Semua Bab Talak Yang Tertunda: Bab 11 - Bab 20
34 Bab
Bab 11
"Bunda, ayok kita pulang."Lagi, Abyan merengek sambil mengguncang lengan Haifa. Aku tidak tahan lagi untuk memeluk putraku yang pasti tengah kecewa setelah mendengar perbincangan kami. Aku dekati dia dan duduk bersimpuh di depannya. Kutatap dia yang makin mengeratkan genggaman pada lengan bundanya."Nak, Papa minta maaf. Kemarin Papa belum bilang karena takut Abyan belum siap menerima Papa, bukan karena Papa malu mempunyai anak seperti Abyan," ucapku sembari berusaha meraih bahunya, tapi di luar dugaan, Abyan menepis tangan ini dengan sedikit kasar setelah berhasil memegangnya."Om pasti bohong. Om malu kan punya anak kayak Abyan?""Tidak, Nak, Papa sama sekali tidak malu." "Bunda, Abyan gak mau di sini. Abyan gak mau ketemu sama Om Gani lagi." Abyan terus merengek."Panggil, Papa, Nak. Jangan panggil Om." Aku tergugu. Rasanya sakit sekali mendapat penolakan dari putraku sendiri. "Haifa, tolong katakan pada Abyan kalau aku sangat menyayanginya." Aku memohon kepada Haifa yang sedari
Baca selengkapnya
Bab 12
Hening. Malam mulai merangkak naik dan waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Aku masih duduk di balkon kamar sembari menyesap sebatang rokok yang hampir habis. Mata ini tak jua terpejam padahal tubuh sangatlah lelah dan minta diistirahatkan. Bayang wajah Haifa dan Abyan terus memenuhi kepala ini. Penolakan dari keduanya membuatku seolah menjadi manusia tidak berguna. Tidak dibutuhkan dan tidak diinginkan.Apakah seperti ini yang dirasakan Haifa saat dulu aku menolak kehadirannya? Sakitnya tak bisa tergambar oleh kata-kata. Ah, mungkinkah ini yang dinamakan karma?Ponsel yang sedari tadi siang terus bergetar sama sekali tak kuhiraukan. Nama yang sama terus saja muncul di layar dan aku tidak berniat untuk mengangkatnya. Nesya, wanita itu pasti ingin menanyakan keputusanku tentang hubungan kami. Akan tetapi, aku sudah memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengannya demi mendapatkan kembali hati istri dan anakku. Sesakit apa pun rasa ini karena harus berpisah dengan orang yang dici
Baca selengkapnya
Bab 13
"Boleh saya bergabung di sini?" Nesya mengulang pertanyaan ketika kami hanya diam. Aku terlalu kaget dengan kedatangannya di tempat ini. Aku takut Nesya akan berbuat nekat apalagi ada Abyan di sini. Putraku tidak boleh tahu siapa Nesya. Aku tidak ingin Abyan makin kecewa padaku dan mejauh dariku."Silakan, tapi maaf kami sudah selesai dan sebentar lagi harus pulang." Mama menjawab dengan nada yang terkesan dingin."Tidak apa, Tante." Nesya tersenyum simpul, matanya melirik ke arah Abyan. "Hai anak ganteng. Ini pasti Abyan kan?" "Iya, Tante." "Kenalkan, nama Tante, Nesya. Tante ... temannya papa kamu." Nesya melirik sekilas ke arahku. Tangannya terulur ke arah Abyan, tetapi tentu saja putraku tidak menyambutnya.Dahi wanita itu mengernyit. "Abyan gak mau bersalaman sama Tante?" tanyanya."Nes, pergilah. Aku mohon jangan membuat keributan," desisku dengan tangan yang mengepal. Aku teramat takut wanita ini akan mengatakan sesuatu yang membuat putraku bersedih. "Aku gak akan membuat k
Baca selengkapnya
Bab 14.
