All Chapters of Cinta Sang Preman: Chapter 11 - Chapter 20
66 Chapters
Masih di rumah sakit
"Yo, bangun, kita ke rumah sakit sekarang." Kuguncang tubuh Rio yang kaku, astaga dia pingsan. Apa yang harus aku lakukan, ya Allah. Telpon ambulan, ya aku segera men dial nomor ambulan. Lima belas menit kemudian mobil ambulan pun datang, petugas segera membopong tubuh kekar Rio yang terkulai tanpa daya.Lindungi Rio, ya Allah. Sesampainya di rumah sakit, aku menunggu dokter memeriksa Rio. Kasian dia, mungkin matanya infeksi karena kurang telaten dia periksa ke dokter. Kulihatdari matanya merembes tetes darah, innalillahi. Rio pasti kesakitan, sampai dia mengaduh padaku. Lama dokter memeriksanya, kulihat jam di tangan menunjukan pukul 22.37. Orang rumah tak ada yang tahu aku pergi, pasti mereka kebingungan mencariku. Jangan sampai mereka cari tahu aku lewat Kenzo. [di mana kamu, nak?] ada pesan masuk di whatsapp ku. Papa. [di rumah sakit, tadi buru buru temen minta tolong mau lahiran] astaga, apa yang kutulis ini. Ampuni hamba ya Allah. [Ya sudah, kamu hati hati, jagain temenny
Read more
Mimpi gila
Lepas subuh aku ambil Al-quran untuk kubaca dengan do'a yang terhatur untuk seorang Rio. Semoga Allah memberinya kesembuhan. Kuambil secarik kertas lalu kutulis sebuah puisi, mumpung aku ada ide untuk menulis. Lupa aku berhutang pada Rio untuk membalas coretannya kemarin. Sampai terkantuk-kantuk aku menulis dan ... Sudah delapanbelas jam Rio tidak ada mengirim pesan, tak ada penjelasan apapun tentang siapa akun itu dan apa maksud puisi mereka. Sampai ini ternyata perasaan dia terhadapku.***RasaAku berkelana melewati rimba aksara, menembus lebatnya kataAku berenang dalam kubangan gelap dan terangnya pikiranMencari rasa yang sepat singgah pada manik jiwaTerbang mengikut angin berhembus sampai akhirnya leyap pada batas nyataLuka hanyalah setitik duka yang tersirat dalam kisah semestaAku pun pergi pada cinta, kuiklaskan diri dalam rengkuhnyaCumbuannya membangkitkan gelora hasrat jiwa, hadirkan selaksa bahagia**Jadi lagi satu puisi, coba up lagi di medsos. Siap dikritik, dari
Read more
Cemburu
Bab 10Astaghfirullah, mimpi yang sangat gila. Kenapa jauh panggang dari api, ah, mimpi hanya bunga tidur Tita. Aku lupa baca doa mungkin. "Kenapa, Nak?" tanya papa. "Gak, pa, cuma mimpi,""Cepat ambil wudhu, kita subuh berjamaah."Aku segera beranjak menuju kamar mandi, mengambil air wudhu. Sholat berjamaah dengan keluarga selalu kami lakukan setiap hari. Kebetulan rumah kami agak jauh dari mushola atau mesjid. ***"Abi ada nanyain gue, ya, Ta.""Ken,yang chat beneran abi?" aku malah balik tanya"Yaiyalah masa yaiya dong," jawabnya dengan bercanda."Kenzo, serius!""Iya Non, lu mah serius bener dah. Pantesan dikit-dikit nangiis" kan Kenzo malah meledek"Terus yang barusan telpon gue, ibu tiri lu?" tanyaku lagi"Kang sensus beraksi," jawabnya sambil tertawa."Heh lu ngerjain gue?" "Ya kagaklah, Non. itu memang tulisan gue." Kenzo mencubit hidungku gemas."Lu cerita yang benerlah, Ken," kataku manja."No abi itu kadang gue yang pake" Kalimat itu yang dahsyat terdengar di telingaku
Read more
Rio menyatakan suka
