam posisi yang nyaman dan memejamkan mata untuk menenangkan dirinya. 'Mungkin aku lelah' batinnya.Awalnya hanya mengatur nafas dengan teratur, ternyata ia tertidur selama perjalanan. Perjalanan kali ini cukup jauh, 3 jam perjalanan menuju pantai yang di tuju. Dan Zora tidur hingga sampai di tempat tujuan.Begitu ia terbangun, deru ombak memenuhi hatinya. "Kita ke pantai?" Zora terkejut, Ia melihat segala sisi tempat ini dengan pasir putih berkilau. "Aku gak bawa sun blok." Ucapnya dengan sedih.Affandra segera membuka laci dasboard di depan Zora dengan santai. Terlihat satu botol lotion anti UV yang segera mencairkan hatinya. Dan senyum mengembang di wajah Zora. 'Pria ini sangat teliti ya.' ungkap batin Zora tak bisa menghindarkan.Waktu menunjukan jam 9 pagi dimana matahari sudah naik dan memberikan sorot kehangatan dengan angin pantai yang menemaninya.Zora segera turun dari mobil dan menghirup
Read more
Bab 38
Zora tertawa geli mendengar apa dia hendak menggoda pria itu? Dia berpakaian sopan saja sudah membuatnya sangat tergoda apa lagi dengan pakaian seksi. Masuk akal juga.Affandra sangat puas melihat keduanya berpakaian sama. Ia sudah membelikan sebuah topi rotan yang sangat cocok dengan pakaian mereka.."Ayo.." ajak Affandra sambil mengulurkan tangan. Tanpa sungkan Zora menggenggam tangannya. Mereka berjalan-jalan di bibir pantai sambil bergandengan tangan. Sampai Zora merasa ada sesuatu yang janggal. Tapi entah apa.Ia melihat ke arah tangan yang menggenggamnya dengan lembut. Dan hatinya segera berdetak cepat. Ia sadar dan melepaskan genggaman itu. Mencoba ngeles dan mengambil air laut.Suasananya enak sekali, membuatnya terbuai dan lupa diri. Zora duduk bermain pasir dan sesekali melihat deretan kuda yang berbaris di pintu masuk pantai.Zora menatapnya baru mau meminta, tapi Affandra terlalu peka dan segera berkata, "Ayo!"Kali i
Read more
Bab 39
Deru ombak sangat lembut di hatinya, angin terus menghembuskan udara basah dan mengingatkannya akan rumah.Setahun sudah berlalu, bagaimana orang tuanya bisa mencampakkannya seperti ini. Apa jalannya harus seterjal ini? Apa lagi yang harus dibuktikan? Tidakkah cukup setahun ini? Ia terpejam, membiarkan ombak membawa pergi perasaan rindu. Affandra bangun dari tidurnya perlahan menatap wanita yang duduk mematung di sisinya, bulir air mata menetes walau tanpa suara. Di hari ulang tahun seseorang, apalagi yang paling dirindukan selain keluarga?Kali ini dia benar-benar dalam banyak kesulitan, hatinya pasti lelah, dan Julian semakin masuk dalam hidupnya sebagai pengganti, ia juga khawatir, apa perlu Zora bertindak sejauh ini hanya untuk bersama orang yang ia inginkan?Zora mengira Affandra mungkin terlelap, tapi sebuah tangan besar menyapu air matanya, membuatnya terpetejat menatap langsung ke dalam keheningan dalam matanya, yang seolah mengerti segalanya. Sege
Read more
Bab 40
Setelah puas bermain air, mereka sangat lapar dan bergegas untuk berganti pakaian. Dan mendatangi salah satu kios seafood untuk memesan sup kepiting. Sayangnya mereka tidak punya itu. Hanya ikan bakar, baiklah apa boleh buat.Mereka makan dan bercerita tentang orang-orang yang mereka kenal termasuk Tiffany. Affandra terus mengeluh tentang wanita yang terus mengejarnya bahkan sampai ke Amerika, benar-benar menyebalkan. Tapi ia juga tidak bisa selalu mengacuhkannya. Apa boleh buat, ia menganggap Tiffany sebagai adiknya sendiri dan membuatnya untuk tidak berharap lebih.Zora tersenyum penuh muslihat yang membuat Affandra merasa ada yang aneh. "Apa? Kenapa kamu liat aku kaya gitu?""Aku ngerti kok, aku ngerti perasaanmu.""Perasaan, dibuntutin orang."Affandra menyeringai tak peduli."Kalo gitu aku juga akan anggep kamu kaya kakakku sendiri."Tiba-tiba wajah Affandra berubah garang. Menatapnya lurus dengan serius dengan potongan ikan yang gak jadi dimasu
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status