"Apa, Ma? Haifa pulang ke Bogor? Bukankah dia sudah setuju untuk tetap tinggal di sini?"Aku mencecar Mama setelah mendengar apa yang beliau ucapkan barusan. Hati ini tidak rela jika mereka pulang tanpa meminta izin terlebih dahulu padaku. Andai aku tahu, tentu aku akan menawarkan diri untuk mengantar istri dan putraku ke kota yang selama delapan tahun ini mereka jadikan tempat untuk bertahan hidup."Dia memang setuju untuk tetap tinggal di sini. Haifa kembali ke sana untuk mengambil beberapa barang penting yang tertinggal juga untuk berpamitan kepada tetangga di sana," terang Mama yang membuatku sedikit bernapas lega."Kenapa tidak memberitahuku? Aku kan bisa mengantar mereka ke sana.""Kamu yakin mereka mau diantar sama kamu?" Mama mencebik. "Sudahlah, Gan. Asal kamu tahu. Haifa ke Bogor untuk mengambil berkas penting yang akan ia gunakan untuk mengajukan gugatan. Semalam Haifa sudah memutuskan melakukan itu karena kamu tak kunjung memberinya talak."Aku terperangah. Diri ini tidak
Baca selengkapnya
Bab 15
"Kamu gak ikut kami makan, Gan?"Mama menghampiriku yang lebih memilih duduk menyendiri di taman belakang. Mama sengaja memasak banyak untuk menyambut kedatangan Haifa dan Abyan beserta tamu yang lain. Nafsu makanku hilang setelah melihat fakta betapa dekatnya Abyan dengan pria yang bernama Akram. Pria yang bekerja sebagai aparat negara itu memperlakukan Abyan bak seorang ayah kepada anaknya. Seharusnya, aku yang bisa sedekat itu dengan putraku, bukan pria lain yang justru bukan siapa-siapa."Aku masih kenyang, Ma," jawabku tanpa menoleh ke arah Mama yang berdiri di samping kursi yang kududuki. Terdengar helaan napas berat keluar dari mulut Mama. "Kamu tidak nyaman karena kehadiran pria yang datang bersama Haifa?" tanyanya yang seakan mengerti kondisi hati putranya ini."Kenapa Abyan bisa sedekat itu dengan dia, Ma? Kenapa denganku Abyan tidak bisa bersikap hangat seperti itu?""Karena putramu masih memendam kekecewaan padamu. Abyan kecewa karena kamu menyembunyikan fakta bahwa kamu
Baca selengkapnya
Bab 16
Semenjak hari memalukan itu, aku tidak datang lagi ke rumah orang tuaku. Aku tak hentinya merutuki diri sendiri yang sempat hilang kendali. Entah mengapa akhir-akhir ini wajah Haifa selalu terbayang dan seringkali muncul di pelupuk mata. Seolah mengejek karena nyatanya diri ini sempat terpesona olehnya. Jika melihat dari status yang masih kami sandang, tentu aku masih berhak untuk sekedar mengecup kening, bibir, bahkan melakukan lebih dari itu. Akan tetapi, tetap saja terasa salah mengingat hubungan kami tidak seperti suami istri pada umunya. Lebih tepatnya, aku yang dulu sering menciptakan jarak dan merasa enggan untuk sekedar berdekatan dengan Haifa. Abyan, aku sangat merindukan putraku. Namun rasa malu kepada bundanya membuat diri ini tidak berani menemuinya. Aku menyibukkan diri dengan pekerjaan untuk menepis bayang-bayang Haifa dan Abyan yang selalu hadir dalam ingatan. Katakanlah aku pengecut karena memang begitu adanya. Terhitung sudah hampir dua Minggu aku tidak menemui kedu
Baca selengkapnya
Bab 17
Sebenarnya, ingin rasanya aku menemui Nesya dan melihat kondisinya. Tak bisa aku pungkiri, nama wanita itu masih tersemat dalam hati ini hingga saat ini. Namun, aku tidak ingin kembali larut dalam cinta yang salah bersamanya, karena aku yakin hati ini akan luluh kembali jika bertemu dengannya. Salah? Ya, aku tetap menganggapnya seperti itu. Meski sekarang aku telah resmi menyandang status duda, tapi hubunganku dengan Nesya terjalin ketika aku masih menjadi suami Haifa. Lagipula, aku sudah memutuskan untuk tidak menjalin hubungan dengan wanita manapun sekarang ini. Aku ingin fokus meraih hati Abyan agar anak itu bisa menerimaku sebagai ayahnya. "Gan, Lo masih di sana kan?""Ya, Bay. Tapi sorry, gue gak bisa ke sana.""Kenapa? Lo gak mau lihat kondisi Nesya? Tadi kakaknya bilang, Nesya terus mengigau nyebut nama lo. Kayaknya hidupnya jadi kacau semenjak Lo memutuskan hubungan sama dia."Mendengar ucapan Bayu, rasa bersalah dalam diri ini kembali muncul. Andai saja aku tidak pernah mem