Rio menatapku tajam, kulihat netranya bercerita pilu. Aku diam tergugu, tangannya mengepal dan kuyakin hatinya bergejolak. "Ta, gue sakit liat lu sama, Kenzo," ujarnya lirih. "Jangan, Yo, kamu harus bahagia." Kupalingkan muka mencoba teta drp tenang. "Tak mungkin bahagia tanpa kamu, Ta." tangannya meraba tanganku, gegas aku melepaskannya. "Tita," lirihnya lagi. "Stop." Aku beranjak. Aku takut Rio akan semakin terluka karenaku. Dia baik, tapi hanya ada perjanjian di antara kita. Meski hatiku berkata ada debar yang tak biasa saat bersamanya. Ah, tidak. Ada Kenzo yang mengisi ruang hatiku. Kuambil sapu, mulai dari ruang tamu yang sudah seperti anak-anak yang meninggalkan mainannya. Sangat berantakan sekali. Kurapikan meja dan kursi, kutata seindah pandangan mata. "Heh, Lu, mau kemana?" tanya Rio sedikit berteriak, astaga lupa, aku mesti kerja. aku putar balik, kupastikan aku patuh pada perjanjian kemarin. "Napa si lu, dah bosen ngurusin gue?""Gak ih, bawel.""Mau lu si Kenzo ma
Read more
Pertarungan
Sebelum berangkat melihat pertarungan Rio, aku pulang untuk minta izin papa. Kenzo yang meminta izin, dia lelaki yang sangat bertanggungjawab terhadapku dan keluarga. Lepas solat magrib berjamaah, aku mengganti pakaianku. Jamsuit warna biru dipadukan dengan cardigan warna cream, serasi dengan jilbab segi empat warna senada jamsuit. Aku dan Kenzo berpamitan, kami bilang mau nonton. Orang tuaku hanya berpesan untuk tetap jaga diri, dan jangan pulang terlalu larut. Kami gantian menyalami mereka. Kenzo memacu mobil sedikit gila, tak mau melewatkan tontonan yang menurutnya akan fenomenal di masa ini. Seorang kuda juga pemakai narkoba akan tarung dengan seorang bandar juga preman di pasar ciborty. Aku hanya diam di sampingnya sambil berdzikir untuk keselamatan kami juga tak lupa terselip nama Rio dalam do'aku. "Kamu tak ikut taruhan, kan?""Kita cuma nonton, Tita, gue ogah buang duit buat cunguk seperti dia."Astaghfirullah, andai dia tahu kalau aku sedang dalam perjanjian bersama Rio.
Read more
Kenzo baik hati
Rio masih di rumah sakit, cukup kuat dia ternyata. Masih diberi sembuh, meski babak belur. Tuhan bersama orang baik. Aku berniat menjenguk dia hari ini, tapi Kenzo malah ingin aku di rumahnya seharian. Aku beralasan risen dari kerjaan karena gaji tidak sesuai. Tentu saja Kenzo senang aku tidak bekerja, dia ingin aku ada di rumah saja. "Ta, gimana kalo bulan depan kita nikah?""What?"Aku kaget bukan main dengan pertanyaan itu. Apa mungkin Kenzo curiga tentang Rio. "Kenapa?""Gak papa, kaget aja. Kamu dah yakin, Ken?""Yakin banget."Keputusan ini paling berat, akan dibawa kemana hubungan ini jika aku diam tanpa memutuskannya. Aku harus memilih sekarang juga. Kenzo serius, akupun demikian. Tetapi, sekarang ada Rio di antara kita. Meski Rio sebenarnya tidak pernah terkait dengan pribadi kita tapi terhubung karena kejadian itu. Dan, kuketahui Rio mulai menunjukan bahwa dia suka dengan adanya aku. "Ta,""Iya, sebentar aku lagi bikin puisi," jawabku sekenanya saja. "Buat sapa?"Ops, k
Read more
Baikan
Dokter berlari diiringi perawat menuju kamar dimana Rio dirawat, aku dan Kenzo kaget bukan main. Apa yang terjadi padanya? Kenzo merangkulku, mencoba tetap tenang dan berharap kalau Rio baik-baik saja. "Kenapa dengan Rio, Ken?" tanyaku khawatir. Dia lebih mengeratkan rangkulannya."Gak papa, sayang.""Kamu sudah tak dendam padanya, Ken?""Gak, dia sudah mendapatkan balasannya."Alhamdulillah, Kenzo dah beneran berubah. Semoga saja dia bisa istiqomah. "Buat keluarga pasien bernama Muhidi, mohon masuk ruangan dikarenakan pasien baru saja meninggal dunia," kudengar pengumuman itu dari pengeras suara. Innalillahi wainnailaihi roji'un... semoga husnul khatimah. Ya Allah jangan sampai aku mendengar nama Rio disebut perawat dalam keadaan tak bernyawa. Semoga dia masih bisa menghirup aroma kopi hitam kesukaannya, semoga masih bisa dia nikmati diksi diksi dari aksara di tiap puisiku. "Rio itu kuat, semoga bisa melewati masa kritisnya," hibur Kenzo sambil mengusap kepalaku. Tegang, suasana
Read more
Kecewa
Kenzo duduk di sebelahku, sebelum memulai obrolan dia menghela nafas panjang. Mungkin dia ragu untuk memulai dari mana dulu percakapan yang akan dia utarakan. Yang jelas aku tahu dia akan membahas soal pekerjaan haramnya, yang seorang bandar narkoba. Kehidupan yang sangat keras, penuh tantangan juga berpotensi masuk dan terjerat di penjara. Uang dia berlimpah ruah, tapi resiko dari pekerjaannya sangat berbahaya. Namun, Kenzo memang menikmati meski kulihat dia sekarang ingin berubah. "Ta, menurutmu, nanti kita tinggal di mana?" tanyanya. "Aku ikut kemana suami mengajak, asal tidak bertentangan dengan syariat."Jawabku sambil menatap wajah tampan sang calon imam. " Kamu yakin terhadapku, Ta?""Pilihan orang tuaku insyaallah tidak akan salah,""MasyaAllah, Ta, aku semakin merasa tak pantas,""Maka kupinta pantaskan dirimu, Ken,""Aku hanya punya cinta, untukmu,""Cinta?""Ya, dua bulan dari awal perjodohan kita, aku mulai nyaman dan aku berani bertaruh kalo rasa itu cinta."Aku terper
Read more
Candaan Rio
"Lu kenapa, Ta?" tanya Rio kaget melihatku menangis. Segera kuhapus air mata di pipi."Mata gue kena debu,Yo." Masih terus mencoba menyembunyikan kesakitanku."Lu kira gue buta, hah,""Gak, Yo,""Sini." Rio menarik tanganku paksa."Gue tau, lu ada masalah kan? cerita ma gue siapa yang dah bikin lu nangis?"Tak tertahan lagi, air mata terus keluar dari sudut netraku. Terisak aku sambil mencoba mengeluarkan kata-kata."Kenzo, Yo," jawabku."Dia kenapa?"Aku tak langsung menjawab tanyanya, air mata masih terus berkejaran. Sakit teramat sangat, aku."Tita, jawab!""Kenzo menghamili pelacur." Rio malah tertawa kencang, akupun berhenti menangis karena melihat dia tertawa seperti mengejekku."Tita ... Tita, gue kenal Kenzo itu sudah lama. Dia anti perempuan, makanya gue heran napa sama elu dia mau,""Maksud lu apa?""So sorry, maksudnya ya yang gue tau cuma sama lu doang dia sayang,""Napa lu belain dia, Rioooooooo ...," teriakku kencang."Berisik , Tita." Rio menutup mulutku dengan telapak
Read more
Kenzo manis
"Silahkan," pedagang ketoprak itu menaruh dua piring di atas meja panjang."Terima kasih, Mas," koor kami. "Duh mentang-mentang penganten baru, co cweet." Kang ketoprak ngakak. Aku menginjak kaki Rio di bawah meja dan berbisik, "Gegara elu, nih."Rio terkaget, dia malah ikutan ketawa. Ponselnya berbunyi, dia menatapku seperti minta izin untuk mengangkat telponnya. Aku mengangguk iya karena ku tahu Kenzo yang telpon, aku tak merespon pesan dan telpon dia maka dia hubungi Rio."Ya, Bos, gimana?"["Lu masih sama, Tita?"] kudengar suara Kenzo karena Rio sengaja mengeraskan suara yang diloudspeaker."Masih, lu mau ngomong?"["Yes, kasihin ke dia,"]"Apa, Ken? lu mau nyusul ke sini bareng Maya?" tanyaku sinis.["Sayaaang, please deh. Dia bukan siapa-siapa gue."]"Bulshit,"Klik, kututup percakapan itu. "Gak sopan, lu," cela Rio."Bodo,""Heh, tetap jadi orang baik meski orang jahat ke elu,""Dih, so bijak,""Lu yang ngajarin,Ta,"Aku terdiam, ya Allah salahkah aku?"Dah makan dulu, nanti
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status