Baca selengkapnya
Bab 18
"Bangun, Pa, jangan tidur terus. Abyan kangen sama Papa."Sayup kudengar suara putraku disertai isakkan lirih. Ingin rasanya mata ini terbuka, tetapi entah mengapa sangat sulit untuk melakukannya. "Maafkan, Abyan yang sering menjauhi Papa. Abyan gak benci Papa, kok. Abyan justru sayang banget sama Papa."Lagi, kudengar suara Abyan yang terasa sangat dekat.Iya, Nak. Papa juga sayang sama Abyan. Papa ingin bangun dan memeluk Abyan sampai puas. Tuhan, kenapa sulit sekali untuk sekedar membuka mata. Aku sudah rindu ingin melihat wajah putraku yang selama berminggu-minggu tak kutemui. Tolong, beri aku kesempatan untuk melihatnya kembali. "Kok basah? Papa nangis?" katanya. Kurasakan tangan mungil mengusap pipiku dengan lembut. "Jangan nangis, Pa. Abyan selalu mendoakan Papa supaya cepat sembuh. Abyan janji gak akan menghindar lagi dari Papa. Kita main, kita sholat sama-sama lagi."Mendengar ucapannya yang terdengar sangat tulus, tekad untuk bangun begitu kuat. Aku berusaha kembali membuk
Baca selengkapnya
Bab 19
Selama acara berlangsung, aku lebih memilih mengasingkan diri dengan menjauh dari mereka yang tengah menikmati hidangan. Mama dan Papa terlihat sangat menikmati acara, pun dengan Abyan yang sangat antusias karena berkenalan dengan anak-anak yatim yang sengaja diundang oleh bundanya. Haifa tak hentinya menebar senyum kepada semua tamu yang hadir dalam acara ini. Di samping mantan istriku itu, berdiri Bu Wanti juga Akram yang tidak pernah beranjak sedikit pun dari sisi bundanya Abyan. Bahkan sesekali mereka berbincang akrab diselingi tawa bahagia yang sampai terdengar ke telinga ini. Aku merasa kerdil. Di tengah kebahagiaan mantan istriku yang berhasil mewujudkan impiannya, justru aku tengah terpuruk meratapi nasib buruk yang menimpa diri ini. Bercerai, dihajar serta dituduh menghamili Nesya, dan mendadak lumpuh karena kecelakaan. Mungkin ini memang balasan yang aku dapat karena telah menyiakan wanita sebaik Haifa. Jika memang semua kejadian ini bisa menghapus segala dosa yang telah a
Baca selengkapnya
Bab 20
"Ikut aku b*jingan! Kamu harus menikahi Nesya hari ini juga!"Aku terperangah. Sekuat tenaga kuhempaskan tangan Hans yang mencengkram bajuku hingga akhirnya terlepas. Pria itu mundur beberapa langkah karena tenaga yang kugunakan cukup besar. Tatapannya begitu nyalang, bak seorang singa yang ingin menerkam mangsanya."Jangan gila, Hans! Kenapa aku harus menikahi Nesya? Berapa kali aku bilang kalau bukan aku yang menghamilinya!" tukasku tak terima. "Tapi kamu yang sudah menghancurkan hidup adikku! Gara-gara kamu membuangnya begitu saja, hidup Nesya jadi berantakan. Karirnya hancur, ditambah sekarang dia depresi. Dia terus menyebut nama kamu dan ingin menikah dengan kamu. Kalau kamu tidak ingin dikatakan pengecut, tepati janjimu untuk menikahi adikku!""Maaf, aku tidak bisa, Hans. Nesya juga sudah membuatku kecewa. Aku pikir, dia wanita baik-baik yang bisa menjaga diri tapi ternyata, dia tidur dengan pria lain tanpa memiliki ikatan yang sah bahkan sampai hamil. Aku ... aku tidak bisa me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status